Sabtu, 09 April 2011

Best Friends nd Love with Line part 24

Agni dan cakka duduk berhadap-hadapan. Berkali-kali sudah cakka melihat ke arah agni, tapi agni terus saja menundukkan wajahnya, seolah-olah tidak ingin menatap cakka. Cakka mengenggam tangan agni.
“Gue enggak bisa putus dari lo ni..” desah cakka pelan.
“....” agni hanya terdiam, susah payah ia menahan air mata yang siap menetes di wajahnya.
“Tolong tatap gue ni, tatap gue...” cakka mengangkat wajah agni, mengarahkan wajah itu ke arahnya.
“Ini enggak adil buat gue ni” sambung cakka lagi.
“Tapi ini keputusan yang udah gue ambil kak” kata agni lirih.
“Keputusan yang lo ambil secara sepihak ? itu bukan keputusan namanya ni”
“Tapi menurut gue ini yang terbaik buat kita kak..”
“Terbaik ? apanya ? lo enggak percaya sama gue ? jogja jakarta itu deket ni, enggak perlu bikin kita sampe putus !”
“Gue sayang sama lo kak ! percaya itu ! kakak satu-satunya cowok yang pernah gue sayang, hidup yang sekarang gue jalanin jadi lebih indah karena hadirnya kakak ! Tapi tolong kakak ngertiin keadaan gue, ngertiin kemauan gue”
“Kemauan apa ? kemauan buat putus dari gue ?” agni menatap cakka. Sesungguhnya ia masih belum mengerti apakah keputusannya ini tepat atau tidak. Kemudian ia berdiri, memindahkan posisinya menjadi di sebelah cakka, dalam diam dan tiba-tiba agni memeluk cakka.
“Cuma tinggal ayah yang gue punya kak, dia satu-satunya orang yang paling berharga sekarang. Dan keputusan ayah udah final buat kita pindah ke jogja, buat gue sama ayah mulai kehidupan baru lagi..” bisik agni ke cakka.
“Tapi kenapa harus putus ni ? kita bisa long distance..”
“Long distance enggak segampang yang lo bayangin kak. Enggak mudah ketika kita ngerasa kangen satu sama lain, dan perasaan itu cuma jadi ganjelan dihati kita. Bentar lagi kakak kelas tiga, gue enggak mau ini semua jadi enggak sehat. Kita masih muda kak, dunia gue sama kakak masih sama-sama terbentang luas. Kakak masih bisa jadi kakak gue..”
“Gue maunya jadi cowok lo ni..”
“Gue percaya, kalo kakak jodoh gue, sejauh apapun kita dipisahin, Tuhan bakal pertemuin kita lagi dengan caranya yang indah dan waktunya yang tepat. Gue sayang sama kakak, tapi gue enggak pengen perasaan ini memperbudak kita, gue pengen kita ngalir aja apa adanya, gue masih lima belas tahun kak, terlalu muda kalo gue harus ngagungin cinta..” cakka mendengarkan penjelasan agni, berusaha mencermati setiap maknanya dengan jelas.
“Apa ini karma gue ? selama ini gue selalu ninggalin cewek gue gitu aja, dan sekarang saat gue udah nemuin orang yang gue anggep tepat, malah gue yang ditinggalin”
“Ini cuma tentang waktu kak, waktu yang enggak berpihak sama kita. Gue percaya kakak bakal baik-baik aja tanpa gue, mungkin nanti ada saat dimana gue menyesal melepas kakak, tapi anggep aja ini fase kehidupan kita kak. Gue pengen fokus sama hidup gue yang baru, sama ayah, sama nilai-nilai gue di sekolah. Dan kakak, akan tetap punya tempat disini..” agni menunjuk dadanya. Cakka tidak dapat berkata apa-apa lagi, ia tahu keputusan agni sudah bulat, menerima ini adalah satu-satunya jalan yang bisa ia raih.
“Gue rasa jadi kakak lo akan lebih menyenangkan..” agni menatap cakka dengan tatapan berbinar. Meski hatinya sedikit sakit, tapi ia tersenyum, tersenyum karena cakka mengerti dan mau menerima keputusannya, Tidak memperberat langkahnya sama sekali.
“Makasih ya kak, buat semua yang udah pernah kakak kasih di hidup gue, kemarin, hari ini dan selanjutnya..” dalam gerakan singkat, agni mengecup pipi cakka cepat. Cakka hanya bisa tertawa melihat kelakuan agni. Berat melepas agni, orang yang ia anggap tepat untuknya. Tapi melihat senyuman agni yang manis, cakka tahu, ia memilih jalan yang tepat.
Alvin melihat ke arah nova yang duduk di sampingnya. Nova tersenyum ke arahnya, lalu alvin kembali konsentrasi pada mobilnya.
“Kakak belum jawab kita mau kemana ?”
“Entar juga lo tahu nov, bentar lagi kita sampai..” nova hanya kembali tersenyum mendengar jawaban alvin. Sedikit kaget untuknya, saat melihat tadi pagi alvin sudah berdiri di depan rumahnya. Mobil alvin memasuki area parkir sebuah tempat pemakaman, nova mulai meneba-nebak mau di bawa kemana ia.
“Sori ya gue lama..” sapa alvin ke rio, ify, iel, via, ray, keke, deva dan aren yang langsung menghampiri mobilnya alvin.
“Enggak masalah, kita juga baru sampe kok..” jawab iel mewakili yang lain.
“Cakka mana ?” tanya alvin.
“Tuh, panjang umur anaknya” tunjuk rio ke arah mobil swift yang baru saja memasuki area parkiran tersebut. Enggak berapa lama, cakka dan agni langsung bergabung dengan mereka.
“Ya udah ayo..” ajak alvin sambil membimbing semua temannya. Alvin berhenti sambil menatap dua buah makam. Teman-temannya yang lain juga ikut berhenti dan mengelilingi makam tersebut.
“Ma pa, ini alvin. Maaf, alvin baru dateng sekarang. Kemarin alvin habis masuk rumah sakit lagi. Hari ini, untuk pertama kalinya, alvin enggak datang sendiri. Mereka yang ada disini, orang-orang yang sering alvin ceritain..” alvin berhenti sejenak sambil melihat ke arah yang lainnya yang dari tadi diam mendengarkan alvin.
“Yang pake jaket itu rio, sampingnya rio itu ify, kalo yang pake topi itu iel dan di sebelahnya via, yang ini cakka dan agni. Ini adeknya alvin ma pa, ray sama aren, ada keke sama deva juga. Sementara yang berdiri di samping alvin ini, dia yang namanya nova, yang paling sering alvin ceritain, yang suka alvin kirimin surat, ini orangnya, manis kan ? cantikkan ?” nova tersipu sendiri mendengar kata-kata alvin. Lalu mereka semua mulai berdoa dengan khidmat.
“Ma..” semua mata menoleh ke asal suara.
“Kalo mamanya aren mamanya kak alvin, berarti mamanya kak alvin mamanya aren juga kan ? aku aren ma, adeknya kak alvin yang paling kecil. Aren sayang banget sama kak alvin, kak alvin yang selalu bisa bikin aren seneng yang selalu tahu apa maunya aren yang selalu ada buat aren kapanpun aren butuh. Aren boleh minta satu aja kan, aren pengen kak alvin tetep disini, sama aren, sama semuanya, tolong ya mama ijinin kak alvin untuk tetap disini, tolong...” meski tidak menangis, tapi harapan aren tadi mampu membuat semuanya terdiam. Apa yang aren ucapkan, adalah kata-kata mereka yang menunggu untuk keluar juga dari tadi.
“Kak alvin masih disini kok..” alvin menghampiri aren, dan memeluknya sambil membelai rambut adeknya tersebut, ray juga menghampiri mereka berdua, dan ikut berpelukan. Tiga kakak beradik, yang membuktikan bahwa ikatan darah tidak berdiri di atas segalanya, melainkan ikatan perasaan yang mengikat mereka.
Sesuai yang sudah alvin rencanakan, setelah mengenalkan orang-orang spesial di hidupnya kepada orang tuanya, mereka melanjutkan perjalanan ke panti asuhan.
“Kak alvin udah lama banget enggak kesini..”
“Eh ada kak nova, aku kangen sama kakak..”
“Kak alvin bawa banyak temen..”
“Ayo kak kita main..” celetukan langsung terdengar disana-sini, saat alvin dan teman-temannya datang. Apalagi mereka datang membawa banyak sekali makanan juga buku-buku.
“Kak lintar bilang kemarin kakak sakit, makanya enggak sempet kesini, emang kakak sakit apa ?” tanya seorang anak, yang membuat suasana meriah itu menjadi hening.
“Kemarin kakak cuma kecapekan doang kok, makanya kakak belum sempet kesini, maaf ya..” alvin memangku anak tersebut.
“Tapi muka kakak pucet tuh, kaya bas atau osa kalo penyakitnya lagi kumat” masih kata anak itu lagi sambil menujuk mukanya alvin.
“Haha..kamu tuh ya, mau tahu aja deh urusan orang gede. Makasih ya udah perhatian sama kakak, tapi kakak baik-baik aja kok..” semua yang ada disitu berusaha ikut tertawa juga sama seperti tawa alvin barusan.
“Udah –udah, sekarang kita seneng-seneng aja, oke..” ajak alvin yang menyadari tatapan-tatapan dari teman-temannya yang ada di ruangan itu.
“Mau ngapain kak ?” tanya anak yang lainnya.
“Kita nyanyi aja yuk..” tawar alvin yang langsung disetujui sama anak-anak tersebut.
Ku hirup udara
Dan rasakan hangatnya mentari
Oh..indahnya hari ini
Ku jalani hidup yang pasti
Alvin menggendong ourel di punggungnya dan anak-anak lain berbaris di belakangnya, mereka semua bernyanyi bersama.
Janganlah menangis
Lepaskan semua beban dihatimu
Ayo ikutlah denganku
Kita bernyanyi nanananana
Teman-temannya yang melihat itu, langsung ikutan juga, mereka bernyanyi bersama, menari bersama, saling bergandengan tangan.
Hidup ini
Hidup yang penuh bahagia
Tetap semangat dan jangan putus asa
Hidup ini hidup yang sangat berarti
Terus berjuang tuk menggapai impian
Alvin, iel, cakka, rio dan ify duduk-duduk di halaman panti. Sudah lama rasanya, mereka tidak lagi kumpul berlima seperti ini.
“Gue pengen terus kaya gini” seperti biasa ify membuka percakapan diantara mereka.
“Selamanya..” timpal rio.
“Apapun yang terjadi..” sambung iel.
“Gue putus sama agni” kata cakka tiba-tiba, agak enggak nyambung sebenenrnya, tapi ia enggak bisa lagi memendam ini sendirian. Dan semua temannya memandangnya kaget sekarang, mereka masih terus nempel berdua dari tadi.
“Bercanda ya lo ? itu tadi masih berduaan gitu..” sahut rio.
“Serius yo, agni mutusin gue tadi sebelum berangkat ke makam. Kisah gue sama dia udah selesai disini” semua temennya sadar cakka serius, ada sorot kesedihan di matanya.
“Kenapa ? kayanya kalian berdua baik-baik aja selama ini” ujar alvin.
“Dia mau pindah ke jogja, bokapnya mutusin buat mulai lembaran baru kehidupan mereka disana. Dan agni enggak mau long distance, dia pengen gue sama dia ngerubah hubungan ini cukup jadi antara kakak sama adek, enggak lebih..”
“Kenapa agni enggak mau long distance ? maksud gue kalian cocok, dan...” ify bingung sendiri nyari kata-kata yang tepat.
“Dia bilang, dia mau fokus buat kehidupan barunya, dan dia juga pengen gue bisa konsen sama kehidupan gue disini, dia enggak mau perasaan ini, bikin kita berdua sama-sama tersiksa..”
“Gue enggak bisa bilang apa-apa cak, tapi jodoh kan di tangan Tuhan, kalo agni emang jodoh lo, suatu saat nanti, Tuhan bakal nemuin lo berdua di waktu yang tepat” ucap alvin.
“Agni juga bilang gitu sama gue, dan ya, gue rasa dia benar, gue enggak boleh egois..”
“Bangga gue cak sama lo, lo udah banyak berubah, lo sekarang lebih mikir pake otak...” puji iel tulus.
“Gue gitu ! lo aja yang telat nyadarinnya, haha...” balas cakka sambil ketawa-tawa sendiri, yang bikin dia sukses di geplak sama rio.
“Sakit gila !” sahut cakka sambil ngelus-ngelus kepalanya.
“Tangan gue gatel cak kalo denger kata-kata lo barusan” jawab rio enteng.
“Thanks ya yo udah ngewakilin gue..haha..” timpal iel.
“Seneng ya lo berdua lihat gue menderita, terusin aja sono” ujar cakka sewot, ify sama alvin Cuma bisa ketawa doang lihat kelakuan tiga orang ini.
“Gue mau bilang makasih sama kalian” ucap alvin tiba-tiba, semuanya terdiam dan langsung menatap alvin.
“Buat apa vin ?” tanya ify bingung.
“Buat masih terus ada sama gue, bahkan setelah gue enggak jujur sama kalian. Kalo Tuhan nanya ke gue apa yang gue mau, gue cuma pengen tetep ada disini, sama kalian, sama keluarga gue, dan sama nova mungkin..” alvin tersenyum sekilas, tapi teman-temannya masih tetap terdiam, entah mengapa obrolan ringan ini terasa berat.
“Tapi siapa yang tahu takdir Tuhan sih ? dan gue cuma pengen jalanin hidup gue sesuai takdir gue, ngabisin sisa waktu gue sama kalian. Gue minta maaf kalo gue punya salah sama kalian, kalo gue belum berhasil jadi sahabat yang baik buat kalian. Gue harap gue bisa, bisa nepatin janji buat nonton konser lo berdua, buat selalu ada untuk bantuin lo yel, buat jadi suporter yang paling semangat untuk lo cak, tapi kalopun gue enggak bisa nepatin janji, gue bakal tetep ngelakuin itu dimanapun gue berada..” lanjut alvin lagi.
“Apaan sih vin, kata-kata lo enggak penting. Lo tetep bakal jadi orang yang duduk di tempat paling depan saat gue atau ify konser nanti, lo udah terlanjur janji sama gue, dan lo enggak boleh ngingkarin itu” ujar rio sambil menatap alvin tajam, ify yang duduk di samping rio, menggenggam tangan pacarnya itu.
“Rio bener vin, lo masih akan ada disini sama kita. Lagian lo enggak asik ah, ngomong sepanjang itu, biasanya juga pendek-pendek..hehe..” ify berusaha mencairkan suasana.
“Banyak ngomong sebelum gue enggak bisa ngomong lagi, bagus kan ?” alvin tertawa sendiri, tapi tidak bagi yang lainnya, kata-kata itu terasa menusuk bagi mereka, ada perasaan pedih yang terasa di ulu hati mereka masing-masing.
“Forget it ! lo kapan mau ngeresmiin hubungan sama nova ?” lagi-lagi ify berusaha mengganti topik.
“Iya, kapan ? kasian tuh anak keburu lumutan nungguin pangerannya..” goda iel.
“Tunggu cerita aja dari gue” kata alvin sambil tersenyum jahil.
“Enggak seru ah lo..” timpal cakka.
“Haha, iya-iya, entar pulang dari sini..”
“Nah gitu dong, good luck ya bro..” ujar rio memberi semangat, diikuti oleh teman-temannya yang lain juga. Seperti yang telah alvin bilang pada teman-temannya, sepulang dari panti, alvin tidak mengajak nova pulang ke rumah, melainkan mengajak nova ke sebuah tempat.
Mobil alvin terparkir di tengah-tengah padang ilalang, tempat yang cukup sepi, tapi tidak mengurangi keindahannya. Mereka berdua, bersender di kap depan mobil alvin, menikmati panorama langit sore yang indah, dan ilalang yang tertiup angin kesana kemari.
“Kok diem nov ?”
“Ketularan diemnya kakak kali..hehe..”
“Gimana keadaan orang tua lo ?”
“Better kak. Mereka lagi berantem waktu itu, saat mereka ngelihat gue pulang dari jenguk kakak dan gue nangis, gue kaget banget, waktu mereka berdua berhenti adu mulut, dan menatap gue, lalu sedetik kemudian, mereka ngampirin gue, dan meluk gue, rasanya gue aman banget, dan semenjak saat itu, mereka enggak pernah lagi berantem..”
“Kaya yang selalu gue bilang kan, jalan hidup itu selalu punya...”
“Arti dan arti itu baru bisa kita temuin kalo kita menyusuri jalan tersebut” sambung nova, lalu mereka tertawa berdua.
“Kok lo inget sih nov ?” tanya alvin heran.
“Iya dong, koreksi ya kak, itu bukan kata-kata yang selalu kakak bilang, tapi kata-kata yang selalu kakak tulis di memo buat gue, saat gue lagi nangis sendirian” alvin hanya melihat ke arah nova, lalu ia mengacak-ngacak lembut rambut nova.
“Tempat yang bagus kak, tenang banget. Kenapa kakak ajak gue kesini ?”
“Masih inget pertama kali kita ketemu nov ?”
“Inget dong, waktu itu hari pertama mos di smp, gue nekat naik sepeda ke sekolah, karena saat itu gue baru bisa naik sepeda, eh yang ada gue malah nyungsep dan hampir ketabrak sama motor kakak. Waktu itu kakak ngegendong gue, dan ngajak gue ke rumah kakak, kakak juga ngobatin luka-luka gue, dan kakak ngarang alasan biar gue enggak perlu dapat hukuman, karena kesiangan ikut mos” nova tersenyum sendiri mengingat saat-saat tersebut.
“Lo tahu kenapa gue ngelakuin itu ?”
“Enggak, gue enggak pernah tahu walaupun diem-diem gue selalu pengen tahu, karena kakak selalu jadi diem dan cenderung cuek saat kita ketemu di sekolah”
“Gue ngelakuin itu, karena ada saat dimana gue lihat mata bening lo, lo yang tetep senyum saat lutut lo luka, langsung bikin gue tahu, kalo mulai saat itu, gue sayang sama lo..” alvin menatap nova lekat-lekat, tapi nova malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Sori nov, gue tutup bentar ya...” alvin tiba-tiba menutup mata nova dengan kedua tangannya. Nova hanya bisa bertanya-tanya sendiri dalam hati.
“Lima..empat..tiga...” alvin menghitung detik-detik yang terlewati.
“Dua..satu..” seketika alvin melepaskan tangannya. Saat itu juga, dari tempatnya berdiri sekarang, nova bisa melihat lampu-lampu pinggir jalan menyala secara bersamaan, disusul lampu-lampu yang ada di perumahan sekitar situ, menggantikan keelokan matahari. Pemandangan sederhana yang indah.
“Ini..”
“Gue sayang sama lo nov” bisik alvin sambil tersenyum.
“Gue juga sayang sama lo kak” ujar nova. Alvin memeluk nova, memeluk sekuat hatinya, melepaskan seluruh perasaan yang selama ini hanya tersimpan dalam.
“Arghh..” alvin mengerang pelan, rasa sakit sialan itu, mulai merasuk tubuhnya lagi. Tapi ini sungguh bukan saat yang tepat. Nova melepaskan pelukannya, dan alvin langsung merosot, berusaha menahan rasa sakitnya.
“Kak ! kak alvin..” nova panik, tidak ada orang lain selain mereka disini. Alvin berusaha berdiri, tapi ia tidak bisa bohong, bahwa rasa sakitnya kali ini, berkali-kali lipat lebih sakit dari biasanya, rasanya tubuh alvin di tinggalkan oleh tulang-tulang dan sendinya.
“Kak, gue cari bantuan dulu ya..” nova baru mau pergi ke dalam mobil untuk mengambil handphonenya, ketika darah mulai keluar dari hidung, bahkan juga mulut alvin. Nova melepas cardigannya, dengan air mata yang mengalir perlahan, ia berusaha menahan laju darah yang semakin banyak tersebut, sementara kesadaran alvin semakin menipis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar