Jumat, 15 Juli 2011

Love for Love part 1

Jika cinta tak dapat pulang,
akankah ia tetap tinggal ?

***

“Yak, tunggu aku, pabo !!”

Seorang anak laki-laki berlari dengan kencang, sambil sesekali menoleh ke belakang, dimana ada seorang anak perempuan, yang berkali-kali meneriakinya, dan juga ikut berlari bersamanya.

“Kau yang harus berlari lebih cepat !!” sahutnya, tak kalah keras.

“Aku mengenakan high-heels, bagaimana bisa aku berlari dengan cepat !!” anak perempuan itu berhenti, terengah-engah.


Anak laki-laki itu akhirnya berhenti juga. “Aish, dasar perempuan, selalu menyusahkan..” gumamnya kesal, ia berjalan ke arah anak perempuan itu, dan langsung berjongkok di hadapannya. “Lepaskan sepatumu, anak kecil saja sok memakai high heels..”

“Siapa yang kau maksud anak kecil, hah ?!”

“Ada orang lain disini, selain kau ?” desis anak laki-laki itu. “Nah, ini sepatumu, ayo kita duduk 
disana saja..” setelah menyerahkan high-heels mahal dengan aksen tali yang manis itu, anak laki-laki 
itu berjalan menuju bangku yang terletak di bawah pohon, tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Tunggu aku Hyukkie-ahh..”

“Aish, kau ini, aku ini lebih tua setahun darimu, tidak bisakah kau memanggilku dengan sebutan oppa ?” lagi-lagi, anak laki-laki yang bernama Hyukkie itu menggerutu kesal. Sementara anak perempuan itu hanya memamerkan cengirannya.

“Jangan harap aku akan memanggilmu oppa, itu tidak akan terjadi..”

“Dasar anak manja”

“Yak, apa hubungannya !! lagipula aku bukan anak manja !”

“Sudahlah, berdebat denganmu tak akan menghasilkan apapun kecuali membuat kepalaku pusing. Bagaimana kakimu, apa sakit ?” Hyukkie menunduk, memegang pergelangan kaki perempuan di sebelahnya.

“Kau mengkhawatirkan aku ?”

“Makanya lain kali jangan menggunakan high-heels..” ujar Hyukkie asal, tak sesuai dengan pertanyaan yang dilontarkan.

“Kalau bukan karena eomma yang memaksa aku juga tidak akan mau, ayolah kau tahu aku kan, hyukie ? kita ini kan sama, tidak suka hal-hal seperti ini..” tukas perempuan itu kesal.

“Setidaknya eomma-mu masih punya niat untuk memperhatikanmu” celetuk Hyukkie. Ia melepaskan dasinya dengan kasar, membuka kancing teratas kemejanya, dan kemudian menggulung lengannya.

“Eh..” perempuan itu tersenyum masam, “Mianhe Hyukie-ahh..”

“Untuk apa kau meminta maaf padaku ?”

“Untuk segala hal yang kau rasakan, yang hanya aku yang mengetahuinya”

“Cih, kau ini pd sekali” cibir Hyukkie, namun perempuan itu hanya tertawa. Laki-laki disampingnya ini memang selalu begini, terkesan tak peduli, asal bicara dan kadang kata-katanya sedikit tajam. 
Tapi entahlah, dengan semua itu, ia selalu bisa merasa nyaman bila bertemu dengan Hyukkie.

Mereka bersahabat. Datang dari keluarga dengan latar belakang yang sama. Jajaran keluarga konglomerat dengan status terpandang di Korea Selatan. Tapi bukan itu yang membuat mereka dekat. Sifat dan sikap mereka yang sama-sama tidak suka pesta dan hal-hal yang berbau semacam itulah yang menyatukan keduanya. Bukan baru sekali-dua kali mereka berlari, mengaburkan diri dari pesta seperti ini.

“Ku dengar kau akan pindah ke Paris ?” setelah cukup lama saling berdiam diri, Hyukkie bersuara kembali, melirik gadis itu dengan ekor matanya.

Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya dengan ekspresi tidak suka. “Aku sudah memohon pada appa agar aku tetap disini, tapi ya..kau tahulah tipikal orang tua macam apa mereka” sahutnya, 

“Kau sendiri, akan kemana setelah ujian kelulusan ini ?”

“Aku sudah di daftarkan di SJ Academy..”

“Hah..apakah semua anak orang kaya harus masuk kesana ? tidak bisakah, sekali saja ada yang mendobrak tradisi itu ?”

“Seandainya aku bisa, asrama, anak-anak orang kaya, tidak ada perempuan..akan sangat membosankan, setidaknya aku tahu sahabatku juga akan masuk sana sepulangnya ia dari Amerika”

“Aiden ?”

“Ne..”

Suasana kembali hening. Dua orang anak, masing-masing berusia 15 dan 14 tahun itu hanya sibuk dengan kegiatan tidak penting mereka masing-masing. Yang laki-laki memainkan dasi di tangannya, sementara yang perempuan asik dengan high-heelsnya.

“Err..apakah menurutmu, orang tua kita menyadari bahwa kita telah menghilang dari pesta ?”

“Orang tuamu mungkin iya, orang tuaku sih, entahlah” sahut Hyukkie sambil mengangkat kedua 
bahunya.

“Jangan begitu Hyukkie..ahh ya, boleh aku meminta sesuatu ?”

“Apa ?”

“Sebelum aku berangkat ke Paris, aku ingin bertemu denganmu, aku ingin kau menari untukku, bolehkan ?”

“Permintaanmu aneh”

“Ayolah Hyukkie-ahh..jebal”

“Kau ini kenapa sih ?”

“Anggap saja itu pesta perpisahan, mau ya..ayolah”

“Baiklah”

“Jinjja ?”

“Ne..”

“Kau benar-benar tidak akan mengingkari janjimu kan ? kita akan bertemu, kan ?”

Hyukkie melepaskan gelang berwarna perak dengan ukiran huruf L.H dari tangannya, dan tanpa berbicara apapun ia langsung memakaikannya ke tangan perempuan itu.

“Itu gelang kesayanganku, jadi akan ku pastikan untuk mengambilnya kembali”

“Akan ku tunggu kau untuk mengambilnya”

~~~

Part 1.

Dengan mengendap-ngendap dan sambil berjinjit, namja itu memasuki ruangan yang seluruh lampunya telah dipadamkan, hal yang wajar mengingat ini sudah lewat tengah malam.

Treek. Tiba-tiba lampu menyala. Seolah menyorotinya yang baru saja akan naik ke atas menuju kamar.

“Kau darimana, hah ?”

Tanpa perlu sulit-sulit menoleh, ia sudah tahu siapa yang memergokinya. Park Jungsoo atau lebih tenar dengan panggilan Leeteuk, pewaris perusahaan entertaiment terbesar di Korea. Yang paling tua, yang tinggal di asrama mereka, mahasiswa tingkat akhir di SJ University.

“Tentu saja dari sekolah, hyung tidak lihat aku masih memakai seragam”

“Ini sudah pukul satu pagi Eunhyuk-ahh..”

“Terserahlah, aku ngantuk, mau tidur” sahut Eunhyuk tidak peduli. Ia bergegas melanjutkan langkahnya untuk naik ke atas. Sementara Leeteuk hanya dapat geleng-geleng kepala melihat kelakuan dongsaengnya yang satu itu.

***

Suasana pagi hari di asrama mereka, selalu sama setiap paginya. Tidak banyak keributan yang berarti. Semua orang sibuk dengan setumpuk agenda yang harus mereka kerjakan seharian ini. Karena status mereka yang bukan-pemuda-biasa, membuat mereka semua tidak hanya menghabiskan waktu untuk sekolah atau kuliah. Rapat, menghadiri launching, pesta, adalah segelintir bagian yang mewarnai kehidupan mereka.

Selain Leeteuk, ada Heechul, Hangeng, Yesung, Kangin, Shindong, Sungmin, Donghae, Siwon, Ryeowook, Kibum, Kyuhyun, Zhoumi dan Henry. Mereka berlima-belas tinggal di sebuah tempat yang mereka sebut –asrama- meski pada kenyataannya, orang biasa akan menyebut rumah yang mereka tinggali adalah sebuah mansion mewah. Tak ada bedanya dengan Eunhyuk, mereka semua juga datang dari keluarga kelas atas, dengan bisnis yang sudah berkembang di seluruh negeri.

“Eunhyuk-ahh..”

Meski ia mendengar namanya telah dipanggil berkali-kali, namun dengan sengaja ia tetap saja memejamkan matanya. Berharap bisa mencuri waktu untuk tidur lebih lama lagi.

“Yak, bangunlah, apa perlu kucium, hah ?” Donghae, namja yang sedang berusaha membangunkan Eunhyuk. 
Mulai mendekat, dan naik ke atas kasur, memegang lengan Eunhyuk, dan bersiap untuk memberi sebuah kecupan manis.

“Apa yang sedang kau lakukan, pabo !” dengan gerakan cepat, sebelum-bibirnya-ternodai, Eunhyuk langsung mendorong Donghae menjauh. Sementara Donghae hanya tertawa puas melihatnya.

“Siapa suruh kau tidur terus” sahut Donghae masih sambil tertawa, “Cepatlah ganti bajumu, kau ingatkan, jika hari ini kau tak masuk lagi, maka kau tidak akan diijinkan untuk ikut ujian kelulusan, dan itu artinya kau tidak bisa kuliah tahun ini”

Eunhyuk menatap Donghae malas, “Peduli apa, rasanya aku lebih senang mereka mengeluarkanku sehingga aku tak perlu repot kembali ke tempat membosankan itu” cibirnya, dan kembali menarik selimut.

“Kau ini !” dengan gerakan cepat, Donghae menyingkirkan selimut Eunhyuk, “Ku tunggu kau di kelas, jika kau tidak datang, akan ku adukan kau pada noonamu !” ancam Donghae sambil menyeringai dan kemudian bergegas meninggalkan kamar Eunhyuk.

“Aish..bocah itu benar-benar..” gerutu Eunhyuk. Donghae, yang memang sahabat terdekatnya, jelas-jelas tahu bahwa, noona-nya terletak diurutan kedua setelah Tuhan sebagai orang yang paling Eunhyuk patuhi sekaligus hormati. Masih sambil terus menggerutu dan dengan hati yang tak rela, ia pun segera mempersiapkan dirinya untuk ke sekolah.

Persahabatan keduanya telah dimulai sejak lama. Sejak taman kanak-kanak, dan berlanjut seterusnya. Kepindahan Donghae ke Amerika dikelas lima sd tidak memutuskan hubungan itu. Meski bersahabat, keduanya memiliki sikap yang sangat bertolak belakang. Eunhyuk terkenal dengan sikapnya yang bengal dan tidak pernah menuruti aturan, sebaliknya Donghae adalah tipikal murid idola para guru.

Tapi bukankah magnet baru akan saling tarik-menarik ketika ujung kutubnya berbeda ?

***

Eunhyuk memarkirkan motor kesayangannya. Ia adalah satu-satunya murid di SJ Academy yang mengendarai motor. Dengan gaya urakan, kemeja yang tidak dimasukkan, dasi yang asal pakai, dan tidak memakai blazer, ia berjalan dengan santainya memasuki gedung sekolahnya.

Di matanya, sekolah ini sangat membosankan. SJ Academy, tempat dimana para anak-anak orang kaya mengenyam pendidikan dari bangku SMA dan berlanjut hingga Universitas. Jika menurut sebagian orang, merupakan sebuah kebanggaan dan prestise tersendiri dapat menjadi bagian dari sekolah ini, maka bagi Eunhyuk itu semua adalah omong kosong.

Tidak seperti di sekolah lain pada umumnya. Di sekolah ini, bisnis, ekonomi, pergerakan harga saham, surat-surat obligasi dan hal-hal semacam itulah, yang menjadi pelajaran penting dan memang dibahas setiap hari.
Bukannya melangkahkan kaki menuju kelas, Eunhyuk memilih untuk pergi ke lapangan basket. Tempat yang menurutnya lebih menyenangkan. Ia melemparkan tasnya begitu saja, dan segera meraih sebuah bola. Tanpa acuh dengan apapun, ia sibuk bermain sendiri.

“Hyung, kenapa ada disini ?”

Suara seseorang menghentikan permainannya. Eunhyuk menoleh dan mendapayi Henry sudah berdiri di dekatnya.

“Kau sendiri sedang apa disini ?”

“Aku ada latihan biola, jadi aku ijin untuk meninggalkan sekolah, tapi melihatmu ada disini, jadi ya kuputuskan untuk mampir sebentar” sahut Henry dengan wajah polosnya yang khas, “Kita tinggal satu rumah, tapi aku sangat jarang melihat hyung..”

“Untuk apa juga kau melihatku” desis Eunhyuk.

“Hehe..iya juga sih. Oh ya, hyung nanti malam datang kan ?”

“Ada pertemuan apa lagi ?” tanya Eunhyuk tak peduli.

“Kau tidak tahu ? Nanti malam kan acara perjodohannya Donghae hyung”

“Jinjja ?!” meski tidak peduli, tapi berita semacam ini, aish..bagaimana bisa ia sampai tidak tahu apa-apa tentang sahabatnya yang satu itu. “Perjodohan ?”

“Ya..sepertinya Donghae hyung harus terima nasib, tapi kalian kan dekat, kenapa hyung bisa tidak tahu ?”

“Ia tidak memberitahuku”

“Sebenernya ia memberitahu semuanya seminggu yang lalu, tapi saat itu hyung sedang tidak ada dirumah, tapi kupikir sudah ada yang memberi tahu hyung..” jelas Henry, “Sepertinya aku harus pergi sekarang, aku duluan ya hyung, sampai ketemu nanti malam..”

Henry tersenyum sambil melambaikan tangannya, sementara Eunhyuk hanya menganggukkan kepala sedikit. Bisa dibilang Henry merupakan penghuni baru di asrama mereka, ia memang baru duduk di kelas satu SMA. 
Namun meski paling kecil, ia merupakan pemain biola yang hebat. Terkadang Eunhyuk diam-diam suka 
merasa iri dengan Henry, meski mereka terlahir dari latar belakang dan mempunyai beban yang sama, namun kedua orang tua Henry tetap mengijinkan putranya untuk menggeluti hobi bermain biola, tanpa ada larangan.

Hasratnya untuk bermain basket lenyap sudah. Ia memungut tas rangselnya, dan bergegas keluar dari lapangan. Satu yang ada dipikirannya sekarang, menanyakan berita yang baru saja ia dengar ke sumbernya langsung. Perjodohan, adalah sebuah hal picisan yang menurutnya hanya terjadi di masa lampau, tidak untuk sekarang.

Alih-alih segera menemui Donghae, yang sudah dipastikan masih ada di kelas. Eunhyuk lebih memilih untuk menunggunya di depan kelas. Ya, di depan kelas, sambil menyandarkan tubuhnya kedinding, menekuk kaki kananya, mendengarkan lagu, dan sesekali menggoyangkan kepalanya mengikuti irama.

Pintu di sebelahnya terbuka, dan beberapa anak langsung keluar begitu saja. Dengan cepat, Eunhyuk langsung menarik tangan Donghae, sebelum Park songsaenim menemukan kehadirannya di sekolah ini.

“Kau disini, dan kau tidak masuk kelas ?” tanya Donghae, habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini. “Park Songsaenim bahkan menghabiskan setengah jam awal untuk mengomentari kelakuanmu”

“Kalau begitu berterimakasihlah kalian padaku, setidaknya ada setengah jam yang membuat kalian bisa tertawa kan” tukas Eunhyuk cuek. Ia masih terus menarik Donghae.

“Aneh ! Kau mau membawaku kemana, hah ? aku bisa jalan sendiri”

Eunhyuk diam. Ia membuka pintu di hadapannya, dan mereka masuk ke dalam sebuah kelas kosong.

“Tadi aku bertemu Henry, dia bilang malam ini ada pesta perjodohanmu, benarkah ?” tanya Eunhyuk langsung, tanpa buang waktu.

“Aigo..” Donghae menepuk keningnya sendiri. “Mianhe Eunhyuk-ahh..aku benar-benar lupa karena seminggu ini banyak yang haru ku urus dan kau selalu pulang larut, aku benar-benar tidak bermaksud untuk lupa mengatakannya padamu, mianhe..”

“Kau kenapa jadi minta maaf padaku ?” Eunhyuk tidak mengerti dengan kelakuan namja di hadapannya ini.

“Kau marah karena aku lupa memberitahumu, kan ?” tebak Donghae yakin.

“Jadi artinya kau menerima perjodohan ini ?”

“Kau tidak marah denganku ?”

“Jawab dulu pertanyaanku, kau menerimanya ?”

Donghae mengangguk sambil tersenyum, “Bagiku tak ada alasan untuk menolaknya, lagipula orang tuaku juga menikah karena dijodohkan, ku rasa ini hal yang biasa di kalangan kita”

Kali ini gantian Eunhyuk yang tak habis pikir dengan apa yang ada diotak sahabatnya ini. Di saat semua orang pastinya akan menolak habis-habisan jika dijodohkan, namja satu ini malah dengan senang hati menerimanya.

“Memangnya kau tak ingin hidup normal seperti orang lain, mencari yeoja yang sesuai untukmu, jatuh cinta padanya, proses pedekate, pacaran..yaa..hal-hal semacam itulah..”

“Kau pikir hidupku tak normal apa” Donghae memukul kepala Eunhyuk sambil melirik kesal, “Itu kan hanya proses Eunhyuk-ahh, lagipula setelah acara perjodohan ini, aku masih bisa melewati proses pacaran kan, setidaknya aku percaya yeoja yang menjadi pilihan orang tuaku adalah yang terbaik untuk masa depanku..”

“Masa depanmu atau masa depan perusahaan kalian” cibir Eunhyuk.

Mendengarnya Donghae hanya terkekeh pelan. Peraturan pertama berteman dengan orang ini adalah, dilarang sakit hati mendengar ucapannya.

“Sudahlah, aku bahagia, dan tak masalah dengan ini semua, bagaimanapun kurasa kita memang memiliki perspektif yang berbeda soal ini. jadi, karena kau sudah tahu kau akan datang kan ? orang tuamu juga datang..”

“Kalau begitu aku tidak akan datang”

“Eh ?”

“Good luck, dan..” Eunhyuk melirik jam tangannya. “Tidak lebih dari delapan jam lagi kau akan terikat, nikmatilah waktumu..” ia menepuk-nepuk pundak Donghae dan berjalan keluar.

“Kau mau kemana ?”

“Kemana saja, tidak ke tempat seperti ini yang jelas”

***

Dengan langkah tegap dan riang gembira, Eunhyuk menapaki jalan setapak di hadapannya. Jalan yang ia lalui ini memang terlalu kecil, jadi ia harus memarkirkan motornya dan berjalan kaki. Namun siapapun yang mengenalnya dan melihatnya kali ini, pasti akan merasa heran dengan raut wajah bahagia yang tak biasanya ia tampakkan sehari-hari.

Kakinya berhenti di depan sebuah bangunan lantai dua yang sangat kecil. Ia bergegas masuk dan langsung naik ke atas.

“Annyeong..” sapanya ramah sambil membuka pintu.

“Annyeong hyung, tumben baru datang ?” sahut seorang namja bertopi, menengok ke arahnya sekilas, dan kembali menekuni setumpuk kertas dihadapannya.

“Apa aku telat Wooyoung-ssi ?” Eunhyuk segera mengambil tempat disebelah namja itu, dan ikut merapikan kertas-kertas yang ada. “Apakah ada masalah ?”

“Err..Taemin dan Gikwang sedang mengurusnya hyung..”

***

Donghae kembali menatap jam tangannya, entah telah untuk yang keberapa kali. Terkadang matanya ia alihkan ke pintu masuk, membuat seseorang yang sedari tadi berdiri di sampingnya menatap bingung.

“Oppa, apakah ada yang kau tunggu ?”

“Mwo ?”

“Apakah oppa menunggu seseorang ? sejak tadi ku lihat oppa terus-menerus melihat ke arah jam tangan dan pintu masuk..apakah oppa sudah memiliki yeojachingu dan sedang menunggunya ?”

“Kau ini bicara apa, jelas-jelas setengah jam yang lalu aku baru dijodohkan denganmu..” ujar Donghae lembut sambil membelai rambut yeoja itu. “Aku sedang menunggu sahabatku..”

“Jadi selain tiga belas orang yang oppa kenalkan tadi, masih ada yang lain ?”

“Haha..yang ini benar-benar sahabatku sejak kecil, jadi aku ingin sekali mengenalkannya padamu. Di sekolah tadi dia memang bilang tidak mau datang sih, tapi ku kira itu hanya candaannya saja..”

“Sepertinya oppa bersahabat dekat sekali dengannya..”

“Begitulah, ahh begini saja, bagaimana jika pesta ini berakhir kau ikut aku sebentar ke asrama, tidak akan lama, aku hanya ingin mengenalkannya padamu, dan setelah itu aku akan mengantarkanmu pulang, tidak akan terjadi apa-apa, ku jamin..”

Yeoja itu tertawa pelan, membuat Donghae mengernyit bingung. “Apakah ada yang salah ? atau kau tidak mau ?”

“Haha..ani oppa, oppa berbicara denganku tapi seolah tidak memberiku kesempatan untuk menjawab. Aku mau ikut oppa ke asrama, lagipula aku yakin oppa tak akan melakukan hal apapun kepadaku..”

“Gomawo..”

***

Eunhyuk mengerutkan keningnya bingung melihat lampu di asramanya masih tampak menyala. Padahal menurut kesepakatan yang telah mereka buat, lampu ruang tamu akan dimatikan setelah jarum jam melewati angka sembilan.

Sesaat ia merasa ragu untuk masuk, ia sadar penampilannya sedang tidak begitu enak dilihat. Bagaimanapun, meski ia terkesan sangat-amat cuek, tapi kondisinya ini pasti akan menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran, hal yang tidak ia sukai.

Tangannya telah terjulur untuk meraih handle pintu, ketika logam berwarna perak itu berputar, dan kemudian pintu terbuka.

“Eunhyuk-aah..aigoo..ada apa dengan wajahmu ? kau berantem, hah ?!”

Donghae langsung menyongsongnya, melihat wajah Eunhyuk yang penuh luka lebam. Namun bukannya menjawab atau bereaksi, Eunhyuk malah hanya diam. Matanya terarah pada sesosok yeoja yang berdiri tepat di ambang pintu. Yang juga diam dan menatapnya.

“Hyukkie-ahh..” bisik yeoja itu pelan, nyaris hanya desahan.

“Eh, kalian sudah saling mengenal ?” tanya Donghae, menatap kedua orang itu bergantian.

Dengan lekat, Eunhyuk masih terus mengamati yeoja itu, mulai dari wajahnya, tubuhnya, bahkan gaun yang dikenakannya. Dan tiba-tiba saja, ia berbalik, “Ani, aku tidak mengenalnya..”

“Kau mau kemana lagi ?”

Bukannya menjawab pertanyaan Donghae. Eunhyuk hanya terus berjalan. Ia sendiri tidak mengerti kenapa. Ia hanya ingin pergi.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar