Jumat, 19 Agustus 2011

Love for Love part 3


Tetaplah tinggal,
meski langkahku takkan pulang.

***               

Sinar matahari yang menyelinap masuk dan langsung membiaskan cahayanya dengan anggun, menjadi alarm alam yang terasa menyebalkan. Menyebalkan karena ia merasa tidak benar-benar tertidur sejak semalam, dan akhirnya ketika pagi ini kedua mata itu dapat terpejam dengan sempurna, seolah hanya dalam hitungan jari ia harus terbangun kembali.

Terasa ironis memang. Dia sedang berada di rumahnya sendiri sekarang, di kamarnya yang besar, di atas tempat tidur dengan kualitas terbaik, namun ia malah merasa janggal, tak ada nyamannya sama sekali.


Tok..tok..tok. “Tuan muda, ditunggu tuan dan nyonya di meja makan, sarapan bersama katanya..”

“Sarapan bersama ?! cih..sejak kapan ada hal semacam itu di rumah ini..” dengusnya kesal. Ia beranjak dari tempat tidur, menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Sesaat, ia tertegun menatap wajahnya sendiri yang dibubuhi titik air. Ada denyut yang tak terlihat di pipi kirinya. Sakit yang tak seberapa, namun seakan-akan tak ingin pergi. Reflek, ia meraba pipinya itu, dan sejurus kemudian ia hanya tertawa, mentertawakan kemirisannya sendiri.

Dengan langkah rela-tak-rela, ia akhirnya tiba juga di ruang makan. Tampak kedua orang tuanya sudah duduk disana. Dan tanpa ada niatan untuk memberi kalimat sapaan apapun, ia langsung menarik salah satu kursi lantas segera duduk.

“Selamat pagi Lee Hyukjae..” sapa appanya dengan lafal sindiran yang kuat. Sementara Eunhyuk hanya menanggapi dengan melihat ke arah appanya sekilas lalu lebih memilih berkonsentrasi pada setangkup roti tawar di hadapannya.

“Makanlah yang banyak, minum susumu, kau tampak kurus sekali” ujar eommanya, “Jangan sampai jas yang sudah eomma pesankan tampak kebesaran di badanmu”

“Untuk apa kau pesankan jas untuknya, pakaian itu tidak akan cocok untuk menari di pinggir jalan”  sela appany sarkatis.

“Aku sudah selesai” Eunhyuk berdiri dari kursinya, “Aku mau kembali ke asrama”

“Appa sudah menerima transkrip nilaimu, kau tidak ikut ujian, dan kehadiranmu hanya sepuluh persen di sekolah, kau mau jadi apa, hah ?!!” salakkan Tuan Lee yang tiba-tiba memecah suasana dingin di ruangan itu, membuat langkah Eunhyuk terhenti.

“Dengan catatan seperti itu kau tidak akan bisa masuk kuliah tahun ini ! Dari kakek buyutmu, tidak ada satupun laki-laki di keluarga ini yang tinggal kelas karena sebuah alasan konyol !!”

Mati-matian menahan emosinya, Eunhyuk akhirnya berbalik juga, menghadap ke arah appanya yang sudah berdiri dan sedang menatapnya tajam.

“Konyol ? bagian mananya yang konyol ?!! appa bahkan tidak tahu apa yang aku lakukan !!” teriak Eunhyuk balik, tak kalah kerasnya.

“Ahh, lihatlah, karena kau bergaul dengan anak-anak berandalan itu, menari-nari tidak jelas di jalanan, sekarang kau berani menentang appamu, bagus sekali Lee Hyukjae !!” tangan Tuan Lee sudah terangkat..

“Ya Tuhan, aigoo..apa yang ada dipikiran kalian !” Nyonya Lee mencegah itu, menahan tangan suaminya, 
“Tidak puaskah kalian dengan pertengkaran semalam ?”

“Appa ingin menamparku lagi ? aku akan dengan senang hati memberikan pipi kananku, agar ia tak iri dengan pipi kiriku..” cibir Eunhyuk, mengerling ke arah appanya, tersenyum meremehkan seperti ia yang biasanya.

“Kurang ajar kau !”

“Eunhyuk-ah, minta maaflah pada appamu” tukas eommanya, yang masih saja berdiri di antara dirinya dan appanya.

Alih-alih melaksanakan apa yang eommanya pinta, Eunhyuk malah meninggalkan ruangan itu. Semalam ia di jemput paksa, dan motornya masih terparkir di dekat basecampnya. Meski ada mobil lain di garasi rumahnya, ia memilih untuk pergi begitu saja dari rumah itu. Tidak peduli apakah ia harus naik bus atau subway.

Langkahnya belum begitu jauh dari gerbang rumahnya sendiri, ketika sebuah mobil berwarna silver metalik berhenti di sebelahnya.

“Hyukkie-ah..naiklah mobilku” Eunmi, pemilik mobil itu, membuka kaca mobilnya dan memberikan penawaran padanya.

Seolah tidak mendengar apapun, Eunhyuk terus saja berjalan. Dua orang berwatak keras, tak ada yang berniat untuk mengalah sama sekali. Eunhyuk masih setia dengan sikapnya me-niadakan kehadiran Eunmi, dan Eunmi tetap pada sikapnya untuk memberikan Eunhyuk tumpangan. Hal itu berlangsung terus tanpa mereka sadari, hingga Eunhyuk sudah sampai di halte bus terdekat dari area rumahnya.

Dan tanpa memberikan kesempatan apapun pada Eunmi, Eunhyuk langsung bergegas naik ke dalam bus.

***                                               

“Dasar kau pabo, Hyukkie-ah !!” raung Eunmi di dalam mobilnya. Tubuh Eunhyuk baru saja menghilang ke dalam bus. Sama sekali tidak merespon keberadaannya. Padahal sejak tadi, ia sudah seperti orang gila mengendarai mobilnya pelan-pelan hanya untuk memaksa Eunhyuk naik.

Ia sendiri tidak mengerti. Menemukan keberadaan Hyukkie-nya seperti sebuah ujung dari jalan yang selama ini ia coba tapaki perlahan. Terlepas dari bayang-bayang janji yang pernah Hyukkie ucapkan padanya. 
Semenjak keberangkatannya ke Paris waktu itu dan hilangnya Eunhyuk begitu saja dari hidupnya, membuat ia tanpa sadar meletakkan laki-laki itu dalam urutan pertama orang yang paling ia rindukan dan ingin ia temui.

Semua menjadi tak biasa jika ia berada di dekat Eunhyuk. Mungkin itu terdengar dangkal, mengingat mereka kenal diusia yang saat itu bisa disebut, anak-anak. Tapi ia jelas-jelas dapat merasakan kesenangan-kesenangan itu. Kesenangan yang hanya akan terasa jika ia bersama Eunhyuk.

Eunmi masih ingat cibiran-cibiran pedas Eunhyuk tentang gaun ulang tahunnya yang ke-13, padahal semua tamu yang  datang memujinya habis-habisan, apalagi mengingat gaun itu hasil karya desainer Vera Wang. Atau ketika Eunhyuk memaksa Eunmi melepas high-heels channelnya ditengah pesta ketika Eunmi jadi tidak bisa berlari karena sepatu itu membuat kakinya sakit. Ada juga saat Eunhyuk dengan sengaja menumpahkan minumannya ke rok-mini yang sedang Eunmi pakai, rok yang dibelikan eommanya saat London Fashion week berlangsung, hanya dengan sebuah alasan tak masuk akal, bahwa rok itu terlihat jelek untuk Eunmi dan agar Eunmi segera menggantinya.

Tak pernah sekalipun terlontar sebaris pujian dari Eunhyuk untuk Eunmi. Tapi itulah yang membuat Eunmi ingin selalu ada di dekat namja tersebut. Ke-unikkan itulah yang membuatnya bertahan dan ingin terus melakukannya.

Dengan cekatan, Eunmi memacu mobilnya mengikuti bus yang Eunhyuk tumpangi. Tak peduli pada apapun, ia ingin menemukan Hyukkie-nya kembali.

Bus itu berhenti di halte depan stasiun, dan Eunmi bisa melihat dengan jelas, Eunhyuk termasuk orang yang keluar dari bus dan berjalan ke arah stasiun bawah tanah. Tanpa pikir panjang, Eunmi langsung menepikan mobilnya, dan bergegas mengikuti Eunhyuk.

Matanya terus mengekori setiap langkah kaki Eunhyuk, meski langkah kakinya sendiri ia buat sejauh mungkin agar tercipta jarak aman di antara keduanya. Eunmi ikut menaiki subway yang Eunhyuk naiki, dan ia merasa agak paranoid sendiri, mengingat ini pengalaman pertamanya naik kendaraan umum semacam ini. Namun apapun, selama itu untuk Hyukkie-nya, akan ia lakukan.

Eunmi tidak begitu paham ada di daerah mana dirinya sekarang. Ia hanya terpaku mengikuti Eunhyuk, dan ia sama sekali tidak merasa mengenal tempat ini. Satu-satunya yang ia yakini hanyalah, ia masih ada di Seoul.
Daerah ini sedikit kumuh, flat-flat kecil tampak padat berjubel di kanan kirinya. Suasana yang sepi dan terkesan ‘dingin’ membuat Eunmi hanya dapat meremas tali tas-nya, dan terus mengikuti Eunhyuk.

“Aish, untuk apa sih Hyukkie ke tempat seperti ini..” desisnya kesal sendiri. Sesekali Eunmi harus menyembunyikan dirinya di balik tiang listrik atau pohon ketika Eunhyuk tampak menoleh ke belakang, seolah menyadari keberadaannya.

Mata Eunmi membulat lebar, ketika di persimpangan jalan, ia melihat Eunhyuk di hadang tiga orang yang badannya tampak jauh lebih besar dari Eunhyuk. Buru-buru ia menyembunyikan dirinya lagi di balik semak-semak, mengamati entah-ada-kejadian-apa-disana secara diam-diam. Samar-samar angin membawa suara percakapan mereka ke telinga Eunmi.

“Kau punya nyali untuk lewat sini ?!”

“Aku tidak pernah takut pada apapun..”

“Jinjja ? belum jera rupanya kau merasakan pelajaran dari kami !”

“Bukankah sudah kubilang, aku tidak pernah takut pada apapun”

“HYUKKIE !!” Eunmi sontak berteriak dan keluar dari persembunyiannya, ketika namja yang berbadan paling besar di antara mereka berniat untuk melayangkan bogemnya ke arah Eunhyuk. Dan sepertinya teriakan itu membuat semua orang jadi menoleh ke arahnya.

“Eunmi-ah ? aish..kau ini...” Eunhyuk berbalik, berlari, menarik tangan Eunmi, dan mengajak Eunmi berlari bersamanya. Sementara tiga namja itu mengejar mereka.

“Nu...”

“Jangan sekarang, nanti saja !” potong Eunhyuk cepat. Dan Eunmi menurut. Ini seperti de javu, Eunhyuk benar-benar memegang tangan Eunmi dengan kuat dan terus menariknya. Mereka seperti kembali ke masa lalu.

“Disitu saja, cepat kau bersembunyi disitu” perintah Eunhyuk, ketika mereka menemukan tumpukan peti dan kardus-kardus kosong di sebuah lorong sempit.

“Ini seperti beberapa tahun lalu ya..” celetuk Eunmi, yang sudah sejak tadi menahan hasratnya untuk berbicara.

“Ssstt..diamlah..” Eunhyuk, menutup bibir Eunmi dengan tangannya, dan menatap Eunmi tajam. “Keadaan belum aman” tambahnya lagi.

Eunmi hanya bisa menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba saja, jantungnya terasa berdetak lebih kencang. Dan waktu seolah sedang terhenti sesaat, karena Eunmi merasa ini berjalan lama sekali. Eunhyuk masih membekapnya, dan jantungnya masih berdetak tidak wajar.

“Sepertinya mereka sudah tidak mencari kita..”

“Ka..kalau begitu lepaskan tanganmu, aku tidak bisa bernapas”

Eunhyuk menoleh ke arah Eunmi dan buru-buru melepaskan tangannya. Matanya sempat bertaut dengan bola mata Eunmi, dan ia langsung merasa seperti habis tersengat listrik karenanya.

“Sejak kapan kau bernapas menggunakan bibir” cibir Eunhyuk, berusaha mengusai keadaan.

“Siapa mereka ? apakah mereka musuhmu ?”

“Bukan urusanmu !”

“Urusanku karena mereka juga baru saja membuatku kelelahan”

“Kau sudah pintar berlari menggunakan high-heels rupanya..”

“Cih, kau ini kebiasaan sekali, mengalihkan pembicaraan sesukamu” kali ini gantian Eunmi yang mencibir 
Eunhyuk, “Tentu saja aku sudah jago mengenakan high-heels, aku kan sudah dewasa sekarang”

“Dewasa ? jadi mengikuti orang itu adalah bagian dari perilaku dewasa ?!”

Pertanyaan itu telak menyerang Eunmi, perdebatan mereka, memang hanya akan berakhir dengan dua cara, jika tidak karena mengalahnya Eunhyuk ya karena kemenangannya. Tidak pernah ada jatah untuk Eunmi.

“Mianhe Hyukkie-ah..aku tidak akan mengikutimu jika kau mau menerima kehadiranku dan bukan menganggapku tidak ada seperti kemarin” Eunmi menundukkan kepalanya, berkata dengan amat pelan. Ia tahu, tindakannya ini memalukan.

“Dasar anak kecil..” lagi-lagi Eunhyuk mengeluarkan cibirannya, ia merogoh-rogoh saku celana dan jaketnya, 
“Aish..sepertinya ponselku tertinggal di rumah, kemarikan ponselmu..”

“Untuk apa ?” meski bertanya dan tak di jawab, Eunmi tetap saja menyodorkan ponselnya pada Eunhyuk, membuat Eunhyuk tersenyum tipis.

“Yeoboseyyo Donghae-ya, ini aku Eunhyuk, pacarmu sepertinya dengan sengaja meninggalkan mobilnya dan sekarang ia tidak bisa pulang, jemputlah dia di kafe depan stasiun kota”

Mendengar nama Donghae di sebut, Eunmi seolah baru menyadari statusnya. Fokus kepada Eunhyuk membuatnya lupa segala hal.

“Kenapa kau menelpon Donghae oppa ? aku bisa pulang sendiri..”

Eunhyuk melirik ke arah Eunmi, “Anak kecil sepertimu tahu apa, hah ? sudah ayo kita pergi dari sini..”

Tanpa menunggu respon dari Eunmi, Eunhyuk segera berdiri, menengok keadaan disekitarnya, dan berjalan begitu saja mendahului Eunmi. Seperti yang sudah-sudah, dan seolah tak pernah berubah sejak pertama kali kenal, Eunmi memang selalu menjadi pengikut Eunhyuk yang paling setia. Meski Eunhyuk sudah mencibir ataupun melakukan banyak hal-tidak-menyenangkan, gadis itu tetap saja selalu menurutinya dan berada di dekatnya.

“Hyukkie-ah, tidak bisakah kau pelankan jalanmu..” rajuk Eunmi dari belakang.

“Mengapa manjamu itu tidak hilang-hilang sih” gerutu Eunhyuk, namun meski begitu, ia dengan sengaja 
menghentikan langkah, menunggu Eunmi agar dapat sejajar dengannya.

“Aku tidak manja Hyukkie-ah..” sahut Eunmi setelah ia berdiri di samping Eunhyuk, “Lagipula bukankah bagus begini, kita berjalan berdampingan, dan kali ini kau tidak bisa lari dariku..haha..” dengan sengaja, Eunmi menarik tangan Eunhyuk dan menggelayutinya.

“Hei, jika ada yang melihat dan melaporkannya ke Donghae, aku tidak mau tanggung jawab..” ujar Eunhyuk terkesan-keberatan, meski kenyataannya ia tidak berusaha sama sekali untuk melepaskan tangan Eunmi darinya.

“Donghae oppa kan tidak pemarah sepertimu, jadi ia pasti bisa mengerti”

Pletak.

“Auww..kau tetap saja tidak pernah sopan pada yeoja Hyukkie-ah..”

“Kau memanggil Donghae dengan sebutan oppa, tapi tidak padaku, siapa yang tidak sopan ?!”

“Apakah kau cemburu ?” goda Eunmi sambil memutar bola matanya, mengerling ke arah Eunhyuk.

“Memangnya kau ini siapaku ?” tanya Eunhyuk balik. Tak lupa dengan wajah datar dan tatapan dingin yang merupakan talentanya.

Spontan Eunmi mengerucutkan bibirnya, meski ia sendiri tidak mengerti mengapa rasanya begitu kesal mendengar pertanyaan sederhana itu. Namun bukan Song Eunmi namanya jika ia tidak tahan banting dengan kelakuan Eunhyuk.

“Hyukkie-ah, lihatlah ahjumma yang memakai tas biru itu, menurutmu tasnya itu asli tidak ?”

“Yak, kau ini kenapa sih ?!”

“Aish, tidak ingat kah kau dulu kita suka bermain permainan seperti ini, menebak ke-aslian barang-barang yang dipakai orang-orang”

“Tuh kan benar ku bilang, kau ini masih tetap anak kecil”

“Berhentilah menyebutku anak kecil !” bentak Eunmi, “Aku bukan anak kecil lagi, aku sudah tujuh belas tahun sekarang !”

“Bersikaplah dewasa kalau begitu” sahut Eunhyuk ringan, tak peduli dengan Eunmi yang sedang menatapnya tajam. “Nah sekarang kau masuk ke kafe ini, lalu tunggu Donghae datang menjemputmu..”

“Kau mau kemana ? tidak ikut menunggu Donghae bersamaku ?” kemarahan Eunmi langsung meluntur tiba-tiba, ia memang tidak akan pernah bisa benar-benar kesal pada mahluk di hadapannya ini.

“Bukan urusanmu, sudah sana masuk, kajja !” perintah Eunhyuk sambil mendorong-dorong tubuh Eunmi masuk ke dalam kafe mungil ber-gaya Eropa tersebut. Dan tanpa berkata apa-apa lagi, Eunhyuk segera berlalu dari hadapan Eunmi.

“Tunggu Hyukkie-ah..”

“Apa la...”

Cup. Belum sempat Eunhyuk menyelesaikan kalimatnya, bibir mungil Eunmi tiba-tiba saja sudah mendarat di pipinya dengan tiba-tiba.

“Lihatlah, aku bukan anak kecil lagi kan ?” bisik Eunmi tersenyum penuh kemenangan, dan meninggalkan Eunhyuk yang tampaknya masih belum seratus persen mencerna apa yang baru saja Eunmi lakukan.

***

Sesekali Donghae melirik ke arah Eunmi yang duduk di sebelahnya, setelah beberapa hari yang lalu wajah gadis itu terlihat tidak bersemangat karena Eunhyuk, kali ini semangat itu telah terukir kembali disana ditambah dengan raut bahagia yang amat kentara sekali, dan inipun dapat Donghae pastikan, juga karena Eunhyuk.

Ia sempat kaget tadi ketika mendapat telpon dari Eunmi di tengah-tengah jam pelajaran, dan kekagetan itu bertambah saat suara Eunhyuklah yang terdengar menyapanya. Belum lagi fakta yang ada, bahwa Eunmi sedang bersama dengan Eunhyuk saat itu. Tanpa banyak pikir, Donghae langsung meninggalkan kelas dan juga sekolahnya, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelum ini.

Dan setengah jam yang lalu, ia menemukan Eunmi duduk di dalam kafe sudah dengan wajah yang secerah saat ini. Donghae mencoba bertanya, namun Eunmi hanya tersenyum sambil menggeleng, tidak ingin membagi apapun itu dengan Donghae.

“Oppa..”

“Ne ?”

“Err..ani, lupakan saja..”

Donghae menoleh ke arah Eunmi sekilas, “Katakan saja, ada apa ?”

“Uumh..bagaimana ya..” Eunmi memainkan jari-jarinya, “Tapi..jika aku mengatakannya, oppa jangan marah ya..”

“Marah ?”

“Iya..ehm..tidak, maksudku..oppa berhak marah tapi jangan membenciku”

“Kau ini kenapa Eunmi-ah, jangan membuatku bingung”

“Begini..oppa pernah bilang kalau oppa menganggapku seperti dongsaengmu sendiri, iyakan ?”

Donghae yang fokus pada kemudi dan jalan di hadapannya hanya menganggukkan kepalanya untuk merespon pertanyaan itu.

“Kalau begitu, aku ingin perjodohan kita dipertimbangkan ulang..”

Ckiiit.

“Yak oppa ! oppa membuatku kaget, kenapa mengerem mendadak seperti ini ?!!” gerutu Eunmi.

“Mianhe Eunmi-ah..” sahut Donghae pelan, dan kembali menjalankan mobilnya. Dalam diam. Kepalanya 
terasa beku seperti baru saja dihujani dengan sekarung es. Tidak sadarkah gadis itu, bahwa dirinyalah yang baru saja membuat serangan-tak-terduga.

***

“Ada apa dengannya ?”

“Entahlah, sejak hyung datang lalu duduk disana sikapnya sudah seperti itu, sesekali memegangi pipinya dan kemudian tertawa sendiri”

“Ku rasa hyung sudah gila”

“Aku mendengar apa yang kalian katakan”

Eunhyuk –objek yang sedang dibicarakan- melirik ke arah dua orang di sudut ruangan yang sudah ia anggap seperti dongsaengnya sendiri, “Yak, aku mendengar apa yang kalian bicarakan”

“Kalau begitu berhentilah meraba pipimu dan senyum-senyum menjijikan seperti itu hyung” sahut Gikwang dengan wajah tanpa dosa. Sementara Taemin yang ada disebelahnya hanya mengangguk-angguk sambil tertawa.

“Aish, kalian ini tidak sopan sekali..”

“Haha..apakah hal baik baru saja terjadi hyung ?”

“Ku rasa hyung baru saja dicium seorang yeoja” tebak Gikwang, menjawab pertanyaan Taemin.

“Benar begitu hyung ?” tanya Taemin polos, sementara yang ditanyai kini wajahnya sedang memerah mendengar celetukan Gikwang tadi. “Wajahmu kenapa merah seperti itu hyung ?’

“Hahaha..jadi tebakanku benar ya hyung ? padahal aku hanya bercanda tadi..haha..”

“Diam kalian berdua !” Eunhyuk berusaha menghentikan kedua orang itu, namun alih-alih berhenti, Taemin dan Gikwang malah terus tertawa, membuat Eunhyuk mau tak mau ikut tersenyum juga.

“Sudah, sudah, aku mau keluar sebentar, kalian ini..aish...” tidak ingin terus menampakan wajah-malunya, Eunhyuk beranjak keluar ruangan.

“Kau masih berhutang untuk mentraktir kami hyung !” teriak Gikwang sebelum pintu tertutup.

“Arra..arra..akan kubelikan kalian makanan”

Sementara dua orang itu saling ber-toss ria, Eunhyuk sudah menghilang di balik pintu, ia segera menuruni tangga di hadapannya dan berniat untuk membeli makanan. Sesekali ia bersenandung, rasanya malam ini begitu indah di matanya.

Entahlah bagaimana efek sebuah kecupan seperti itu dapat membuat setengah harinya ini menjadi penuh dengan senyuman. Ia sendiri merasa aneh dengan keadaannya. Eunmi, gadis itu, satu-satunya yeoja yang selalu juara untuk menggelitik hatinya, sejak dulu.

TBC

1 komentar:

  1. Play live blackjack in Miami with live dealer
    › live-blackjack-in-ma 창원 출장샵 › live-blackjack-in-ma 1 day ago — 안산 출장샵 1 day ago Learn the rules of blackjack, its rules, frequency of payouts, and how 부산광역 출장샵 to play blackjack. Find the 광양 출장안마 blackjack rules 동해 출장샵 you want to play right here.

    BalasHapus