You
don’t spell love, you feel it – Pooh
***
Seoul, Juni 2011
Coffee.
Classic scene.
“Seung Mi eonni!”
Gadis cantik berambut panjang itu hanya bisa
tersenyum kecil mendengar suara khas adiknya, yang menyapa dirinya tanpa
malu-malu di tengah keramaian seperti ini –tipical. Kafe kecil dengan aroma
kopi yang menggoda itu memang sedang dipenuhi oleh para pelanggan yang mendapat
undangan atas pembukaan cabang baru ini. Termasuk dirinya.
“Maaf, aku terlambat.” Ujarnya, sambil
melayangkan senyum ke arah semua orang yang ada di seputaran meja kafe yang ia
tuju, dimana adiknya, oppanya, dan tentu saja teman-teman oppanya sudah
menunggunya.
“Gwenchana, aku sudah memesankanmu
cappucinno.” Sahut oppanya, Hyuk Jae, perhatian seperti biasa.
Lagi-lagi ia tersenyum, senyum yang entah
disadarinya atau tidak, telah membuat dua pasang mata tak dapat mengalihkan
pandangan mereka darinya. Konyolnya, justru Eun Ah –adiknya, justru yang
menyadari betapa sorot mata keduanya terlalu sarat akan kekaguman terhadap
kakaknya tersebut.
Eun Ah tersenyum kecil, menyadari ide jahil
yang kini melintas di otaknya. “Uhuk! Hae oppa, Kyu oppa, sampai kapan kalian
akan memandangi Seung Mi eonni ? Both of you could make big hole with that
stare! Hahahaha.”
Dong Hae, salah satu yang tertangkap basah,
buru-buru meminum kopinya dan tersenyum kikuk seraya mengusap tengkuknya.
Sementara yang satu lagi, hanya dapat memberikan glare-evilnya yang terkenal.
“Eun Ah-ya..” Seung Mi melirik adik perempuannya yang usil
itu dan kini sedang mengedipkan sebelah matanya jahil.
“Wae ? Oh, apakah kau menikmatinya, eonni ?”
Seung Mi
membulatkan matanya mendengar pertanyaan yang penuh dengan nada menggoda
tersebut, “Yak, haish kau ini..” balasnya, dan seolah deja vu, segera saja
jemari panjangnya mengambil gelas kopi yang ada di hadapannya, meminum
cappucinnonya, yang kemudian tanpa sadar meninggalkan jejak-jejak cream di
ujung atas bibirnya.
Kyu Hyun, yang duduk tepat di hadapannya, yang
meski telah disindir oleh Eun Ah tetap saja tak dapat mengalihkan tatapannya,
mulai berdebat dengan pikirannya sendiri dalam detik yang singkat ini. Haruskah
ia mengambil tisu dan segera membersihkan cream yang ada di atas bibir Seung Mi
seperti adegan klasik dalam film ? Atau...
“Uhm, Seung Mi-ya...”
Oh. Dan Great ! Karena Dong Hae yang kini
duduk di sebelahnya, lebih dulu membuka suara.
“Nde, oppa ?”
“Uhm..igo...”
Telunjuk Dong Hae terangkat, menyentuh ujung
atas bibirnya sendiri, terlihat ragu dan juga bingung, berharap Seung Mi
mengerti bahwa jika bisa, rasanya Dong Hae akan langsung membersihkannya saja
dengan tisu yang sudah ada di genggaman tangannya.
“Huh ?”
Hyuk Jae menoleh, mengalihkan sebentar
perhatiannya dari Eun Ah yang sedang menceritakan drama terbaru yang sedang
ditontonnya. Menatap kedua sahabatnya dan adiknya secara bergantian, dan segera
mengerti apa yang terjadi, tanpa pikir panjang, ia segera berdiri, mengambil
tisu, berjalan kebelakang Seung Mi, dan mengusap lembut sampai bersih cream
yang tertinggal tersebut.
“Ada cream di bibirmu.”
“Hah ? Huh, oke, gomawo oppa.” Sahut Seung Mi
yang masih sedikit bingung. Dan kembali melemparkan senyumnya ke arah dua
laki-laki di hadapannya yang hanya dapat menelan ludah kekecewaan.
“Ck! Kalian lambat sih, padahal aku sudah
mengalihkan perhatian oppa.” Ujar Eun Ah tanpa berniat
untuk menghentikan
tawanya kali ini.
*
Offering
Seung Mi tidak bodoh, dan orang bodoh
sekalipun akan mengetahui bahwa dua laki-laki tampan ini sedang sama-sama
berlomba merebutkan perhatian Seung Mi, yang sayangnya membuat kedua orang
pintar itu jadi terlihat bodoh.
“Kau pesan spaghetti saja.”
“Aniya. Sausnya bisa mengotori bajumu, kau
pesan muffin coklat saja.”
“Ya Lee Dong Hae, menurutmu Seung Mi anak
kecil yang makannya berantakkan, huh ? Spaghetti saja ya, sama sepertiku,
bagaimana ?”
“Muffin coklat saja, seperti yang ku pesan,
ini enak, otte ?”
“Spaghetti.”
“Muffin Kyu, muffin..”
“Uhm...oppa..” Seung Mi mencoba menyela
pembicaraan tidak penting yang menyangkut dirinya ini, yang tentu saja langsung
mendapat perhatian dari keduanya secara serempak mendengar suara lembut itu
menginterupsi mereka “Aku senang kalian ingin memilihkan menu untukku, tapi aku
akan memesan lasagna saja, seperti punya Hyuk Jae oppa.” Ujarnya, yang serta
merta membuat Dong Hae dan Kyu Hyun diam seribu bahasa.
*
Fiction
Kadang, Dong Hae berharap ia terlahir sebagai
Lee Hyuk Jae, sahabatnya dan juga kakak kandung seorang Lee Seung Mi. Yang
dapat memeluk gadis itu dengan mudahnya, mencium keningnya atau pipinya setiap
saat, mendengar seluruh ceritanya sambil bertatapan mata. Semua hal sederhana
yang dapat membuatnya tak memiliki jarak dengan Seung Mi tanpa perlu ada alasan
yang mengiringinya.
Seperti apa yang disaksikannya saat ini,
bagaimana Hyuk Jae mengusap sayang kepala Seung Mi, dan tawa Seung Mi yang
terdengar begitu merdu di telinganya. Tidak peduli meski dengan begitu ia tak
dapat memiliki Seung Mi, namun menjadi kakak bagi gadis itu jelas bukan hal
yang buruk, sangat menyenangkan malah.
Imajinasi bahwa ia yang duduk di kursi yang di
duduki oleh Hyuk Jae sekarang, bahwa pundaknya yang baru saja di senderi oleh
kepala Seung Mi, bahwa tangannya yang baru saja menggenggam lembut tangan
berjari lentik itu, bahwa...
“Yak! Mau kau apakan tanganku, huh ?!”
Dong Hae tersentak, memperhatikan tangannya
sendiri yang sedang menggenggam tangan orang
yang duduk di sebelah kirinya, Choi Siwon. “Eh ? Aigo, kenapa tanganmu
berpegangan dengan tanganku, kuda ?!”
*
Fear
Seorang Cho Kyu Hyun tidak takut pada apapun.
Yang ada, smirknya, senyum evilnya atau tatapan mata tajamnyalah yang mampu
membuat nyali orang lain menciut di hadapannya.
Tapi Lee Seung Mi mengubah segalanya.
Pertemuan yang berlanjut perkenalan pada musim panas beberapa tahun lalu,
ketika Lee Hyuk Jae, teman barunya di JHS membawa kedua adiknya, Seung Mi dan
Eun Ah, ia langsung tahu, mengerti dan menyadari, bahwa senyum malu-malu
sedikit kikuk yang
Seung Mi berikan padanya waktu itu akan menjadi senyuman
paling tak terlupakan sepanjang
hidupnya.
Dan well, instingnya selalu benar.
Sejak hari itu, setiap senyum Seung Mi dan semua
gerakan kecil yang dilakukan oleh perempuan cantik itu selalu menjadi
kesukaannya, favourite thingsnya.
Begitu juga saat ini.
Kyu Hyun menikmatinya, menikmati bagaimana
Seung Mi yang sedang mengobrol dengan Hyuk Jae
dan tertawa di hadapannya, bagaimana kedua ujung bibir merah itu
tertarik sempurna, bagaimana kedua alis hitam tebal itu berkedut sedikit,
bagaimana Seung Mi menyibakkan poninya dengan tangan kanannya untuk beberapa
kali, bagaimana....
Hah. Kyu Hyun menghela nafasnya sendiri,
pesona gadis ini benar-benar menyihirnya sekuat ini, membuatnya seperhatian
ini. Menjadikan seorang Cho Kyuhyun untuk pertama kalinya merasa takut, takut
untuk menyakiti, takut untuk mengecewakan, takut untuk membuat seorang Lee
Seung Mi terluka.
“Oppa, rambutku berantakan..”
Suara yang terdengar begitu indah itu, yang
begitu dikenalnya, membuat Kyu Hyun menoleh, membuat bola matanya bertumbukan
selama seperkian detik dengan bola mata Seung Mi yang menawan. Senyum segera
tercipta di bibirnya secara reflek, sementara Seung Mi entah mengapa
membalasnya dengan senyum yang manis namun samar, seolah ada gugup yang
membumbuinya.
Atau perasaannya saja ?
Dan detik-detik singkat itu, berakhir begitu
saja ketika Seung Mi kembali memberi perhatiannya pada Hyuk Jae.
Hyuk Jae. Alasan lain dari rasa takutnya, rasa
takut yang melintang dengan sendirinya, tentang persahabatan mereka, tentang
rasa sayang Hyuk Jae yang ia tahu begitu besar.
Dan tentu saja, tentang rival yang tak pernah
terucapkan, laki-laki di sebelah kirinya, Lee Dong Hae.
*
Effort
Seung Mi melirik arloji di tangan kanannya,
masih sore, tapi besok ia akan melakukan interview pertamanya setelah sidang
kelulusannya beberapa minggu lalu, dan seorang Lee Seung Mi akan mempersiapkan
semuanya sebaik mungkin.
“Oppa..”
“Hmm ?” Hyuk Jae menatapnya lembut. Tatapan
yang di dambakan semua adik perempuan di manapun.
“Besok interview pertamaku, jadi...”
“Ah, oke, aku juga tidak mau kau kelelahan.”
Potong Hyuk Jae segera, mengerti. “Nah, aku rasa, aku Seung Mi dan Eun Ah akan
pulang sekarang, Seung Mi harus mempersiapkan dirinya untuk interview besok.”
“Oh, besok kau interview ? Kalau begitu..”
Dong Hae segera sibuk membuka salah satu gelang yang dikenakannya, “Ini, pakai
ini, anggap saja gelang ini sebagai supportku untukmu.” Disodorkannya benda
bulat berwarna biru laut, yang semua orang kenali sebagai gelang kesayangan
Dong Hae.
“Hah ? Untukku ?”
“Nde, untukmu Seung Mi-ya..”
Tidak segera diterima, membuat Dong Hae
berniat untuk menarik tangan Seung Mi, sekaligus ingin memakaikannya.
“Uhuk!” Hyuk Jae, berdeham, dan seolah tanpa
dosa, dengan wajah polosnya yang masih seperti remaja belasan tahun, mengambil
gelang itu dan memakaikannya secara sukarela ke tangan Seung Mi. Yang membuat
Dong Hae menatapnya kesal, tapi tentu saja tidak dipedulikan oleh Hyuk Jae.
Seung Mi tertawa kecil, sedikit tidak enak
kepada Dong Hae, “Gomawo oppa, I like this bracelet very much!” ujarnya
semangat, setidaknya dapat membuat Dong Hae kembali tersenyum.
Sementara Kyu Hyun, hanya bisa bernafas lega,
cukup selama ini ia sering melihat bagaimana Dong Hae lebih leluasa melakukan
skinship dengan Seung Mi di banding dirinya. Terimakasih adalah kata paling
tepat yang akan ia kirimkan melalui ktalk ke Hyuk Jae nanti.
“Mana usahamu, evil ?”
Entah sejak kapan, tapi Eun Ah sudah berdiri
di sebelahnya, menyikutnya pelan, dan memandangnya dengan tampang menyebalkan. Tapi
benar juga, Cho Kyu Hyun tidak boleh kalah aksi dengan ikan mokpo satu itu,
dengan segera, tanpa kata sebelumnya, ia langsung melesat ke arah counter
tempat memesan minuman di kafe ini.
“Mau kemana dia ?” tanya Hyuk Jae bingung,
kepada siapapun yang memiliki jawaban atas sikap aneh temannya yang satu itu.
“Mau usaha.” Sahut Eun Ah enteng, sambil
terkikik. “Sudah, ayo pulang, ayo eonni, tidak usah melihat si evil itu
terus..hahaha...” tambahnya lagi, mendorong-dorong Seung Mi yang hanya di balas
dengan pelototan-tak-galak khas kakaknya yang kalem itu.
Seung Mi memelankan langkahnya, masih berharap
Kyu Hyun berbalik sebelum ia benar-benar keluar dari kafe ini, dan mungkin
memang Tuhan begitu sayang padanya, ketika ia melihat laki-laki itu berjalan
mendekat dengan langkah-langkah besar, tepat saat dirinya ada di pintu.
“Uhm..”
“Uhm ?”
“Igo, untukmu, dariku.” Ujar Kyu, singkat,
menyodorkan segelas kopi dalam gelas kertas berukuran medium yang siap dibawa
pulang.
Meski bingung, dan tentu saja, kikuk. Seung Mi
menerimanya, dengan segera, membuat gelas itu berpindah tangan, dan beberapa
jari mereka saling bersentuhan.
“Err..go..gomawo..oppa..”
Kyu Hyun mengangguk dan tersenyum, senyum
manisnya yang hanya tercipta untuk Seung Mi,
“Succes for tomorrow..” ujarnya
kemudian, seraya membukakan pintu.
*
Love
“Eonni, kau duduk di belakang ya, aku mau di
samping Hyuk Jae oppa,” Eun Ah tiba-tiba saja berjalan mendahuluinya, tapi kemudian
ia berhenti, dan mendekat, “lihat gelas yang kau pegang, dan baca..”
Gadis mungil itu lagi-lagi tersenyum jahil,
entah untuk keberapa kalinya hari ini, meninggalkan Seung Mi yang masih berdiri
di samping mobil Hyuk Jae bertanya-tanya sendiri. Mengikuti saran Eun Ah, ia
mengangkat gelasnya, dan menemukan goresan tulisan tangan yang begitu ia
kenali.
Yang rapi dan ia kagumi.
‘hei,
dont be nervous, i know you can do perfectly and get that job, you have my
support and also my pray, this is so cheesy but..you’re sugar for my coffee.
ILY’
Dan Seung Mi mengerti sekarang, mengerti
kenapa detak jantungnya terasa tak normal sejak gelas ini ada di genggaman
tangannya, seolah ada kadar caffeine yang besar dalam tubuhnya, yang membuatnya
merasa tenang namun juga gugup. Kebahagiaan kecil yang berbuah senyum di
bibirnya.
Cinta.
Di jari-jarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar