Jumat, 19 Agustus 2011

Love for Love part 4


Meski tak berpintu,
bukankah masih ada jendela untuk pulang.

***

Belum pernah langkahnya terasa seringan ini ketika ia harus kembali ke tempat dimana ia biasanya bersikap dingin dan tak peduli. Senyumnya bahkan terus terukir di bibir, benar-benar tidak seperti ia yang biasa.

“Kau darimana saja, hah ?! tidak pulang selama dua hari, ponselmu juga tidak aktif, kau ini kemana ?!!”

Salakan Leeteuk langsung menyapanya ketika tubuhnya bahkan baru saja ada di ambang pintu. Namun Eunhyuk malah tersenyum dan dengan santainya duduk di sofa, membuat semua mata yang ada disana menatapnya penuh keheranan.


“Aku kemarin terpaksa harus kembali ke ‘penjara’ itu hyung” sahutnya sambil menekuk jari telunjuk dan tengah tangan kanannya secara berbarengan, “Dan sialnya ponselku tertinggal disana..”

“Kau salah makan obat ya ?” Eunhyuk mengalihkan pandangannya pada seorang namja yang sebelum kehadirannya tadi masih sibuk berkencan dengan psp kesayangannya.

“Aku ? haha, aku rasa kau yang salah makan obat, sejak kapan kau tidak peduli pada pspmu seperti itu, hah ?”

“Sepertinya Kyu benar, ada yang salah denganmu, atau apakah kepalamu baru saja terbentur ?” kali ini, pertanyaan yang bernada sama keluar dari bibir Sungmin, dengan tatapan mata penuh keinginan tahuan seperti semua orang di ruangan itu, kecuali Eunhyuk tentunya.

“Yak, kalian ini kenapa, hah ? mengapa menatapku seperti itu, apa karena dua hari tidak melihat wajahku kalian jadi begitu merindukanku ?”

Plak. Sebuah bantal melayang dan tepat mendarat di wajahnya. “Hah..lihatlah, bantal saja sampai ingin menciummu mendengar kau berkata demikian..” cibir sang pelaku dengan wajah tanpa dosa, Heechul.

“Appo hyung..” dengus Eunhyuk sambil mengusap mukanya, “Aku naik sajalah ke atas, bye semua, selamat malam..”

Masih tidak mempedulikan tatapan orang-orang padanya, Eunhyuk beranjak menuju kamarnya di lantai dua. Sesekali ia bersenandung atau bersiul-siul kecil, membuat semua orang semakin tidak mengerti dengan kelakuannya hari ini.

“Satu tahun aku tinggal disini, baru hari ini aku melihat Eunhyuk hyung sebahagia itu” celetuk Henry, matanya masih saja membulat melihat ke arah tangga tempat tubuh Eunhyuk beberapa detik yang lalu tadi berada.

“Jangankan kau, aku yang sudah lebih dulu tinggal disini bahkan sebelum Eunhyuk ada disini saja merasa aneh” sambung Shindong, dan langsung diamini oleh yang lain.

“Benar-benar aneh, seperti bukan Eunhyuk saja”

“Eunhyuk lebih tua darimu Kyu, biasakanlah memanggilnya dengan hyung” koreksi Sungmin.

“Jika aku memanggilnya dengan hyung, maka aku juga harus memanggil hyung pada kalian, andwae..itu melelahkan” ujar Kyu yang sudah kembali tenggelam dalam dunia game-nya.

“Aish..kau ini..”

Sementara semua kembali ke aktivitas masing-masing, Leeteuk satu-satunya orang yang sejak tadi memandang Eunhyuk dengan pandangan berbeda, menyelinap ke atas. Dan kini ia sudah berada di depan kamar dongsaengnya itu.

“Eunhyuk-ah, ini aku Leeteuk, boleh aku masuk ?”

“Masuk saja hyung, tidak dikunci..” sahut suara Eunhyuk dari dalam. “Ada apa hyung ?” tanyanya langsung ketika tubuh Leeteuk sudah ada di dalam kamarnya, dan duduk di sebelahnya.

“Ani, hanya saja, selamat datang kembali Eunhyuk-ah..”

Eunhyuk mengerutkan keningnya, menatap hyungnya bingung. “Selamat datang ? datang kemana hyung ?”

“Hahaha..aku mengenalmu sejak kecil, dan akhirnya tadi gummy smile-mu itu kembali lagi, sepertinya hal baik, atau sangat baik mungkin, baru terjadi kan ?”

“Kau ini bicara apa hyung, aku biasa saja” elak Eunhyuk berusaha mengalihkan matanya ke arah manapun asal bukan menatap lawan bicaranya. Ia sadar warna wajahnya akan sangat mudah ditebak jika sudah begini.

“Arra..arra..aku tidak akan memaksamu untuk bercerita” ujar Leeteuk bijak, “Kau bilang tadi kau pulang ke rumah, lalu kenapa kau tidak memberiku kabar, hah ? tidak tahukah kau bahwa aku mencemaskanmu ?”

“Mianhe hyung, lagipula aku hanya tidur semalam di tempat itu..”

“Lalu setelahnya ?”

“Di rumah temanku” sahut Eunhyuk singkat.

“Jinjja ?”

“Ne hyung, apakah kau meragukan kemampuanku untuk mempunyai banyak teman selain kalian ?” tanya Eunhyuk balik.

“Aish, tidak bisakah sekali saja nada bicaramu terdengar bersahabat sedikit..” protes Leeteuk, “Aku yang paling tua disini, dan aku merasa harus bertanggung jawab pada kalian semua”

“Aku sudah besar hyung, tak akan ada masalah bahkan jika aku hidup di jalanan sekalipun..”
Leeteuk hanya tersenyum. Eunhyuk adalah orang yang memiliki kepribadian paling berbeda di antara semua 
dongsaengnya.

“Bagaimanapun kau adalah seorang pewaris pe.....”

“Hyung, aku ngantuk, bisakah kau keluar dari kamarku ?” sela Eunhyuk, sebelum ceramah panjang Leeteuk tentang takdir dan garis nasib mereka dimulai dan dipastikan akan merusak atmosfir bahagianya malam ini.

“Eh ? baiklah..”

***

“Argh..kau ini kenapa Lee Donghae !!” namja itu mengacak-acak rambutnya sendiri. Meski mungkin masih terlalu dini, tapi rasa-rasanya ia memang sedang frustasi saat ini. Memikirkan perkataan Eunmi di mobil tadi benar-benar membuat saraf-saraf otaknya menegang.

Ia tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Ia bukan tipe orang yang mudah tertarik dengan lawan jenis hanya dari sekedar melihat penampilannya saja. Meski tentu, ia punya segala kriteria yang lebih dari cukup untuk membuat yeoja manapun bertekuk lutut di hadapannya.

Namun kehadiran Eunmi membuat ada getaran-getaran baru di hidupnya. Awalnya, ia memang menganggap Eunmi seperti adik perempuannya sendiri, toh sudah digariskan suatu hari nanti mereka akan sama-sama berdiri di depan altar dan saling mengucapkan sumpah setia satu sama lain.

Tapi hari ini, dan bahkan sejak kemarin, sejak ia mengetahui ada cerita tentang Eunmi dan Eunhyuk, tiba-tiba saja hatinya bergejolak tak karuan. Untuk pertama kalinya, ia merasa, ia takut kehilangan. Entah itu kehilangan persahabatannya dengan Eunhyuk atau kehilangan Eunmi.

“Hyung, kau tahu, hal langka baru saja terjadi..”

“Kau ini berlebihan sekali..”

“Aish, tapi memang benar hyung, coba ku tanya, memang hyung pernah melihat Eunhyuk hyung 
sebahagia itu ? ia bahkan tetap saja tersenyum padahal ia bilang, ia baru saja pulang dari rumahnya, padahal kan biasanya mood-nya akan lebih buruk daripada biasanya jika seperti itu”

“Iyasih, ya mungkin saja hal baik baru saja terjadi”

“Menurutku sesuatu yang amat sangat baik, karena Eunhyuk hyung terlihat sangat bahagia”

Percakapan antara Henry dan Ryewook di ruang makan tadi membuat Donghae jadi menduga-duga, apakah perubahan Eunhyuk itu berhubungan dengan entah-apapun-itu yang mungkin tadi terjadi saat ia bersama dengan Eunmi.

Wajah Eunmi berbinar-binar dan semua orang bilang aura Eunhyuk berubah seratus delapan puluh derajat kali ini. Donghae berusaha untuk menampik segala kecurigaan dan asumsi-asumsinya, namun rasanya itu terasa sia-sia, karena saat ini, ketika jarum jam dikamarnya sudah diam bersandar di angka dua, matanya masih saja sulit untuk dipejamkan.

Ia meraih smartphone-nya, menyentuh layarnya, dan menatap wajah cantik yang terpampang disana.
“Eunmi-ah..aku rasa, aku mencintaimu..”

***

“APPA !!”

Hosh..hosh. Namja itu memandangi sekelilingnya. Nafasnya masih terasa memburu dan keringat mengalir 
deras membasahi tubuhnya.

Ia menyibakkan selimut yang melilit tubuhnya dengan kasar, dan beranjak dari kasurnya. Mimpi buruk. Atau kenangan buruk ? Entahlah, ia bahkan merasa tidak dapat menemukan perbedaan dari dua hal itu.

Berusaha tidak menimbulkan kegaduhan, ia berjalan menuju dapur. Bagaimanapun asramanya ini dihuni oleh 
empat-belas-namja-sibuk yang dapat membunuhnya jika ia sampai mengganggu waktu tidur mereka yang terasa begitu berharga.

Gluk..gluk..gluk. Satu botol air mineral yang baru saja ia ambil dari kulkas langsung tandas dalam beberapa kali tegukan. Ia duduk di atas meja dapur yang bahkan lampunya sengaja tidak ia nyalakan. Pandangannya menatap ke arah sudut-sudut yang terjangkau oleh kedua matanya.

Tiga tahun sudah ia tinggal di tempat ini. dan itu juga tanda bahwa tiga tahun sudah ia sempat berpisah raga dengan Eunmi, berpisah tanpa perpisahan. Eunmi, yeoja itu..reflek, ia kembali meraba pipinya, entah sudah untuk keberapa puluh kalinya hari ini.

“Aish..anak itu, berani-beraninya dia..” dengusnya dengan tawa diujung kalimat.  “Dia harus kuberi pelajaran karena terus-menerus membuatku memikirkan tentangnya hari ini..”

Tidak ingin terus larut dalam euforia kebahagiaan yang seolah tak mau berhenti ini, Eunhyuk berniat untuk kembali ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti seketika, saat mendengar teriakan putus-asa dari kamar sahabatnya, Donghae.

Ingin rasanya ia masuk, apalagi melihat pintu kamar Donghae tidak tertutup sempurna. Seberapapun kadar ke-tidakperdulian yang terkandung ditubuhnya, Donghae tetaplah sahabat yang masuk dalam daftar utama orang-orang yang akan selalu ia pedulikan.

Donghae tampak mengacak rambutnya, frustasi. Membuat ia jadi ragu untuk menemuinya. Bukan apa-apa, ia hanya sadar dengan sikap yang dimilikinya, suka mencibir dan dingin, sama sekali tidak akan membantu.

Akhirnya ia hanya berdiri terpaku di tempatnya, atau dengan kata lain mengintip. Memperhatikan Donghae yang jelas-jelas tampak gelisah entah karena apa.

‘Ah, apa yang ku lakukan ini, ini sama sekali bukan gayaku’ batinnya, dan kali ini ia benar-benar ingin mengetuk pintu untuk memberitahukan keberadaannya pada Donghae, kepalan tangannya baru saja terangkat, ketika diwaktu yang bersamaan juga Donghae meraih ponselnya dan lantas memperhatikannya dengan sorot mata yang tak dapat dibaca.

“Eunmi-ah..aku rasa, aku mencintaimu..” suara Donghae yang meski lirih entah kenapa dapat terdengar jelas ditelinganya.

Kebekuan langsung saja menjalar ditubuhnya, buru-buru ia berbalik dan berjalan menjauh dari kamar Donghae.

“Pabo kau Eunhyuk, jelas-jelas kau tahu dia milik sahabatmu, mana boleh kau memikirkannya” rutuknya sendiri, tak kalah lirih dengan suara Donghae tadi.

***

Dentuman musik, berpadu dengan hentakan kaki, serta liukan tubuh yang seirama, mengisi setiap inci ruang sempit itu, menghadirkan energi tersendiri di dalamnya. Tiga orang namja itu atau dua ? tampak begitu menikmati setiap gerak yang mereka lakukan. Badan mereka yang sudah sangat bersahabat dengan musik merefleksikannya menjadi tarian-tarian indah yang tak biasa.

Klik.

“Hyung, kau salah lagi” Gikwang, mematikan kembali pemutar musik untuk yang ketiga kalinya dalam satu jam ini, dan kembali memandang ke arah Eunhyuk. “Apkah ada masalah ?”

“Err..bagaimana jika kita istirahat saja dulu, nanti kita lanjutkan lagi”  sela Taemin, tidak ingin keadaan menegang, mengingat tatapan mata Gikwang seolah sudah tak lagi mentolerir kesalahan yang dilakukan oleh Eunhyuk.

“Mianhe..” ujar Eunhyuk pelan, dan berjalan ke sudut ruangan. Ia menelungkupkan wajah di antara kedua lututnya. Pikirannya tiba-tiba kacau. Kata-kata Donghae yang ia curi dengar semalam dan kelebat-kelebat wajah Eunmi seperti bergantian berputar di otaknya. Membuatnya tidak dapat berkonsentrasi.

“Hyung..” sesuatu yang dingin menyentuh kulit tangan Eunhyuk, membuat ia mengangkat kepalanya. “Ini, minumlah, hyung terlihat lelah”

Eunhyuk menerima botol minuman yang diberikan Taemin, sekilas ia melirik ke arah Gikwang yang kini sedang berlatih sendiri tanpa musik. “Gomawo, kau berlatihlah saja berdua dengan Gikwang, aku akan mencari angin sebentar diluar..”

“Tapi hyung..”

Eunhyuk hanya tersenyum tipis, ia berdiri dan beranjak, belum sempat ia mencapai pintu, pintu itu telah terbuka lebih dahulu. Wooyoung terlihat berdiri di ambang pintu sambil memamerkan cengirannya.

“Aku punya berita bagus !” ujarnya penuh semangat, “Eh, kau mau pergi hyung ? tidak bisa, kau harus mendengarkan berita ini dulu..”

Wooyoung menarik tangan Eunhyuk dan kemudian mengajaknya duduk di lantai, Taemin dan Gikwang yang penasaran dengan berita yang dibawa Wooyoung juga mendekati mereka.

“Ada apa ?” tanya Gikwang disertai anggukan oleh Taemin.

“Lihatlah ini..” Wooyoung meletakan sebuah kertas yang sedari tadi ia genggam.

Hanya Taemin dan Gikwang yang tampak semangat membaca apa yang ada di kertas itu, sementara Eunhyuk hanya diam saja tak bersuara sama sekali.

“Audisi grup-dance..” Taemin mencoba membaca jajaran huruf yang tercetak besar dan tebal di kertas tersebut. “Woah..ini ?”

“Yap, ini kesempatan untuk kita, dan aku sudah mendaftarkan kita berempat untuk ikut audisinya” sahut 
Wooyoung. “Dan kalian tahu, katanya bagi yang lolos dan mendapat nilai terbaik akan ada kesempatan untuk bisa didebutkan di luar negeri”

“Jinjja ?” tanya Taemin dan Gikwang kompak.

“Yaa..semoga saja memang benar, tapi yang paling penting sekarang adalah kita harus menyiapkan diri kita untuk audisi dengan sebaik-baiknya”

“Ayo berlatih kalau begitu, kita ciptakan gerakan-gerakan baru yang dapat memukau tim penilai”  ujar Gikwang semangat, sementara Taemin masih membaca dengan serius kertas pengumuman yang kini sudah ada ditangannya, seolah tidak boleh ada satupun kata yang terlewat untuk ia baca.

Wooyoung hanya tertawa kecil melihat tingkah dua orang itu, namun tawanya terhenti seketika, saat matanya beralih ke arah Eunhyuk. Meski secara umur, Eunhyuk paling tua, terkadang hyung-nya itu akan bersikap lebih kekanakkan dari Taemin jika sudah menyangkut soal acara-acara seperti ini.

“Hyung, gwenchana ?” Wooyoung melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Eunhyuk.

“Ah..mwo ?”

“Kau melamun hyung ?”

“Ani..” kilah Eunhyuk sambil berusaha tersenyum, “Kalian  berlatihlah dulu bertiga, aku ingin keluar sebentar, nanti tunjukkan padaku bagaimana gerakannya”

“Apakah tidak apa-apa begitu ? bukankah lebih enak jika kita menciptakannya bersama-sama ?”

“Sudah tidak ada banyak waktu, manfaatkanlah sebaik-baiknya, aku pergi dulu”

“Baiklah” Wooyoung ikut berdiri dan mengikuti Eunhyuk hingga ke pintu, “Hati-hati hyung, tadi saat aku hendak kemari kulihat preman-preman itu ada di sekitar sini juga, entahlah apa mereka masih mengincar kita atau ada urusan lain”

“Aish benarkah itu hyung ? hah, padahal kita kan sudah tidak pernah tampil di daerah kekuasaan mereka lagi” celetuk Taemin yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang mereka berdua.

“Ne, aku juga kaget melihatnya, untuk mereka tidak melihatku..”

Sementara Wooyoung dan Taemin tiba-tiba sibuk dalam pembicaraan mereka, Eunhyuk bergegas meninggalkan basecamp-nya itu.

Selama ini dengan menari, segala beban dipundaknya selalu saja terasa hilang tak berbekas. Namun kini, bahkan tarianpun tak dapat mengalihkan pikirannya barang sejenak. Entahlah ia harus apa dan kemana sekarang. Ia sendiri tak mengerti.

***

“Eomma, aku ke toilet sebentar..”

“Cepat, dan jangan coba-coba untuk kabur dari sini”

Yeoja itu hanya menatap eommanya dengan pandangan tak acuh, dan langsung bergegas pergi membebaskan diri dari pembicaraan penuh tata-krama dan gengsi yang memuakkan itu.

“Kalau aku bisa kabur juga aku sudah pergi dari tadi” dengusnya kesal, sambil menatap pantulan wajahnya sendiri di cermin toilet.

“Eunmi-ah ?”

Mendengar namanya dipanggil, Eunmi langsung menolehkan kepalanya, mencari sumber suara.
“Eun Ah ? kau ada disini juga ?”

“Ne, jika tidak untuk apa aku ada disini..”

“Aish, jika aku tahu sejak tadi, lebih baik aku bersamamu saja daripada ada di dekat eommaku”

“Wae ?”

“Mereka hanya membicarakan tentang Hermes, Mark Jacob, Channel, Versace dan semua hal-hal tidak penting itu, bagaimana aku tidak bosan ?” keluh Eunmi sambil memasang mimik muka kesal yang amat nyata di wajahnya.

“Haha..kau ini memang unik Eunmi-ah..”

“Kau bukan orang pertama yang mengatakannya Eun Ah, ayo kita mencari tempat ngobrol yang enak” tanpa canggung, Eunmi langsung menarik tangan Eun Ah dan mengajaknya keluar dari toilet. Mereka berdua duduk santai di salah satu meja yang kosong, tidak peduli dengan acara yang masih berlangsung.

“Lihatlah, acara ini tentang amal tapi tidak satupun orang-orang itu menunjukkan wajah-wajah yang benar peduli” cibir Eunmi yang hanya disambut tawa oleh Eun Ah. “Apa kau menikmati acara ini Eun Ah ?”

“Biasa saja, aku hadir hari ini karena mewakili eommaku yang tak dapat datang, lagipula nanti Siwon oppa dan oppadeul lainnya juga akan datang setahuku”

“Oh pantas saja eomma memaksaku untuk ikut. Kau sepertinya dekat dengan mereka ya ?”

“Tidak juga, hanya sebatas mengenal, karena mereka teman-teman Siwon oppa dan kami sering bertemu jika ada acara seperti ini jadi ya beginilah, mungkin kalau kau tidak sekolah di Paris juga akan sepertiku Eunmi-ah..”

“Apakah mereka selalu datang bersama-sama seperti itu ?”

“Yaa, persahabatan mereka cukup erat, hanya saja paling Eunhyuk oppa yang jarang terlihat, kata Siwon oppa dia tidak begitu suka acara-acara seperti ini, mirip denganmu ya..hehe..”

Eunmi hanya dapat tersenyum sambil berusaha untuk tidak menunjukkan gurat-gurat merah jambu yang terbiasa muncul di pipinya ketika ia sedang tersipu malu. Entahlah, hal-hal yang berhubungan dengan Hyukkie-nya selalu dapat membuat tubuhnya menunjukkan reaksi-reaksi tak terduga.

“Bagaimana hubunganmu dengan Donghae oppa, apakah kalian akan mengadakan pesta pertunangan dalam waktu dekat ini ?”

“Aku masih menganggapnya sebagai oppa-ku saja Eun Ah, jadi entahlah, lagipula sebentar lagi mereka akan menjalani ujian ke universitas kan..”

Kali ini gantian Eun Ah yang tersenyum ke arah Eunmi, “Apa kau sudah punya pacar ?”

“Mwo ?! ani..aku belum pernah pacaran..”

“Haha..mianhe, hanya saja kau sepertinya benar-benar tidak menunjukkan ketertarikan apapun pada Donghae oppa”

“Bukankah pernah ku bilang sebelumnya kalau hatiku masih belum sepenuhnya setuju dengan perjodohan semacam ini, jika orangnya bukan Donghae oppa, mungkin aku sudah ka....”

“Mianhe Eunmi-ah, Siwon oppa dan yang lain sudah ada di depan, aku mau kesana, kau mau ikut ?” tanya Eun Ah yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

“Ehm, Eun Ah, dapatkah kau menolongku ?”

“Eh, apa ?”

“Sampaikan pada Donghae oppa bahwa aku menunggunya di taman, ada yang ingin ku bicarakan”

“Arraseo, kalau begitu aku menemui mereka dulu” pamit Eun Ah sambil beranjak dari kursinya. Eunmi hanya tersenyum dan sejurus kemudian bergegas menuju taman yang ia maksud sendiri tadi.

Ia membutuhkan jawaban Donghae atas pertanyaannya di mobil tempo hari. Karena sejak pertanyaan itu terlontar Donghae jadi lebih diam terhadapnya, beberapa kali Eunmi mencoba mengajak bertemu namun Donghae selalu beralasan dan menolaknya.

Menurut Eunmi persetujuan Donghae adalah kunci baginya untuk berusaha kembali memasuki celah-celah kehidupan Eunhyuk. Tidak peduli apakah semua orang akan mengecap Eunmi sebagai perempuan agresif, yang ia tahu hanya satu, bersama Hyukkie-nyalah ia selalu merasa bahagia lebih dari apapun.

“Eunmi-ah..”

“Duduk oppa..” Eunmi menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya, mempersilahkan Donghae yang baru datang untuk duduk disana.

“Eun Ah bilang kau menungguku disini, ada apa ?” tanya Donghae sekedar basa-basi.

“Aku yakin, oppa tahu apa maksudku tanpa aku harus mengatakannya” sahut Eunmi sambil mengerling ke arah Donghae. “Kenapa oppa tidak pernah mengangkat telponku, apa oppa marah karena mendengar permintaanku waktu itu ?”

Donghae tersenyum, dan lantas menghembuskan nafasnya pelan. “Mianhe Eunmi, tentu saja aku tidak marah, hanya saja aku butuh waktu untuk memikirkan itu..”

“Jadi oppa sudah memikirkannya ? apa sudah mendapatkan jawabannya juga ?”

“Apa aku boleh tahu kenapa kau ingin perjodohan kita dipertimbangkan ulang ?”

Eunmi melepas gelang perak ditangannya, dan memandanginya. “Aku jatuh cinta oppa, aku sudah jatuh cinta sejak pertama kali aku melihat Hyukkie, aku jatuh cinta padanya, dan akan terus begitu..”

“Jauh sebelum aku mengenal oppa, aku sudah mengenal Hyukkie terlebih dahulu, dan ia langsung membuatku jatuh cinta, jatuh cinta hingga yang aku inginkan hanya terus bersamanya, mengikutinya kemana-mana, hanya itu, bersamanya..”

“Sebesar itukah ?” tanya Donghae pelan, hingga pertanyaan itu berkesan dingin dan perih.

Namun Eunmi yang tak-cukup-peka untuk merasakannya, selain ini yang masih terpaku pada gelang ditangannya hanya mengangguk-angguk mantap. “Apakah oppa punya cinta pertama ?”

“Ya..”

“Hyukkie cinta pertamaku oppa, dan bukankah orang selalu bilang bahwa cinta pertama itu adalah cinta sejati ?”

Bukannya menjawab, Donghae hanya membelai lembut rambut Eunmi. Ia belum mendapatkan jawaban apapun untuk sebaris pertanyaan yang Eunmi lontarkan beberapa hari lalu. Tapi melihat wajah Eunmi kali ini, sorot matanya pada gelang itu, dan caranya bercerita, Donghae menyadari banyak hal.

“Jadi apa yang harus aku lakukan untuk membantumu ?”

Eunmi mengalihkan wajahnya ke arah Donghae, “Maksud oppa ?”

“Ya, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu menjemput cinta pertamamu itu ?” ulang Donghae lagi, berusaha tersenyum, berusaha menahan perih dari setiap jarum kepedihan yang terucap dari bibirnya sendiri.

Tanpa berbicara apapun, Eunmi langsung memeluk Donghae erat, sangat erat, untuk pertama kalinya. 
“Gomawo oppa, gomawo...saranghae, oppa benar-benar oppa terbaik sepanjang masa..” puji Eunmi tak 
henti-henti ditelinga Donghae, yang tanpa Eunmi sadari semakin melebarkan luka-luka yang baru saja tercipta.

“Cheonmaneyo Eunmi-ah, apapun akan kulakukan untuk kebahagianmu..” sahut Donghae pelan sambil membalas pelukan Eunmi. 

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar