Senin, 23 November 2015

Eulogy [Drabble]

eulogy |ˈjuːlədʒi|
noun (pl.eulogies)
a speech or piece of writing that praises someone or something highly, especially a tribute to someone who has just died

*

Kei chuckled to herself when the dots of rain begin to pour outside, since this morning the sky was already so dark and the hanging cloud just waited themselves to dropped the water they stored. It was so glommy, everyone’s wearing black, it’s really like scene from sad movie or video clip about tragic song.

Everything was so fit. The sad and pain feeling were everywhere.

Kamis, 29 Oktober 2015

No More [Drabble]

Stasiun Tugu, Oktober 2015.

“Ash ?”

Ku alihkan pandangan mataku dari layar handphone, mengarahkannya pada sesosok Laki-laki bersweater abu-abu yang juga sedang menatapku dari balik kacamata bulatnya.

“Al!” Seruku segera, “Mau kemana ?”

“Pulang ke Jakarta. Kau sendiri ?”

“Sama.”

Ia menggerakkan matanya ke kanan-kiri, seperti sedang mencari sesuatu atau…seseorang ?

Selasa, 29 September 2015

C.O.F.F.E.E [Cerpen]

You don’t spell love, you feel it – Pooh

***

Seoul, Juni 2011

Coffee.

Classic scene.

“Seung Mi eonni!”

Gadis cantik berambut panjang itu hanya bisa tersenyum kecil mendengar suara khas adiknya, yang menyapa dirinya tanpa malu-malu di tengah keramaian seperti ini –tipical. Kafe kecil dengan aroma kopi yang menggoda itu memang sedang dipenuhi oleh para pelanggan yang mendapat undangan atas pembukaan cabang baru ini. Termasuk dirinya.  

“Maaf, aku terlambat.” Ujarnya, sambil melayangkan senyum ke arah semua orang yang ada di seputaran meja kafe yang ia tuju, dimana adiknya, oppanya, dan tentu saja teman-teman oppanya sudah menunggunya.

Senin, 02 Februari 2015

Need to Stop [Cerpen]

And one day we will spend our last day waiting on a tomorrow that will never come – Unknown.

*

“Gue—gue mau keluar dari Grey Rhymes.”

Tidak sampai setengah detik setelah kalimat itu meluncur, semua pasang mata yang ada di ruangan itu langsung membulat sempurna, raut keterkejutan tergambar jelas, suasana hening yang tadinya memenuhi sudut-sudut ruangan dalam sekejap berubah menjadi diam yang mencekam.

“Alasannya, Al ?”

“Everything’s just too much, Yo. Gue enggak bisa lagi, maaf.”

*

“Dan menurut lo, everything’s-not-too-much-to-us , Al ?!” Gabriel menatap Alvin tajam, membuat orang-orang di sekeliling mereka menjadi waspada, “Band ini bukan punya lo sendirian yang bisa lo tinggalin gitu aja!”

“Yel—bukan gitu, gue—“

“Egois lo !”

Jumat, 03 Oktober 2014

Seven [Cerpen]


One second.

Hanya satu detik, hanya satu ‘tik’ setelah laki-laki berkemeja biru itu membaca pesan yang masuk ke ponsel pintar layar sentuhnya itu, dan ia segera berdiri begitu saja, mengagetkan orang yang ada di sekelilingnya, tanpa mempedulikan apapun, ia meraih ranselnya yang tergeletak di lantai –di sebelah kaki kursi yang tadi di dudukinya, dan segera berlari keluar.

“Yak, Gabriel ! Mau kemana kamu ?!”

Dan, serius, ia tidak peduli meski mungkin mulai hari ini dosen tergalak se-Fakultasnya itu akan mem-blacklist namanya.