Jumat, 22 April 2011

Last part 7

Mereka berdua saling melempar pandang, berharap apa yang sedang mereka lakukan saat ini, akan berjalan sesuai kemauan mereka. Shilla memilih untuk membuka-buka buku menu yang ada di hadapannya, sementara ify memlih untuk bersenandung kecil.
“Sori telat..” ify dan shilla kompak tersenyum ke arah agni, yang masih tampak lelah dalam seragam basketnya.
“Abis basket ag ? rajin bener” ujar ify.
“Iya ..hehe..ada yang mau gue tunjukkin sama kalian”
“Apa ?” tanya shilla antusias.
“Eh, entar dulu aja, nunggu via sekalian” sela ify.
“Via juga mau kesini ?” tanya agni langsung, shilla dan ify hanya mengangguk.
“Enggak apa-apa kan ag kalo gue kesini juga ?” tiba-tiba saja, via sudah berdiri di belakang mereka.
“Nah dateng juga lo vi, ayo-ayo duduk..” tawar shilla sambil menarik kursi kosong di sebelahnya. Via tersenyum sekilas sambil duduk, tapi matanya terus memandang ke arah agni.
“Ag..” “Vi..” secara bersamaan, via dan agni saling memanggil masing-masing.
“Lo dulu aja” ujar agni cepat, sebelum kebetulan itu berlanjut, via mengangguk. Ify dan shilla hanya memposisikan diri sebagai pendengar dan penonton yang baik.
“Gue mau minta maaf, gue tahu gue egois, lo mau maafin gue kan ?” agni tertegun sesaat melihat via.
“Iya dong vi, gue juga mau minta maaf, harusnya gue bukan ngehindarin lo, tapi berusaha jelasin ini ke elo”
“Makasih ag..”
“Gitu dong, kalo kaya gini kan enak dilihatnya” sahut ify.
“Setuju” timpal shilla.
“Tadi lo mau nunjukkin kita apaan ag ?” tanya ify. Agni menatap semua teman-temannya satu persatu sambil tersenyum, kemudian ia membuka ranselnya, dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
“Gue ditawarin ikut seleksi ini” jelas agni semangat sambil menunjukkan selembar poster berukuran sedang. Shilla yang duduk di depan agni, langsung mengambilnya, dan membacanya sendiri. Membuat ify dan via jengkel karena harus menunggu.
“Singapur ?” agni hanya mengangguk mendengar pertanyaan shilla.
“Apaan sih ?” tanya ify dan via kompak. Shilla tersenyum kemudian meletakkan poster itu di tengah-tengah meja.
“Wow ! ini kan klub basket yang hebat itu ag, salah satu temen gue di us, kakaknya masuk disini juga, ini great banget tahu enggak !” ujar ify heboh, dia emang selalu suka kalo ngelihat orang bisa berprestasi.
“Masih seleksi juga sih fy” ucap agni merendah.
“Tapi gue yakin kok ag, lo pasti bisa masuk, yakin banget !” timpal via sambil masih membaca apa yang tertera di poster itu.
“Gue juga yakin kok lo bisa, lagian enggak mungkin kan seorang agni ngebuang kesempatan emas kaya gini” tambah shilla.
“Doain aja ya..” shilla, ify dan via langsung mengangguk bersamaan, membuat agni terkekeh.
“Terus cakka ?” tanya shilla hati-hati.
“Gue akan buat keputusan kalo hasil seleksi ini udah ada di tangan gue”
“Kapan ?” tanya ify kali ini.
“Bulan depan”
“Semoga gue masih ada disini ya, belum balik ke us, jadi entar gue juga dapet traktiran deh” celetuk ify lagi.
“Ya shil, kita kapan ya, bisa pergi ke luar negeri gratis kaya mereka berdua ?”
“Gampang vi, entar kalo agni sama ify udah sukses, kita tinggal dibayarin deh sama mereka” jawab shilla asal, yang sukses membuatnya dapat hadiah klitikan dari agni dan ify.
“Oh ya vi, hubungan lo sama iel gimana ?”
“Gimana ya ag, gue juga enggak tahu, dia ngehindarin gue sekarang, tapi gue tahu kok, gue yang salah”
“Sabar ya vi, gue yakin kok iel cuma lagi butuh waktu buat sendiri” hibur shilla, via hanya membalasnya dengan senyuman.
“Udahlah, jatuhnya pasti bakal mellow deh kalo lagi ngobrolin cowok” timpal ify.
“Tapi jatuhnya bakal bt fy kalo lo mau maksa kita ngobrolin pelajaran” sahut agni, yang membuat via dan shilla mengangguk setuju.
“Yee, gue kan jomblo sendiri disini”
“Siapa suruh nolak sepupu gue” goda shilla.
“Hmm, mulai deh lo shil, di bayar berapa sih lo, seneng banget ngomongin rio” cibir ify.
“Namanya juga sepupu sendiri fy, di bela terus-terusan lah pasti” ujar via yang dihadiahi jempol sama shilla.
“Haha, eh fy, syal yang waktu itu lo tunjukkin ke kita, udah dikasih belom ke rio ?” tanya agni penasaran.
“Gimana mau ngasih, dia aja  sibuk banget, sms gue aja jarang banget”
“Ciee, kangen nih” sahut via sambil menoel-noel dagu ify.
“Iya kali, emang dia kemana sih shil ?” shilla terdiam sejenak, dia tahu pasti kalo akhir-akhir ini, rio dan dea tambah sering jalan berdua, karena kedua orang tua mereka yang ngatur.
“Hah, mana gue tahu, emang gue sekertaris pribadinya apa tahu jadwalnya dia” jawab shilla asal sambil nyengir.
“Sebenernya perasaan lo sama rio itu gimana sih fy ?” tanya agni bingung.
“Enggak semua hubungan perlu diikat dalam status yang jelas kan ?” tanya ify balik. Ketiga sahabatnya hanya mengangguk pasrah, percuma mereka mau ngomong sampai berbusa juga, enggak bakal ada khasiatnya buat ify.
“Eh gue boleh minta tolong enggak ?” tanya via tiba-tiba.
“Bolehlah” jawab shilla, diikuti oleh anggukan ify dan agni. Via tersenyum, kemudian ia langsung mengeluarkan kamera digitalnya dari dalam tas.
“Lo mau minta foto kita ?” tebak ify kaget sekaligus bingung.
“Iya, buat iel” jawab via mantap. Ify, shilla dan agni saling bertatap-tatapan bingung, tapi pasrah aja saat via menyuruh mereka bergaya.
***
Untuk menjaga perasaan sahabat-sahabatnya, shilla memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahatnya bersama agni dan via saja, dan begitu juga dengan alvin. Lagipula alvin dan rio juga belum bisa mendamaikan iel dan cakka, yang semakin hari malah semakin menjauh. Seperti hari ini, cakka memilih langsung melesat keluar kelas begitu bel istirahat berbunyi, entah kemana. Dan iel tampak acuh tak acuh dengan itu. Rio dan alvin, yang sudah berniat tidak akan memihak siapapun, dengan terpaksa mengikuti iel juga ke kantin.
Di persambungan koridor, secara tidak sengaja iel, rio dan alvin berpapasan dengan via, agni dan shilla. Rio dan alvin serta shilla dan agni, sama-sama diam sesaat, mengamati gerak-gerik iel dan via. Via berhenti sejenak, ia memberanikan dirinya menatap iel dan tersenyum, tapi iel berlagak seolah ia tidak melihatnya dan memlih untuk langsung berjalan begitu saja.
“Eh sabar ya vi, kita susul iel dulu” ujar alvin, via hanya mengangguk. Alvin dan rio langsung mengejar iel yang meninggalkan mereka jauh di depan.
“Parah lo yel, kok sekarang malah lo yang cuek sama dia sih ?” tanya rio langsung saat ia bisa mensejajarkan langkahnya dengan iel.
“Kan dia yang minta gue enggak usah terlalu perhatiin dia” jawab iel enteng. Rio mengalihkan tatapannya ke alvin, tapi alvin hanya bisa mengangkat bahu.
“Basket aja yuk, gue males ke kantin” sambung iel, dan lagi-lagi rio dan alvin hanya pasrah mengikutinya. Bila sedang berempat, biasanya mereka akan bermain two on two, tapi kali ini karena jumlahnya ganjil hanya bertiga, jadilah mereka hanya saling memperebutkan bola satu sama lain.
“Gue istirahat..hh..” ujar alvin di tengah-tengah permainan sambil berjalan ke pinggir lapangan.
“Masih sakit lo ?” tanya iel dari tengah lapangan.
“Enggak, cuma capek badan gue masih enggak enak” sahut alvin, sambil bersandar di dinding.
“Jangan di paksa vin, gue males kalo harus ikutan di amuk shilla..hehe..” timpal rio yang masih sibuk mendribel bola, alvin hanya tersenyum mendengarnya. Dia jadi ingat tentang check up yang kemarin ia lakukan.
_Flashback_
Sesungguhnya alvin sangat malas harus melakukan prosedur check up yang menurutnya ribet, tapi paksaan shilla memang selalu membuatnya luluh. Setelah melakukan serangkaian tes dengan berbagai macam alat, alvin menemui shilla yang sedang menunggunya di ruang praktek dokter.
“Saya sehat kan ya dok ?” tanya alvin langsung sambil melirik ke arah shilla.
“Over all, kondisi kamu sehat kok, tapi hasil lab ini secara keseluruhan baru bisa di ambil dua minggu lagi”
“Tuh kan shil, aku sehat..” ujar alvin.
“Check up kan enggak harus nunggu sakit ya dok ?” shilla mencari pembelaan. Dokter terkekeh melihat pasangan ini.
“Iya, lebih bagus kalo kita tahu apa yang terjadi dalam tubuh kita kan. Kamu punya maag ya ?”
“Saya dok ? mungkin kali ya, soalnya akhir-akhir ini saya suka ngerasa kembung gitu”
“Kasih tahu nih dok, dia tuh paling ngeyel banget kalo soal makanan, susah banget kalo disuruh makan, tapi kalo udah ketemu junk food, berporsi-porsi juga dilahap” terang shilla.
“Makan-makanan kaya gitu boleh, asal enggak sering-sering dan diimbangin sama makanan bergizi lainnya”
“Yah dok, orang mana coba di dunia ini yang enggak akan ketagihan sama junk food ? kecuali yang vegetarian ya” sahut alvin.
“Tapi kan enggak harus jadi makanan utama ya dok” timpal shilla enggak mau kalah.
“Kamu kayanya daritadi minta di belain banget sih sama dokternya” celetuk alvin sambil mengerling ke arah shilla.
“Haha, udah-udah, saya seneng ketemu pasien yang masih muda tapi udah mau peduli sama kesehatannya. Kamu juga harusnya bangga punya pacar kaya dia, yang perhatian kaya gini, cantik lagi” puji dokter yang membuat shilla tersenyum menang ke arah alvin.
“Makasih dok, jadi dua minggu lagi nih ?” tanya shilla memastikan.
“Iya, dua minggu lagi” ulang dokter itu, sambil mengulurkan tangannya ke arah shilla dan alvin, yang dijabat bergantian oleh keduanya.
_Flashbackend_
“Ngelamun mulu” tegur rio sambil menepuk pundak alvin, entah sejak kapan, tapi iel dan rio kini telah duduk di sampinya.
“Eh, udahan mainnya ?” tanya alvin lola.
“Ye, mikirin apaan sih lo ?” tanya iel penasaran.
“Enggak, cuma itu keinget sama check up gue yang kemarin”
“Gimana hasilnya ?” tanya rio.
“Masih dua minggu lagi sih, tapi secara kesuluruhan gue sehat kok, enggak usah ke rumah sakit juga gue udah tahu gue sehat, kelihatan gini” ujar alvin sambil sok menunjukkan otot tangannya, rio dan iel hanya tersenyum melihat tingkah sahabat mereka ini.
***
Pagi yang cerah, secerah hati ify, karena hari ini rio mengajaknya untuk jogging bersama. Sambil mengikat tali sepatunya, ify menunggu rio di teras depan rumahnya. Ify bisa melihat rio masuk ke dalam halaman rumahnya sambil tersenyum.
“Udah siap kan ?” tanya rio, ify hanya mengaggukkan kepalanya.
“Ya udah ayo berangkat, eh ya mana nyokap lo ?”
“Lagi di dalem yo, tapi gue udah ijin kok, udah ayo berangkat” sambil berlari-lari kecil, ify dan rio mulai menyusuri jalan-jalan di sekitaran komplek mereka. Kadang mereka saling melemparkan canda dan tawa di sela-sela berlari, atau kadang malah saling mengejar satu sama lain.
“Duduk dulu yo, capek..” ujar ify sambil duduk di trotoar jalan. Rio hanya tersenyum sambil mengikutinya.
“Payah lo, baru segini masa udah capek” cibir rio jahil, ify hanya merengut. Rio tertawa melihatnya, tanpa sadar ia mengacak-acak rambut ify.
“Rio ! berantakan nih !” teriak ify sebal, tawa rio semakin keras saja, melihat rambut ify jadi enggak beraturan.
“Abis gue kangen sih giniin elo” sahut rio reflek. Ify diam sejenak, meski seulas seyum tipis tergambar di bibirnya. Rio menggaruk belakang kepalanya, dia menatap ify ragu-ragu.
“Fy, boleh gue nanya ?”
“Bolehlah, apa ?”
“Menurut lo ada enggak sesuatu di dunia ini yang bisa madamin cita-cita seseorang ?” ify mengernyitkan dahinya, sedikit bingung dengan pertanyaan rio.
“Ehm..kalo menurut gue sih enggak ada, buat gue cita-cita itu satu-satunya hal yang harus di milikin sama semua orang, tanpa cita-cita kita cuma bakal jadi orang yang pesimis sama hidup, dan kalo gue pribadi saat gue udah punya cita-cita gue bakal coba ngelakuin segala cara untuk ngedapetin itu, dengan cara yang positif tapi”
“Gimana kalo cita-cita lo harus kebentur sama masalah hati. Maksud gue gini, misalnya ada orang yang dapat kesempatan buat ikut suatu lomba yang udah lama dia mau, tapi di waktu yang sama, orang di sekitarnya lagi butuh dia, menurut lo apa yang bakal lo lakuin ?”
“Mungkin jawaban gue ini terkesan egois, tapi gue bakal milih buat ngelanjutin lomba itu, atau kalo bisa gue bakal usahain semua puas, gue ikut lomba, orang di sekitar gue juga kebutuhannya bisa gue penuhin. Intinya buat gue, saat gue udah bercita-cita, gue akan selalu berusaha ngasih yang terbaik buat cita-cita gue”
“Emang lo enggak takut di benci sama orang-orang di sekitar lo itu ?”
“Kalo mereka emang orang yang deket sama gue, harusnya mereka tahu gue tipe kaya apa. Lagian gue akan sangat menghargai orang yang mensupport gue untuk segala macam cita-cita yang gue punya”
“Gue ! gue bakal jadi orang yang akan selalu support elo fy..hehe..”
“Haha..”
“Fy..”
“Yap ?”
“Sebanyak apa lagi cita-cita lo ?”
“Sebanyak bintang di langit”
“Serius” ujar rio sambil melihat ke arah ify.
“Siapa juga yang bercanda ? cita-cita gue masih banyak kok. Gue pengen jadi pianis, pengen bisa lulus ujian masuk kedokteran harvard, pengen bisa jadi specialis anak, pengen punya rumah sakit sendiri, pengen bisa jadi peraih nobel suatu hari nanti, pengen bisa ngadain konser tunggal di dalem ataupun di luar negeri, banyak banget deh..” rio hanya bisa menghela napasnya mendengar setiap cita-cita dan harapan yang ify lontarkan.
“Terus gue ?” sela rio sebelum ify semakin banyak menyebutkan cita-citanya.
“Hah, elo apa ? eh..ada tukang es tuh, beli yuk, haus nih..” bukannya menjawab, ify malah langsung ngacir meninggalkan rio.
‘selalu kaya gini, sebenernya gue ada enggak sih di hati lo ?’ batin rio sambil ngekorin ify yang udah sibuk memesan es buahnya.
***
Setelah beberapa hari disibukkan dengan kegiatan sekolah, akhirnya baru hari ini shilla bisa memenuhi janjinya ke rio untuk menemui mamanya rio yang tidak lain adalah tantenya sendiri. Seperti layaknya di rumah sendiri, shilla langsung masuk begitu saja ke dalam rumah rio.
“Tante !” panggil shilla sedikit keras.
“Di dapur shil !” jawab tantenya yang sudah hapal dengan suara shilla.
“Masak apa tan ? nih aku bawain pai buah buat tante, bikinan aku sama mama lho” shilla meletakkan bawaannya di atas meja dan langsung melihat apa yang sedang dilakukan tantenya.
“Wah makasih ya, tante juga lagi bikin cake nih”
“Shilla bantu ya” tawar shilla antusias, tantenya hanya tersenyum sambil mengangguk. Kemudian shilla mulai asik berbaur dengan berbagai bahan dan peralatan yang ada di sekitarnya.
“Emang mau ada acara ya tan ?” tanya shilla sambil mengaduk adonan.
“Iya entar malem keluarganya dea mau dateng, kamu udah kenal kan sama dea ?”
“Tante, maaf ya, tapi kok kesannya tante sama om tega banget sih jodohin rio, kaya dia enggak laku aja, gitu-gitu dia punya banyak penggemar lho di sekolah”
“Bukannya tega shil, tapi tante sama om ngelakuin ini karena kita pengen rio enggak salah pilih, kan kamu tahu sendiri, rio anak tunggal, otomatis om sama tante jadi lebih ekstra dong buat milih apa yang paling baik buat dia”
“Termasuk jodohnya ? aku juga anak tunggal, tapi mama sama papa enggak jodohin aku”
“Kan kamu udah sama alvin, dia juga udah deket kan sama keluarga kamu, pasti orang tua kamu juga udah enggak khawatir lagi, lha rio ? enggak sekalipun sampai sekarang tante di kenalin ceweknya” shilla mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Lagian menurut tante, dea baik kok, anaknya sopan, manis, cantik. Kalo menurut kamu gimana shil ?” tanya tantenya balik.
“Menurut aku ? iya, dea baik, enak diajak ngobrol, dewasa, baru segitu aja sih tan yang aku tahu soal dea, abis baru ketemu beberapa kali”
“Nah makanya itu, lagian tante juga enggak mungkin lah jodohin rio sama cewek yang aneh kaya di sinetron-sinetron gitu”
“Iya sih tan, tapi kalo misalnya dea atau rio punya pilihan sendiri gimana ?”
“Ya enggak gimana-gimana, sebenernya sih tante apa yang bikin rio seneng, tante ikut aja, asal rio atau dea bisa tanggung jawab sama keputusannya” shilla hanya meng-o-kan mulutnya, kemudian kembali konsen dengan adonannya. Menurutnya, enggak ada satu celahpun yang bisa buat shilla untuk mempengaruhi jalan pikiran tantenya tentang hubungan ini.
“Kamu sendiri gimana sama alvin ?”
“Baik-baik aja kok tan, entar dia juga mau kesini, lagi ngebasket sama rio sama cakka”
“Tante tuh kadang lucu deh lihat hubungan kalian, masih sma, masih muda, tapi kayanya kalian udah saling ngelengkapin banget ya” shilla hanya terkekeh mendengar kata-kata tantenya, toh ini bukan pertama kalinya ia mendengar hal seperti ini.
“Tante..eh hai shil..” sapa dea sambil tersenyum saat melihat mereka berdua di dapur.
“Hai de..” balas shilla.
“Lho de, kok udah dateng ?” tanya mamanya rio bingung.
“Iya tan, tadi dea abis dari rumah temen di deket sini, terus kepikiran aja buat kesini, kali aja ada yang dea bisa bantu buat entar malem”
“Yah de, udah keduluan gue nih kayaknya” celetuk shilla.
“Haha, udah kok de, itu juga cakenya tinggal masuk ke oven. Udah sana kalian berdua ngobrol aja di depan, entar tante nyusul”
“Mau bantuin kok malah suruh ngobrol sih tan..” sahut dea.
“Udah enggak apa-apa, udah sana shil kamu temenin dea..” perintah mamanya rio sambil mengambil alih adonan cake shilla.
“Siap bos, ayo de..” ajak shilla sambil menarik dea keluar dari dapur menuju ruang tengah. Tidak butuh waktu lama, shilla dan dea langsung tenggelam dalam obrolan mereka yang begitu seru.
Ting..tong..ting..tong..
“Udah de biar gue aja yang buka..” ujar shilla sambil beranjak pergi.
“Berdua aja shill..” timpal dea sambil mengikuti shilla. Shilla hanya tersenyum, ia berjalan menuju ruang tamu, membuka pintu dan alangkah kagetnya dia melihat siapa yang datang.
“I..ify..”
“Hai shil, kok lagi disini ? ada acara ya ?” shilla hanya menggeleng sambil tersenyum.
“Ini siapa ?” tanya ify sambil menunjuk dea.
“Kenalin gue dea..” dea inisiatif memperkenalkan dirinya sendiri.
“Siapa shil ?”
“Ini tan, ify, temen shilla sama rio” jawab shilla ke arah mamanya rio yang udah berdiri di belakangnya.
“Oh ify yang dapet besiswa di us itu ya ? udah pulang ?”
“Lagi liburan tan, rionya enggak ada ya ?”
“Rio masih main basket fy” sahut shilla.
“Ada urusan ya ? tunggu aja disini. Kalo enggak kamu ikut makan malem aja sekalian disini” tawar mamanya rio.
“Makan malem tan ?”
“Iya, kamu udah kenal kan sama dea ini, calon tunangannya rio” shilla langsung menelan ludahnya sendiri, ia bisa merasakan tubuh ify yang membeku di tempatnya. Shilla berusaha mengalihkan matanya ke arah lain, meski ia merasa mata ify terus menatapnya tajam.
“Enggak usah tan, aku pulang aja, makasih” ify tersenyum sambil beranjak pergi.
“Tan, aku nyusul ify ya..” ujar shilla buru-buru langsung menyusul ify, hal yang sama juga di lakukan dea.
“Fy..ify tunggu..” shilla berusaha menarik tangan ify.
“Lepas shil !” tampik ify kuat.
“Gue bisa jelasin fy !”
“Jelasin apa ?!” ify berbalik, dan shilla mencelos melihat air mata yang telah menggenang di pelupuk mata ify.
“Gue minta maaf fy..”
“Minta maaf buat apa ?!! gue kira lo selama ini dukung gue sama rio, ternyata ?!!” ify menatap shilla tajam, shilla hanya bisa menunduk. Dea yang berdiri di samping shilla tidak bisa berbuat banyak, ia tidak mau menambah runyam masalah.
“Gue..gue..” ucap shilla terbata-bata, ia sudah mulai menangis juga sekarang, tangannya tetap menggennggam tangan ify kuat.
“Gue apa ?!! udah lah, gue emang bukan siapa-siapanya rio kok !!” sekali lagi ify berusaha menampik tangan shilla.
“Ify..tolong kasih gue kesempatan dulu fy..”
“Kesempatan apa ? kenapa lo enggak cerita sama gue ?! kalo kaya gini lo sama aja kaya nusuk gue dari belakang tahu enggak !!” air mata shilla tambah mengalir deras, kata-kata ify terasa sangat menusuk hatinya.
“Lepasin gue !!” dengan kuat, ify mencoba melepaskan tangannya, membuat tubuh shilla agak terdorong ke belakang.
“IFY !! lo mau ngapain shilla ?!” alvin yang baru datang bersama rio dan cakka, langsung menarik tangan ify.
“Bukan urusan lo !”
“Urusan gue kalo sampe shilla kenapa-napa ?!!” bentak alvin tanpa melepaskan cengkramannya.
“Lo jangan kasar dong vin !!” rio yang tidak begitu mengerti, mencoba melepaskan tangan alvin dari tangan ify.
“Hh..udah..vin..hh..udah..hh..” shilla memegang dadanya dengan tubuh yang mulai sempoyongan, dea langsung sigap menangkapnya.
“Shil..shilla lo kenapa ?”
“Shilla !” teriak alvin panik langsung melepaskan cengkraman tangannya dan berlari ke arah shilla.
“Bawa ke dalem aja vin..” usul dea. Alvin langsung menggendong tubuh shilla dan membawanya ke dalam rumah rio, diikuti oleh dea.
“Ini ada apa sih ?” tanya cakka yang daritadi cuma bisa diem, enggak tahu apa-apa.
“Lo bisa tanya sama temen lo ini kka. Ini buat lo yo, makasih !!” ify melemparkan sebuah bungkusan coklat ke arah rio dan langsung berlari pergi. Rio mengambil bungkusan yang jatuh di kakinya itu, dan langsung membukannya.
“Lo enggak ngejar ify yo ?” tanya cakka lagi, yang tambah tidak mengerti. Rio tidak menggubris cakka, matanya menatap lurus ke arah syal biru yang ada di dalam genggaman tangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar