Sambil mengetuk-ngetukkan jari-jarinya di meja, rio berkali-kali menoleh ke arah pintu cafe, berharap orang yang ia tunggu akan segera muncul. Dia melirik jam tangannya, sudah setengah jam dia menunggu disini, menghabiskan secangkir vanilla lattenya. Dan akhirnya matanya menangkap satu sosok yang ia tunggu, berjalan masuk dengan wajah seolah tanpa dosa menghampirinya.
“Sori bro, macet..” rio hanya bisa mendengus mendengar alasan klise tersebut.
“Emang abis jalan sama cewek mana lagi lo cak ?” cakka hanya terkekeh mendengar pertanyaan rio. Bukannya menjawab, dia malah memanggil pelayan dan memesan minumannya.
“Kalo lo udah enggak sayang sama agni, putusin dia” ujar rio to the point. Cakka tersenyum tipis.
“Jadi lo juga ngarepin gue sama dia putus ?”
“Gue ngarepin lo berdua bisa sama-sama bahagia jalanin hidup, jangan jadi pengecut cak, cowok sejati enggak akan ngebiarin cewek yang dia sayang terus-terusan sakit kaya gitu”
“Cowok sejati enggak akan terus-terusan nunggu tanpa kepastian dari cewek yang dia sayang” sindir cakka balik.
“Kita mau ngomongin masalah lo, bukan gue”
“Gimana kalo gue maunya ngomongin masalah lo ?” rio menatap cakka sesaat.
“Oke, kalo lo enggak ngijinin gue buat masuk lebih jauh ke masalah lo, gue hargain itu. Tapi gue harap, lo bisa cepet ambil keputusan, dan saran gue, lo, agni, iel sama via mending ketemu buat ngelurusin semuanya, dan buat masalah lo sama agni, kalo lo ngerasa mampu, silahkan selesaiin sendiri” cakka diam mendengar kata-kata rio, dalam hatinya, ia tahu ia telah melampaui batas kesabaran sahabat-sahabatnya dalam soal ini, ia tahu sikapnya terlalu egois.
“Gue bukannya enggak mau ada yang ikut campur, sebenernya gue cuma pengen sendiri aja bentar, pengen ngerenungin apa yang udah terjadi, apa yang gue mau, apa yang harus gue jalanin”
“Kalo gitu, jangan lama-lama, waktu enggak bisa di tarik mundur sob, dan penyesalan akan selalu terlambat datangnya..” ujar rio sambil menepuk-nepuk pundak cakka.
“Thanks..” jawab cakka singkat sambil tersenyum.
“Ya udahlah, gue mau ke apartemen alvin, mau ikut ?” tawar rio.
“Pengen sih, tapi gue udah ada janji mau basket, next time aja”
“Padahal gue berharap lo mau ikut, gue males di kacangin entar sama mereka” ucap rio sambil berdiri.
“Mereka ?”
“Shilla alvin”
“Gue ikut berduka yo..hehe..get well soon deh buat alvin” rio hanya tersenyum, lalu bergegas meninggalkan cakka keluar kafe.
***
Sedikit kesulitan dengan tentengan belanjaan di kedua tangannya, shilla berusaha untuk menekan tombol bel pintu apartemen alvin. Ketika kakinya tidak sengaja menendang pintu apartemen alvin, dan terbuka.
“Eh, enggak di kunci” gumam shilla bingung sambil masuk ke dalam dan langsung meletakkan barang-barang bawaannya.
“Alvin..”
“Hoek..hoek..” shilla berjalan mendekat ke arah kamar mandi alvin.
“Ya ampun alvin kamu kenapa ?” tanya shilla panik, sambil langsung mengurut-urut tengkuk alvin.
“Enggak apa-apa kok” jawab alvin lirih sambil tersenyum, kemudian ia membasuh mukanya dengan air.
“Nih..” shilla mengulurkan tisu.
“Thanks” alvin memberi kode supaya mereka ngobrol di ruang tv.
“Masih anget vin, kamu emang enggak minum obatnya ?” tanya shilla sambil meletakkan tangannya di atas kening alvin.
“Diminum dong, lagian menurut aku ini udah lumayan kok di banding tadi pagi”
“Iya tapi masih anget badan kamu. Kamu udah makan kan ? tadi muntah kenapa ?”
“Enek, namanya juga masuk angin shil. Kamu sendiri tadi udah kan check upnya ?” alvin berniat mengalihkan pembicaraan.
“Udah kok, tadi aku malah ketemu dea di rumah sakit, ternyata dia anaknya dokter aku”
“Oh, kamu bawaan apaaan tuh ?” tunjuk ke alvin, ke beberapa plastik yang tergeletak begitu saja di atas meja makannya.
“Banyak. Ada buah-buahan, ada susu, roti, terus makanan dari rumah aku juga ada” terang shilla sambil berjalan ke dapur untuk membereskan belanjaan yang dia bawa.
“Makanan yang kamu bawa kemarin aja belum abis semua shil, lagian kalo susu, ada di kulkas”
“Hehe, biarin, abis kamu susah sih di suruh makan, coba aja disodorin burger, lahap banget” alvin hanya terkekeh mendengar cibiran shilla. Tapi siapa juga sih yang enggak ketagihan junk food di dunia ini, pikir alvin.
“Mau aku bantuin enggak ?” tawar alvin.
“Enggak usah duduk aja disitu. Eh iya, kok pintu kamu enggak di kunci, enggak ketutup rapat juga ?”
“Masa ? enggak nyadar” jawab alvin enteng, sambil merebahkan dirinya di atas sofa, kepalanya memang masih sedikit pening, dan rasa enek sisa muntah tadi masih terasa.
Ting..tong..ting..tong..
“Udah aku aja yang bukain, kamu istirahat aja disitu” perintah shilla sambil berjalan menuju pintu depan.
“Masuk yo..” rio hanya tersenyum sudah menemukan sepupunya itu di dalam apartemen alvin.
“Hoek..” shilla langsung berjalan cepat ke arah kamar mandi alvin, rio mengikutinya dari belakang.
“Kok muntah lagi sih ?” alvin hanya menggeleng, dia lagi-lagi membasahi mukanya dengan air. Dan hanya melempar cengiran saat melihat rio udah ada disitu.
“Ngobrolnya di depan tv aja, enggak enak kalo disini” ujar alvin. Shilla dan rio mengangguk.
“Udah berapa kali kamu muntah ?” sergap shilla langsung.
“Baru dua kali kok sama tadi, kan udah di bilang namanya juga masuk angin, enggak enak badan, iya enggak yo ?” alvin mengerling ke arah rio.
“Iya shil, jangan parno dong, kaya enggak pernah masuk angin aja” bela rio.
“Tuh shil bener kata rio..” shilla merengut sebal ke arah rio, rio hanya membalasnya dengan senyum.
“Besok kamu check ya ke rumah sakit” bujuk shilla.
“Hah, ngapain ?”
“Ya check aja, emang kalo check ke rumah sakit, sakitnya harus parah apa ?”
“Kan aku cuma masuk angin shilla, besok juga aku udah bisa ke sekolah kok, iya enggak yo ?” sebelum rio ingin membuka mulutnya untuk membela alvin lagi, tatapan shilla yang menusuk telah menyentuhnya lebih dulu.
“Check up penting kan yo ?” tanya shilla dengan nada semanis mungkin.
“Penting banget vin, udah enggak apa-apa, cuma check up doang kok, gue setuju” kali ini gantian alvin yang memandang tajam ke arahnya, malas terlibat lagi, rio langsung meraih majalah nganggur di sampingnya, dan pura-pura sibuk membacanya.
“Udah, kamu nurut aja deh sama aku, besok pulang sekolah kita ke rumah sakit ya, oke” alvin hanya bisa mengangguk sambil tersenyum, percuma aja melawan lagi, dia enggak akan menang sama shilla kalo soal ginian.
“Oh ya gimana kabarnya cakka sama iel ?” tanya alvin ke siapaun yang mau jawab.
“Sekarang bukan mereka aja vin, via sama agni juga ikutan diem-dieman” sahut shilla.
“Lho, kenapa ?”
“Ya gitu deh, jadi via mergokin iel sama agni lagi main basket berdua gitu malem-malem, padahal ya cuma main basket doang, tapi bisa lo bayangin sendirilah gimana kejadiannya setelah itu” timpal rio yang langsung mengacuhkan majalahnya setelah topik berganti.
“Gimana kalo kita atur aja, bikin mereka jadi ngobrol berempat gitu, intinya ini cuma tentang salah paham kan ?” usul alvin.
“Pengennya aku sih juga gitu, enggak tahu nih akhir-akhir ini, kayanya lagi banyak banget ya masalah yang muncul, untung kita adem ayem aja” ucap shilla.
“Iya elo berdua adem ayem, gue ?”
“Eh ya, kemarin gue ketemu dea yo. Terus dia nanya ke gue, lo udah nyeritain perkembangan hubungan mereka apa belom, emang ada apa sih ?” rio menghela napasnya sejenak, sudah dua kali kemarin dia gagal mau menceritakan ini.
“Gue sama dea mau tunangan dalam waktu deket ini”
“Serius ?” tanya shilla dan alvin kompak, tanpa bisa menyembunyikan gurat keterkagetan di wajah mereka berdua. Rio hanya mengangguk pasrah.
“Kan elo sendiri yang bilang dikasih waktu tiga bulan buat pendekatan ?” tanya alvin bingung.
“Enggak tahulah. Gue sama dea aja sama-sama kaget, jadi menurut orang tua gue sama orang tuanya dea, tanpa waktu tiga bulan itu, kita udah kelihatan cocok, udah gitu, sebentar lagi, orang tuanya dea mau pindah ke luar negeri, dan menurut kesepakatan yang di ambil tanpa ngelibatin gue sama dea, orang tua kita pengen kita tunangan dulu, sebelum keberangkatan itu, biar semua lebih jelas katanya”
“Terus pendapat lo berdua ?” tanya alvin lagi.
“Gue sih langsung ngamuk dan pergi kesini, enggak tahu deh si dea” alvin menganggukan-anggukan kepalanya.
“Tipikal dea sih, gue rasa dia enggak akan ngebantah kata-kata orang tuanya. Yang gue mau tanya sama lo sekarang, sebenernya hati lo buat siapa ? ify atau dea ?” rio tersenyum tipis mendengar pertanyaan shilla.
“Gue sayang sama ify, lo tahu kan pasti segede apa perasaan gue buat dia. Enggak ada masalah buat gue, kalo harus usaha sekeras mungkin buat pertahanin dia, meskipun mungkin gue harus ngelawan orang tua gue sendiri. Tapi pertanyaannya sekarang, apa ify mau gue pertahanin ?” kali ini gantian alvin dan shilla yang tersenyum tipis mendengar kata-kata rio.
“Nanti gue coba bantu ya sama alvin, nanti gue coba bujuk ify” hibur shilla.
“Jangan shil, sesuatu yang dilakuin karena bujukan seseorang, berarti bukan sesuatu yang dateng dari dalam hati”
“Rio bener shil, kita tuh cowok, model yang pasti bakal mau ngelakuin apa aja buat cewek yang kita sayang, tapi cowok juga mahluk berego tinggi yang pengen perhatiaannya di akuin dikit aja, karena usahanya sendiri” shilla mengangguk maklum mendengar kata-kata alvin.
“Terus gue harus apa yo ? gue enggak mau lo jadi stres mikirin ini sendiri”
“Coba deh shil, lo tolongin gue ngomong ke nyokap gue. Masalah ify sama dea, biar gue coba selesein sendiri”
“Oke, entar gue ke rumah lo deh, gue coba” rio melempar senyum ke shilla dan alvin, yang juga di balas oleh senyuman hangat dari mereka berdua.
***
Telunjuknya menyusuri lembar demi lembar album foto yang ada di pangkuannya. Kadang ia tersenyum sendiri, kadang malah tertawa, atau kadang berhenti sebentar untuk memandangi foto yang ada di hadapannya lebih lama.
Matanya menatap selembar foto di halaman terakhir albumnya, lekat-lekat ia amati foto tersebut. Senyum miris tergambar di bibir merahnya, hatinya sedikit bergetar. Setitik air mata jatuh tepat di atas foto tersebut, yang langsung buru-buru ia usap.
“Aku kangen kamu yel..” desah via pelan. Ia tidak bisa bohong bahwa alpanya iel dalam kehidupan dia akhir-akhir ini, sedikit banyak mempengaruhi hidupnya, yang telah terbiasa akan sosok iel di sampingnya.
“Aku jealous karena aku sayang sama kamu, kenapa sekarang kamu malah ngehindarin aku ? kenapa kamu enggak usaha sedikit aja buat ngeyakinin aku ?”
Via meletakkan album foto yang semenjak tadi ia genggam, sambil memeluk bantalnya dan menyenderkan kepalanya di kepala tempat tidurnya, ia mulai mengenang, saat-saat indahnya bersama iel.
_Flashback_
Kesibukan terjadi di mana-mana, sekolah sedang mengadakan acara pentas seni dan via serta yang lain terlibat sebagai panitia. Via sendiri tidak begitu memperdulikan yang lain, karena tugasnya sebagai koordinator acara cukup membuatnya sibuk setengah mati.
“Vi sini dulu deh” tiba-tiba agni menariknya.
“Apaan ag ?”
“Shilla sama alvin enggak bisa tampil nanti” via langsung melotot ke arah agni, dia langsung memeriksa susunan acara di tangannya.
“Kok bisa ? mereka harus tampil setelah ini”
“Iya shilla ngedrop, jadi barusan di anter alvin pulang”
“Terus gimana dong ? mereka kan harusnya nyanyi buat pembuka acara puncak”
“Gini aja deh, gimana kalo, lo sama iel yang gantiin”
“Gue sama iel ?”
“Iya, tadi gue udah nanya kok sama iel, di mau. udahlah vi, kan ini tanggung jawab lo juga, masa iya acara jadi berantakan cuma gara-gara ginian doang” via memandang agni ragu-ragu, kemudian dengan terpaksa ia mengangguk. Senyum puas langsung terpeta di wajah agni.
“Ya udah ayo lo ikut gue ke backstage” agni menarik tangan via ke backstage, sedikit aneh karena disana iel telah menunggunya.
“Habis ini kan vi ?” tanya iel yang telah nampak siap.
“Hah ? ah..oh..iya..” jawab via gelagapan sambil memeriksa daftar acaranya sekali lagi.
“Nyanyi apa yel ?” iel mendekatinya, dan membisikkan sebaris judul lagu ke, via hanya bisa mengangguk.
“Nah udah vi lo naik sana berdua, sini biar walkie talkie lo gue yang pegang” ujar agni sambil memberi kode ke iel dan via agar naik ke atas panggung. Tanpa persiapan apapun, via dan iel naik ke atas panggung.
Tangan via gemetar melihat begitu banyaknya orang-orang yang menyaksikan di depan panggung. Ia tidak berlatih sama sekali, lagipula sebelum ini ia tidak pernah sekalipun mempertontonkan suaranya di depan umum. Iel yang mengetahui gerak-gerik via, mendekati dirinya.
“Jangan nervous, bawa santai aja” bisik iel tepat saat intro lagu mulai mengalun.
I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride
A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we’re only dreaming
Shining, shimmering, splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over, sideways and under
On a magic carpet ride
A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we’re only dreaming
Tanpa butuh waktu lama, chemistry kuat diantara mereka langsung terasa. Via sendiri mulai enjoy di atas panggung, apalagi dengan iel di sampingnya, entah mengapa semua rasa gugup dan cemas tadi langsung hilang begitu saja.
A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I’m way up here
It’s crystal clear
That now I’m in a whole new world with you
Now I’m in a whole new world with you
Unbelievable sights
Indescribable feeling
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky
A whole new world
Don’t you dare close your eyes
A hundred thousand things to see
Hold your breath – it gets better
I’m like a shooting star
I’ve come so far
I can’t go back to where I used to be
A whole new world
Every turn a surprise
With new horizons to pursue
Every moment red-letter
I’ll chase them anywhere
There’s time to spare
Let me share this whole new world with you
A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I’m way up here
It’s crystal clear
That now I’m in a whole new world with you
Now I’m in a whole new world with you
Unbelievable sights
Indescribable feeling
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky
A whole new world
Don’t you dare close your eyes
A hundred thousand things to see
Hold your breath – it gets better
I’m like a shooting star
I’ve come so far
I can’t go back to where I used to be
A whole new world
Every turn a surprise
With new horizons to pursue
Every moment red-letter
I’ll chase them anywhere
There’s time to spare
Let me share this whole new world with you
Iel meraih tangan via, dan via menyambut itu. Mereka saling mendekat satu sama lain, membuang jarak di antara mereka.
A whole new world
That’s where we’ll be
A thrilling chase
A wondrous place
For you and me
A whole new world
That’s where we’ll be
A thrilling chase
A wondrous place
For you and me
Selesai bernyanyi, mereka berdua kompak membungkukan badan ke arah penonton sambil tersenyum, dan langsung di sambut meriah oleh semua yang ada disitu. Saat ia via ingin berbalik dan berjalan ke arah belakang panggung, tangan iel menahannya.
“Kenapa yel ?”
“Klik” iel menjentikkan jempol dan jari tengahnya. Tiba-tiba cahaya di sekeliling mereka langsung padam.
“Yel..” iel hanya tersenyum, ia berlutut di hadapan via.
“Via, would you be my girlfriend ?” tanya iel mantap dan membuat via spechless. Telah lama mereka menghabiskan waktu berdua, dalam ikatan persahabatan, dan via tahu, sejak lama sudah perasaan di hatinya itu berubah bentuk. Via ingin menjawab, tapi suaranya hilang entah kemana, tercekat dalam rasa senang sekaligus kaget yang bercampur padu, via hanya dapat menganggukan kepalanya. Sontak iel langsung tersenyum lebar dan memeluk via.
“Thanks vi, ada hadiah lagi buat lo” via mengangkat wajahnya, memberi tatapan penuh tanya ke arah iel.
“Lihat itu..” iel menunjuk ke arah tempat penonton, dan sekali lagi via dibuat spechless olehnya, ketika pendar-pendar cahaya lilin yang di pegang oleh teman-temannya, membentuk namanya di tengah lapangan.
“Indah banget yel, makasih..”
“Cieeeeeeeeeeeeee !!!” koor langsung membahana dan panggung kembali terang. Semua temannya ada disitu alvin, shilla, agni, cakka, rio dan masih ada ify.
“Selamat ya via” ify, shilla dan agni langsung menghampiri via.
“Katanya pulang shil” sindir via yang baru sadar kalo itu semua adalah kerjaan temen-temennya.
“Haha, maaf ya vi, permintaaannya iel nih” via hanya tersenyum sambil mengerling ke arah iel. Iel hanya tertawa sambil mengacak-acak lembut rambutnya.
_Flashbackend_
Tanpa terasa air matanya mengalir setetes demi setetes. Momen indah satu setengah tahun lalu itu kini terancam hanya tinggal kenangan.
“Ayo vi, lo harus pertahanin hubungan ini, lo enggak boleh gengsi, lo harus minta maaf sama iel, harus !” via berusaha memotivasi dirinya sendiri. Dia tertegun sesaat, dia ingin ini bukan hanya menjadi sekedar minta maaf biasa, ia ingin memberi sesuatu yang berkesan, seperti apa yang telah iel sering lakukan untuknya. Matanya berhenti menatap album yang tadi ia letakkan masih adalam posisi terbuka, dan sebuah ide langsung menyala terang di pikirannya. Tidak perlu berlama-lama lagi, via langsung memulai langkah awalnya, untuk meminta maaf pada iel.
***
Sambil tidur-tiduran di kasurnya, ify dan shilla hanya saling berdiam diri. Awalnya mereka berempat berencana untuk menginap di rumah ify, menghabiskan waktu bersama ify, tapi masalah antara agni dan via hanya menyisakan mereka berdua yang tenggelam dalam kebengongan masing-masing.
“Gimana dong shil, kita harus bikin via sama agni akur” celetuk ify.
“Kalo gue tahu caranya juga udah gue lakuin dari kemarin-kemarin fy. Via selalu milih nunduk dan agni selalu ngelihat ke arah lain kalo mereka papasan, gimana mau nemuinnya” ujar shilla.
“Ya kita temuin aja, kita ajakin ngobrol. Masalah mereka sama cowok masing-masing sih, urusan mereka, yang penting persahabatan kita nih”
“Iya ify, gue tahu, lo enggak tahu sih, enggak enaknya jadi gue kalo di kelas, ngobrol sama via enggak enak sama agni, ngobrol sama agni enggak enak sama via, serba salah kan gue” curhat shilla, ify hanya tersenyum mendengarnya.
“Itu sih derita lo shil. Eh iya gimana alvin, udah baikkan ?”
“Tadi sih pas gue pulang, badannya masih agak anget, tapi suhunya udah turun”
“Oh..gue kadang heran deh shil sama lo, lo itu kelihatannya care banget sama ya alvin”
“Hah ? ya iyalah fy, kan gue ceweknya” ucap shilla tidak mengerti.
“Iya gue tahu, tapi menurut gue, bukannya kalo kaya gitu, cowok malah bisa jadi ngelunjak ya”
“Ngelunjak gimana ?”
“Gini lho, lo itu kan selalu ngasih apapun yang dibutuhin sama alvin, dengan kaya gitu, alvin sadar dong kalo lo enggak akan sanggup hidup tanpa dia, nah dengan kaya gitu, bukannya alvin jadi tahu kelemahan lo dan bisa bikin lo tunduk di bawah perintah dia ya” shilla mulai paham kemana arah pembicaraan ify. Dia mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk.
“Buat gue fy, namanya kita menjalin hubungan itu ya karena kita sama-sama nemuin rasa kecocokan dan saling sayang. Terus kalo setiap kita mau ngelakuin sesuatu dihitung pake untung rugi atau imbal balik, yang ada kita malah enggak akan ngelakuin apapun”
“Tapi lo enggak takut gitu shil, kalo suatu hari nanti alvin ninggalin lo buat cewek lain”
“Gue percaya sama dia, karena gue sayang sama dia, dan gue yakin, dia enggak akan ngelakuin itu ke gue”
“Kadang gue enggak ngerti, kenapa seorang cewek rela disakitin kaya apapun sama cowok, padahal cowok kan enggak cuma satu, agni contohnya. Dia hebat, jagoan basket, gue rasa dia cantik, tapi apa, dia takluk sama cakka” shilla tersenyum tipis mendengar kata-kata ify.
“Karena elo enggak pernah tahu rasanya, lo cuma ngelihat apa yang kelihatan, tapi lo enggak tahu apa yang ada di dalamnya. Dan gimana lo bisa tahu rasanya, kalo lo selalu ngacuhin sepupu gue dan lebih milih buat semua itu” pancing shilla sambil menunjuk berderet piala dan piagam yang terpajang di kamar ify.
“Bukannya di umur kaya kita gini saatnya kita berprestasi ya ?”
“Lo bener, tapi masa remaja kan cuma sekali fy, dan karena cuma sekali itu juga, enggak ada salahnya buat nyoba hal-hal kaya gini”
“Entahlah shil, masih banyak cita-cita gue yang belom tercapai, sekolah di amrik buat gue cuma sebuah langkah kecil buat nyusurin jalan yang masih panjang banget di depan. Gue masih pengen jadi pianis terkenal, masih pengen jadi wanita karir yang sukses...”
“Dan ibu rumah tangga yang hebat fy, jangan lupa sama kodrat lo” potong shilla sambil tersenyum, ify hanya tersenyum bersamanya.
“Kalo daftar cita-cita lo masih panjang, masih gantung juga dong nasib sepupu gue ?” goda shilla.
“Mungkin..hehe..” jawab ify sambil tergelak, shilla ikut tertawa, tapi diam-diam hatinya miris, seandainya ify tahu lebih baik untuknya memastikan rio jadi miliknya saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar