Jumat, 19 Agustus 2011

Love for Love part 5


Meski berliku-liku
bukan berarti jalan ini tak berujung, kan ?

***

Matanya menyipit ketika cahaya-cahaya yang menyilaukan itu menyapu matanya tanpa ampun, ia mencoba menarik selimutnya kembali, berniat untuk terus melanjutkan tidurnya lagi. Namun entah siapa, yang sedang berdiri di ujung tempat tidurnya, juga menarik selimutnya ke arah yang berlawanan. Dan ketika matanya ia alihkan, terlihat siluet sosok manusia yang sedang berdiri menghadap ke arahnya.

“Aish, Donghae-ya, aku masih ingin tidur..”

“Mwo ?! Donghae-ya ?”


Suara yang menyahutinya itu terdengar amat-sangat-berbeda dengan suara milik Donghae, bukan juga suara berat layaknya laki-laki, suara yang cenderung lembut, milik perempuan, membuat tubuhnya langsung terbangun dengan segera.

“Yak, apa yang kau lakukan disini ?!!” salaknya kesal, menatap tajam ke arah lawan bicaranya.

Eunmi –sosok yang membangunkannya- hanya melempar senyum, tangannya masih memegang ujung selimut Eunhyuk. “Kau ini susah sekali dibangunkan Hyukkie, aku hampir saja mau menciummu lagi tadi, karena Donghae oppa bilang kau baru akan bangun jika sudah dicium..”

Dengan tatapan siap membunuh, Eunhyuk masih saja terus menatap Eunmi yang tampak benar-benar polos dan tak merasa bersalah apapun.

“Kau ini tidak pernah di ajarkan sopan santun, ya ?! seorang yeoja seenaknya saja masuk kamar namja seperti ini” cibir Hyukkie, mulai mengeluarkan amunisi-amunisi pedasnya.

“Donghae oppa sudah membantuku untuk meminta ijin pada Leeteuk oppa, dan aku di ijinkan, lagipula kau harusnya senang Hyukkie bangun tidur dan langsung melihatku..” sahut Eunmi dengan wajah berseri-seri, sangat kontras dengan warna wajah milik Hyukkie saat ini.

Eunhyuk hanya melengos mendengar penuturan Eunmi. Di dalam kepalanya berbagai pikiran langsung berkecamuk, ia benar-benar tidak dapat menemukan letak kewarasan Donghae, bagaimana bisa sahabatnya itu, yang baru kemarin terlihat begitu menderita karena mencintai Eunmi kini malah seolah-olah berdiri di garis paling depan untuk membantu Eunmi, benar-benar tak berlogika.

“Aish kau mengapa malah melamun, hah ?! cuci muka sana, mandi kalau bisa, kau harus ke sekolah kan ?” 
Eunmi menarik-narik kaki Eunhyuk, agar namja itu mau beranjak dari kasurnya, yang tentu saja mendapat perlawanan hebat dari Eunhyuk. “Kau mau melawanku ? atau perlukah aku benar-benar menciummu ?”

“Kau ini kenapa sih ? aku bisa sendiri..”

“Sendiri ? kalau begitu cepat turun dari tempat tidurmu, pabo ! kau sudah kesiangan”

“Bukan urusanmu !”

“Aku peduli padamu, jadi ini urusanku !” Eunmi memasang tampang galaknya, ia berjalan ke sisi kanan 
Eunhyuk, dan langsung menarik kembali. “Ppali..”

“Lepaskan !”

Cup. Sama seperti yang pertama, kali inipun, Eunmi dengan tiba-tiba mendaratkan kembali bibir mungilnya di pipi Eunhyuk. Dan tanpa berbasa-basi lagi, ia segera berbalik dan berjalan ke arah pintu.

“Ku tunggu kau di bawah, akan ku siapkan sarapan..” ujarnya santai, masih meninggalkan Eunhyuk dalam kebisuan akan kekagetannya.

Di balik pintu kamar Eunhyuk yang baru saja ia tutup, Eunmi membenamkan wajah dalam kedua telapak tangannya, meski lagi-lagi ia bertindak agresif, rasa malu sekaligus senang itu tetap saja bergejolak dalam dirinya, ia yakin, wajahnya sudah memerah sekarang.

“Satu..” hitungnya pelan, “Dua..tiga...”

“YAK SONG EUNMI APA YANG KAU LAKUKAN, HAH ?!!” gema suara Eunhyuk, yang tampaknya baru dapat mengusai diri setelah serangan singkat itu, hanya membuat Eunmi tersenyum penuh kemenangan.

“Dua kosong Hyukkie-ah..”

***

Dengan kasar Eunhyuk langsung menarik simpul dasinya dan melonggarkannya dengan segera, tepat ketika langkah kakinya mulai memasuki gedung SJ Academy. Eunmi mengantarkannya dengan paksa tadi, dan memastikan Eunhyuk memakai semua atribut seragamnya dengan lengkap dan rapi, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Ia juga melepas blazernya, dan menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Diam-diam, tak dapat Eunhyuk pungkiri ada kesenangan liar yang menyelinap tiba-tiba, ketika perhatian-perhatian kecil seperti ini mampir dalam hidupnya, yang nyaris berkembang tanpa sentuhan sesuatu yang disebut ketulusan. Namun memakai seragam serapi ini, tetap saja bukan gayanya.

Masih terasa, telur dadar yang sedikit asin, namun dibuat penuh semangat oleh Eunmi untuk sarapan mereka tadi. Masih terngiang, bagaimana cerewetnya yeoja itu ketika mendapati Eunhyuk keluar dari kamar dengan penampilan yang begitu acak-acakan. Dan masih teringat, senyuman manis yang mengiringi waktu-waktu mereka tadi, yang terus terpancar tanpa henti dari bibir yang sudah mengecupnya tanpa ijin sebanyak dua kali.

Gadis itu memang benar-benar tangguh, Eunhyuk bahkan berani bertaruh jutaan won untuk ketangguhan yang dimiliki Eunmi dalam menghadapi sikapnya. Tidak akan ada yeoja lain yang tetap tersenyum dan terus mengikutinya seperti Eunmi, setelah berbaris-baris kalimat pedas dan cibiran kasar pernah Eunhyuk lontarkan untuknya. Sesuatu yang langka memang.

Namun kenyataan yang tak dapat ditolak, yang melintang paksa, dan takkan mudah dipatahkan, jelas-jelas terlihat disana. Eunmi milik Donghae. Setuju ataupun tidak. Itulah aturan kejam perjodohan. Lagipula Eunhyuk jelas-jelas masih mengingat bagaimana Donghae mengatakan kalimat pengakuan cinta itu dengan penuh penekanan yang begitu terasa.

Donghae, ya, Eunhyuk harus menemui sahabatnya itu sekarang juga. Lebih dari sekedar penjelasan, ia butuh untuk memastikan bahwa sahabatnya itu masih mempunyai otak.

***

Suasana atap SJ Academy terasa begitu sunyi, hanya sesekali desis angin dan cicitan burung yang sepintas lewat mewarnai latar ini. Dua namja yang berdiri bersebelahan sambil sama-sama menghadap ke arah hutan buatan di belakang sekolah mereka, hanya saling diam, tak bersuara.

Eunhyuk bisa merasakan aura dingin yang terpancar dari tubuh Donghae sejak ia menemuinya hingga mereka berdua ada disini sekarang. Rasa dingin yang tak pernah tampak dari sahabatnya yang hangat. Sesuatu yang entah mengapa melukiskan perasaan bersalah dan mendesak kata maaf untuk keluar dari bibirnya.

“Ehem..” Eunhyuk berdeham, sekedar membiarkan air liur membasahi tenggorokannya yang terasa kering. 
Terlihat Donghae tampak menoleh sedikit, namun kembali mengalihkan matanya ke depan.

“Apakah Eunmi memasak untukmu ? bagaimana rasanya ?” diluar dugaan, Donghae malah menyuri start duluan, dengan memberikan Eunhyuk pertanyaan, yang terdengar aneh.

“Mwo ?”

“Bagaimana masakannya ? hebat juga dia berhasil membangunkanmu..”

Kening Eunhyuk mengerut. Tidak mengerti ke arah mana Donghae ingin menggiring pembicaraan ini. pertanyaan-pertanyaan itu, entah pertanyaan sindiran, jebakan, atau memang benar-benar pertanyaan biasa yang membutuhkan jawaban.

“Apakah kau sakit ?” tanya Eunhyuk pelan, benar-benar bingung dengan kondisi ini.

“Aku baik-baik saja, sangat baik malah, kau yang sepertinya mengalami gangguan pendengaran, apakah pertanyaanku tadi tidak terdengar olehmu, hah ?”

Jika keadaan sedang normal, maka Eunhyuk akan menganggap ini candaan, namun kali ini yang terasa di telingannya malah nada sinis yang gagal disembunyikan.

“Kau aneh Donghae..”

“Apanya ? aku kan hanya bertanya, bagaimana masakan Eunmi, apakah enak ? apakah dia calon istri yang baik ?”

“Dia bukan calon istri idaman, percayalah itu, ia akan jadi sosok istri cerewet yang mengerikan”

“Yah, setidaknya ia sudah memasak untukmu kan..”

Eunhyuk menghela napasnya, lalu membalikkan badannya dan menyender di pinggiran batas tembok, ia mengamati Donghae sekilas.

“Aku tidak mengerti kau kenapa, dan ada apa ini, aku tidak sepintar itu untuk menerka apa yang sebenarnya terjadi, aku bahkan masih belum dapat menemukan kepastian bahwa tadi pagi Eunmi berada di kamarku dan dia bilang kau yang membantunya, tapi apapun itu, aku tahu ia milikmu, kau mencintainya, dan tidak sepantasnya ada hal seperti ini, aku minta maaf”

“Tapi dia mencintaimu..” sahut Donghae pelan, ada senyum kesedihan di ujung kalimat perih itu. “Dan jangan pernah meminta maaf untuk semua ini..”

“Jika kau mencintainya, mengapa kau tidak memperjuangkannya, pabo !”

“Untuk apa ? untuk melihatnya menderita karena tidak bahagia bersamaku ?!”

“Perkataanmu itu, seolah-olah aku mencintainya” ujar Eunhyuk datar. Yang menimbulkan reaksi cepat dari Donghae, kedua mata indah itu kini sedang menatap Eunhyuk penuh tanya.

“Kau tidak mencintainya ?”

Pertanyaan tabu yang paling ingin Eunhyuk hindari. Ia tak punya jawaban pasti untuk ini. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan ini.

“Eunmi, dia itu..dia hanya seseorang yang pernah datang dalam kehidupanku, tidak lebih”

“Tapi dia mencintaimu sejak pertama kali kalian bertemu, kau cinta pertamanya”

“Dia kan, bukan aku”

“Kau..” Donghae mendesis pelan, dapat Eunhyuk liat bagaimana jemarinya terkepal, menahan emosi.

“Kau bisa memukulku, tak usah sungkan, tak akan ku balas”

“Kau..kau telah mengikatnya dengan gelang itu, kau juga tertarik padanya sejak pertama kan ?!”

“Molla”

BUGH.

Pukulan yang kuat, meski tidak cukup kuat untuk membuat Eunhyuk terjatuh, tubuhnya hanya oleng sedikit, meski ujung bibirnya langsung terasa asin oleh darah. Eunhyuk menyeringai kecil.

“Cintailah ia kalau begitu..”

“Pabo !” celetuk Eunhyuk, “Kau ini kenapa, hah ?! kalian di jodohkan, kau mencintainya dan sekarang kau memintaku untuk mencintainya juga, kau gila Lee Donghae !”

“Aku hanya ingin melihatnya bahagia”

“Dengan menyakiti dirimu sendiri ?! kau manusia, bukan malaikat !”

“Ini sesuatu yang mudah Eunhyuk-ah, tugasku adalah menjadi sandarannya, dan tugasmu adalah membuatnya tertawa dan bahagia, hanya itu..” Donghae menepuk pundak Eunhyuk beberapa kali, dan kemudian segera 
melangkahkan kakinya menjauh.

“Yak, kau mau kemana, hah ?!”

Tak ada jawaban. Tubuh itu tetap menjauh, menuju tangga di balik pintu.

Eunhyuk mengacak rambut belakangnya. Cinta model apa ini. Bagaimana bisa Donghae bersikap seperti ini, apa jadinya jika seluruh orang tahu dengan masalah ini. Dirinya pastilah di cap sebagai perusak hubungan orang. Dan sejujurnya dia bukan manusia kurang kerjaan yang siap menampung masalah baru dalam hidupnya.

Lagipula, sekalipun ia mencintai Eunmi, cinta itu tidak boleh hidup dan merusak persahabatannya. Eunmi boleh menjadi satu-satunya yeoja yang sanggup bertahan di sisinya, namun itu bukanlah sebuah alasan untuk mengakui bulat-bulat bahwa ada rasa cinta disana darinya untuk Eunmi, kan ?

“Eunmi milikmu Donghae, dan akan selamanya seperti itu..” ujar Eunhyuk berbisik pada angin, sambil menyeka darah yang terisi jejak-jejak amarah Donghae, yang lagi-lagi gagal untuk disembunyikan darinya.

***

Klek.

Semua mata terarah pada pintu yang baru saja dibuka dengan gerakan kasar tersebut.

“Kau kenapa hyung ?”

“Ani, aku hanya merasa diikuti tadi..” sahut Eunhyuk, “Jadi ba...”

“Aish, apakah mereka masih berniat untuk mengganggu kita ? bukankah kita sudah sepakat waktu itu” potong Wooyoung, “Kau habis bertengkar hyung ?” tanyanya lagi, sambil menunjuk sudut bibir Eunhyuk yang terlihat 
kebiruan.

Eunhyuk menggeleng, “Hanya kecelakaan kecil..”

“Jangan menyepelekan luka hyung, tunggu sebentar..” Taemin beranjak dari tempatnya, mengambil kotak obat.

“Ini tidak ada hubungannya dengan preman-preman sialan itu kan hyung ?” tanya Gikwang penasaran.

“Tidak, aku mendapat luka ini di sekolah, tidak ada hubungannya dengan mereka, lagipula kita kan sudah tidak pernah mengadakan showcase lagi di daerah kekuasaan mereka, jadi untuk apa mereka mengganggu kita lagi..”

“Sudahlah, aku baik-baik saja, bagaimana dengan dancenya, apakah ada gerakan baru lagi ?” Eunhyuk menyambung kembali kata-katanya, sekaligus mengalihkan pembicaraan.

Mendengar kata dance disebut-sebut, atmosfer di ruangan kecil itu kembali penuh semangat. Dengan ke-antusiasan penuh, mereka masing-masing mulai menunjukkan gerakan-gerakan yang mereka temukan, sambil sesekali menyarankan musik apa yang cocok mengiringi, atau sekedar memberikan saran.

Semua larut dalam dunia yang menyatukan mereka tersebut. Meski bisa dibilang Eunhyuk satu-satunya yang berasal dari latar belakang keluarga yang paling berbeda, namun impian mereka untuk sukses tidak ada bedanya.

***

“Menurut oppa, apa yang Hyukkie lakukan di dalam ruko kecil itu ?” Eunmi mengangkat sendok eskrimnya, membiarkannya diam di udara, dengan raut wajah yang tampak berpikir serius, ia benar-benar penasaran.
Donghae menggeleng sambil tersenyum, “Molla..tapi aku yakin bukan sesuatu yang buruk..”

“Hah, aku benar-benar ingin tahu..”

Mereka berdua baru saja membuntuti Eunhyuk sejak dari sekolah tadi. Awalnya Eunmi ingin terus menunggu ditempat persembunyian mereka sampai Eunhyuk kembali menunjukkan batang hidungnya dari dalam ruko kecil di gang sempit tersebut. Namun Donghae berhasil memaksanya untuk melupakan niat tersebut dan membawa Eunmi ke kafe ini.

“Aku rasa itu tempat yang selalu dia tuju ketika dia menghilang dari sekolah dan dorm”

“Mwo ? maksud oppa Hyukkie jarang berada di sekolah dan dorm kalian ?”

“Ne..” Donghae menatap gadis dihadapannya, terlihat jelas bagaimana guratan-guratan itu semuanya hanya melukiskan tentang Eunhyuk, tidak ada yang lain. “Dari kecil, ia tidak pernah suka sekolah..”

“Aku rasa bukan begitu, Hyukkie bukan tidak menyukai sekolah, tapi dia tidak pernah menyukai lingkungan kita tumbuh besar”

“Kau benar, dia itu unik, sangat berbeda..”

Eunmi mengangguk tanda setuju, “Itu yang membuatku mencintainya, oppa..”

“Waeyo ?” tanya Donghae pelan, berusaha untuk benar-benar terlihat ingin tahu, meski ia sendiri tahu, dengan begini akan semakin banyak luka yang tercipta dalam hatinya.

“Err..seperti yang oppa bilang tadi, Hyukkie itu berbeda, dia tidak seperti kebanyakan namja dari kalangan kelas atas yang mengutamakan sopan santun dan kelembutan, dia itu cuek, dingin, menyebalkan, kata-katanya pedas dan terkesan tidak peduli dengan apapun..tapi itulah yang membuatku malah merasa nyaman saat ada di dekatnya, ada getaran-getaran yang tak dapat ku ungkap dengan kata-kata, sederhananya, aku merasa bahagia, sangat bahagia..”

“Kau juga unik Eunmi-ah, disaat semua yeoja mencari namja yang berkepribadian baik kau malah memilih Eunhyuk..”

“Aish, maksud oppa Hyukkie ku tidak baik ?”

“Hahaha..Hyukkie mu ?”

“Ya, dia itu Hyukkie ku, hanya aku yang boleh memanggilnya Hyukkie, dia milikku sejak awal, sudah seharusnya begitu..” sahut Eunmi yakin. Donghae hanya bisa tersenyum melihatnya.

Baiklah, dia memang bahagia, bahagia dapat melihat Eunmi bahagia hanya dengan membicarakan Eunhyuk. Tapi sejauh apa rasa bahagia itu dapat menyamari pedih yang sejak tadi juga berdenyut dalam jiwanya. Yang ia paksa samarkan dalam remang-remang senyum Eunmi yang takkan pernah tercipta untuknya.

“Bagaimana jika Eunhyuk tidak mencintaimu ?”

Eunmi nampak menghentikan aktivitasnya memakan es krim sesaat, mendengar pertanyaan Donghae yang tiba-tiba itu. Namun sedetik kemudian ia tersenyum.

“Ia juga mencintaiku oppa, aku tahu itu, ia mencintaiku sejak awal sama sepertiku, jika tidak untuk apa ia memberikan gelang ini padaku, iyakan..” lagi-lagi keyakinan yang kental begitu terasa dalam kalimat itu.

“Hanya gelang Eunmi-ah, dan itu tiga tahun lalu..” sahut Donghae lagi, ia tidak mengerti, saat ini di dalam tubuhnya seperti ada dua jiwa yang hidup. Satu yang sedang berusaha bahagia dan satu lagi yang ingin memberontak hebat. Apapun, Eunmi cinta pertamanya. Cinta pertama yang langsung karam.

“Aku yakin dia mencintaiku oppa, dan kalaupun tidak, bukankah sekarang kita sedang berusaha membuatnya mencintaiku..”

“Ya...mencintaimu...”

Sementara Eunmi sibuk menceritakan kembali bagaimana perjuangannya membangunkan Eunhyuk tadi pagi dan betapa susahnya hanya untuk membuat telur dadar untuk Eunhyuk, Donghae hanya dapat menjadi pendengar yang baik.

Mendengarkan cerita tentang orang yang disayangi menceritakan tentang orang yang dia sayangi. Tidak rumit. Hanya sakit.

***

Lampu jam tangannya menyala dan kemudian berbunyi dua belas kali. Tepat tengah malam sekarang. Dan Eunhyuk hanya duduk sendirian dengan sekaleng soft drink di tangannya, ditemani tenangnya arus sungai Han di hadapannya.

Mencintai. Ia tidak pernah benar-benar mengerti sedalam apa definisi tentang mencintai. Ia tidak pernah melihat itu terjadi dalam keluarganya. Tapi ia juga masih mengingat dengan jelas, ketika pertama kali ia berkenalan Eunmi, gadis kecil yang periang dan penuh senyum.

Hari berganti dan Eunmi terus menjadi pengikutnya yang paling setia. Mengekorinya kemanapun setiap ada kesempatan mereka bertemu. Dan saat ini, gadis kecil itu telah beranjak dewasa. Cantik dan menarik. Dua kata yang lebih dari cukup untuk menggambarkan sosok Eunmi saat ini.

“Kau tidak mencintainya Eunhyuk, kau tidak mencintainya..” bisiknya untuk dirinya sendiri. Seolah rapalan kalimat itu bagai mantra yang dapat melunturkan segumpal rasa yang sesungguhnya sudah bersarang lama dalam tubuhnya.

“Kau tidak mencintainya, tidak boleh, dia milik sahabatmu, Donghae yang harus bersamanya, bukan kau Eunhyuk, berhentilah memikirkannya..”

“Jangan ikuti permainan gila Donghae, kau tidak mencintainya, sama sekali tidak..”

Drrt..drrt..drrttt.  Eunhyuk merogoh saku jaketnya, mengeluarkan smartphone –yang baru saja diantarkan oleh sekertaris ibunya tadi- terlihat ada sebuah pesan suara yang terkirim untuknya. Disentuhnya layar tersebut.

“Hyukkie-ah..saranghaeee..”

Eunhyuk terdiam sebentar, dan kemudian tanpa ia sadari ujung-ujung bibirnya membentuk simpul senyuman. Gadis ini, aish. Entah karena apa, Eunhyuk memutar kembali rekaman singkat tersebut, dan terus kembali memutarnya lagi, lagi dan lagi. Seolah melupakan kalimat-kalimat sugesti yang baru beberapa menit lalu ia ucapkan untuk dirinya sendiri.

TBC 

1 komentar: