Sabtu, 09 April 2011

Best Friends nd Love with Line part 23

Tangan itu memberi kode supaya nova mendekat ke arahnya. Di wajahnya terpulas senyum, yang sangat tipis tapi begitu menentramkan hati. Nova terus mendekat, dan akhirnya duduk di samping alvin.
"Jangan nangis.." ucap alvin pelan, tangannya mengusap sisa-sisa air yang ada.
"Gue..kak alvin..gue takut kehilangan lo" kata nova terbata-bata. Alvin hanya tersenyum, ia tahu pasti sudah banyak yang terjadi saat dia koma kemarin.
"Kenapa kakak enggak pernah ngaku ke gue ? kenapa kakak enggak pernah bilang sama gue ? kenapa kakak cuma diem aja dan merhatiin gue dari jauh ?"
"Karena gue tahu, gue enggak bisa ada buat lo selamanya" ujar alvin pelan, tapi terasa dalam di hati nova.
"Gimana kalo gue enggak peduli ? gue cuma mau sama kak alvin sekarang dan seterusnya..entah sampai kapanpun itu" nova berusaha tersenyum, berusaha memberikan senyum terbaiknya untuk orang yang juga sedang tersenyum di depannya.

"Alvin..." nova memberikan ruang kepada orang tuanya alvin yang baru masuk, setelah berbincang dulu dengan dokter.
"Kapan nyampe mah ?"
"Pas kamu masuk rumah sakit"
"Vin, papa sama mama minta maaf, mereka semua udah tahu semuanya, ray sama aren juga udah tahu kalo kamu bukan kakak kandungya" alvin hanya memandang ke arah papanya, dia tahu semua cepat atau lambat semua akan ke bongkar. Nova bingung sendiri, dia enggak tahu apa-apa, masalah alvin bukan kakaknya ray dan aren. Enggak ada yang cerita bagian itu kemarin ke dia. Tapi nova enggak mau ambil pusing, dia mau keluar dulu, ngehirup udara segar, dua hari ini, dia udah nangis terus.
"Lho nov, mau kemana ?" tanya ify yang baru mau masuk sama rio, cakka dan iel.
"Cari angin kak. Masuk aja, kak alvin udah sadar"
"Udah sadar ?" tanya ify lagi. Nova hanya mengangguk dan tersenyum, lalu empat orang sahabat itu langsung masuk ke kamarnya alvin. Mereka berdiri, melihat alvin yang sedang berbicara dengan orang tuanya. Mama papanya alvin, yang menyadari kehadiran mereka, tersenyum ke arah mereka.
"Tante titip alvin dulu ya, kita mau pulang, mau mandi dulu" ucap mamanya alvin, sambil keluar bersama papanya alvin. Mereka cuma tersennyum, tapi matanya terus melihat ke arah alvin yang juga membalas senyum mereka.
"Enggak kangen sama gue ? kok berdiri di situ doang ?"
"Lo gila vin" ucap rio pelan.
"Bukannya gilaan lo ketimbang gue ?" balas alvin. Mereka mendekat ke arah alvin, lalu duduk di sekitar tempat tidurnya alvin.
"Lo punya utang jelasin ke kita semuanya vin" ujar iel.
"Jelasin apa lagi ? udah tahu kan gue leukimia stadium akhir ? udah tahu kan gue bukan anak kandung orang tua gue ?"
"Jelasin kenapa lo ngerahasiain ini dari kita ? lo anggep kita apaan sih ?" tanya cakka.
"Hmm..kalo kalian jadi gue, bisa enggak kalian nemuin kata yang tepat buat bilang, eh gue sakit lho, leukimia stadium akhir. Enggak banget kan, ini bukan sesuatu yang bisa buat di banggain"
"Tapi kita sahabat lo vin, lo sendiri selalu maksa kita buat berbagi sama lo, percaya sama lo. Tapi kenapa lo milih nanggung masalah lo semuanya sendiri ?" ify memandang sahabatnya itu, dia benar-benar enggak ngerti sama jalan pikiran alvin.
"Udahlah, yang penting kan sekarang gue udah baik-baik aja. Oke gue salah ngerahasiain ini dari kalian. Setelah ini gue janji enggak akan ada rahasia lagi.." alvin berusaha meyakinkan teman-temannya.
"Gue pegang janji lo bro.." jawab iel diikuti anggukan setuju oleh yang lainnya.
***
Nova bingung mau kemana, pengennya sih balik lagi ke kamarnya alvin, tapi dia tahu pasti sekarang alvin lagi butuh waktu buat ngobrol sama sahabat-sahabatnya.
"Ngapain lo nov bengong disini ?" tanya ray heran menemukan nova duduk sendiri di taman rumah sakit.
"Lagi pengen cari angin aja, temenin gue bentar deh.." pinta nova. Ray hanya tersenyum, tapi ia tetap duduk di samping nova. Belum pernah ia melihat sahabatnya itu selemah ini.
"Makasih ya ray lo udah ngasih tahu gue, kalo lo enggak bilang, pasti gue enggak pernah tahu kalo orang yang selama ini selalu ada di deket gue itu kak alvin" ujar nova tulus.
"Lo emang harus tahu kok nov. Kata acha lo nangis terus ya dari kemarin ? lo suka juga sama kak alvin ?"
"Gue sama kak alvin, ngerasa kaya punya ikatan batin tersendiri ray, empat tahun dia selalu datang di hidup gue kapanpun gue butuh, munafik banget kalo gue enggak sayang sama dia" ray tersenyum denger jawaban nova, dia lega, karena perasaan kakaknya enggak akan sia-sia.
"Kak alvin pasti seneng kalo denger lo bilang kaya gini..."
"Ray gue mau nanya, sori banget sebelumnya, tapi emang kak alvin bukan kakak kandung lo ?" ray menghela napasnya, dia agak enggak suka membahas ini, dia sendiri berharap enggak pernah tahu cerita ini. Buat dia alvin tetap kakaknya.
"Gue juga baru tahu nov. Kata mama, kak alvin itu anak temennya mama sama papa, waktu kak alvin umur enam bulan mamanya meninggal karena kanker yang sekarang juga diderita sama kak alvin, terus waktu umur setahun papanya meninggal juga karena kecelakaan, dan cuma kak alvin yang selamat...." ray jeda sebentar, nova merasa miris mendengar kisah alvin yang memilukan.
"Mama sama papa waktu itu baru aja nikah, mama juga lagi hamil gue, tapi mereka mutusin buat ngadopsi kak alvin karena emang kak alvin enggak punya siapa-siapa lagi. Tapi gue engga peduli nov, buat gue sama aren di tetep kakak yang paling hebat"
"Jadi kak alvin nurunin sel kanker dari mamanya ?" pertanyaannya yang sesungguhnya tidak perlu ditanyakan oleh nova, tapi ray tetap mengangguk untuk pertanyaan itu.
"Kak alvin udah sadar ray.." nova sampai lupa ngasih tahu kabar penting ini.
"Serius lo ?"
"Iya, udah sana cepet ke atas" usul nova, tanpa basa-basi lagi ray langsung berlari meninggalkan nova sendirian. Nova hanya tersenyum melihat tingkah ray. Hatinya benar-benar miris mendengar cerita ray tentang alvin, bagaimana bisa orang sebaik dia menyimpan sejuta kenangan pahit seperti itu sendirian. Rasanya nova benar-benar ingin selalu ada di dekat alvin sekarang, dia enggak mau alvin menyimpan semuanya sendiri lagi.
Masa-masa menegangkan itu sudah lewat. Setelah kurang lebih seminggu di rawat di rumah sakit, akhirnya alvin diijinkan pulang. Semua orang juga mulai kembali ke aktifitas mereka masing-masing.
Iel menunggu di ruang tamu via dengan yakin, dia udah nyiapin semuanya, terutama mental. Enggak sampai dua menit, via dateng dan bingung sendiri lihat iel, minggu pagi gini udah duduk rapi di rumahnya. Sementara dia sendiri masih berantakan banget.
"Mau ngapain yel ?"
"Mau ngajakin jalan, lo free kan hari ini ?"

"Iya sih, mau kemana ? kok lo rapi banget ?"
"Udah sana lo cepetan ganti baju, yang cantik ya"
"Iya deh bentar.." via bingung tapi nurut aja. Enggak mungkin juga iel ngajak di ke tempat yang aneh-aneh. Lagian dia seneng lihat iel udah bisa semangat lagi, udah bisa senyum-senyum lagi.
"Vi, sori ya, tapi lo harus gue pakein ini" iel menutup mata via dengan sebuah syal yang kayanya udah disiapin sama iel.
"Buat apa yel ? emang lo mau ngajak gue kemana ?" tanya via bingung.
"Ini surprise buat lo via.." bisik iel lembut sambil mengikat syal tersebut. Via cuma bisa pasrah, meski hatinya bergetar-getar. Dengan perlahan, iel membimbingnya masuk ke mobil, sepanjang perjalanan pun mereka berdua lebih banyak terdiam. Via merasa hawa panas menerpa wajahnya, ketika iel menggandengnya turun di sebuah tempat. Terdengar keributan disana-sini, via merasa familiar sekali dengan tempat ini, tapi pandangannya yang tertutup membuat via jadi harus menerka-nerka dengan instingnya.
"Hai vi.." sebuah suara yang sangat di kenalnya menggandeng tangannya yang satu lagi.
"I..ify.. " tebak via.
"Iya ini gue"
"Gue dimana nih fy ?"
"Entar juga lo tahu.."
"Via, lo sama ify dulu ya. Fy, lo tahu kan kapan lo bisa ngelepas penutup matanya via ?" intruksi iel bikin via tambah bingung.
"Beres bos, udah sana cepetan, siapin mental lo" kata ify. kemudian ify memutar badan via, menghadapkannya pada sesuatu. Perlahan namun pasti, ify mulai membuka tutup mata via. Mata via mengerjap-ngerjap ketika sinar matahari menyapanya, butuh beberapa menit buat via mengatur matanya kembali normal gara-gara di tutup hampir satu jam. Dan via speechless ketika ia sadar dimana ia berdiri dan apa yang sedang dilihatnya.
"BUAT SIVIA AZIZAH GUE GABRIEL STEVENT DAMANIK RELA BUAT NAIK TORNADO INI SEKALI LAGI ASAL LO MAU JADI CEWEK GUE !!" iel udah duduk di tornado itu, dan ngomong pake pengeras suara. Semua yang ada disitu langsung heboh dan ramai sendiri. Ify menyodorkan sebuah pengeras suara juga buat via.
"Hah..eh..ehm..ini buat apa ?" tanya via kaget.
"Jawablah, kalo lo terima dia naik itu tornado, kalo lo tolak dia enggak jadi naik" ujar ify menjelaskan.
"Tapi dia kan phobia ketinggian ?"
"Justru disitu letak perjuangannya buat lo vi" via menerima pengeras suara itu.
"GUE SIVIA AZIZAH MAU JADI CEWEK LO GABRIEL STEVENT DAMANIK !!" ucap via yakin tanpa ragu-ragu. Iel tertawa senang. Dan kemudian tornado itu pun mulai bergerak. Iel berusaha teriak sekenceng-kencengnya, untuk mengurangi rasa paranoidnya akan ketinggian, yang dia bayangkan hanyalah via yang sekarang udah resmi menjadi miliknya.
"Lo enggak apa-apa kan yel ?" via langsung berlari menghampiri iel.
"Enggak kok vi, thaks ya.." iel mengecup singkat dahi via, yang bikin via langsung blushing.
"Selamat ya, kalian cocok, ya ampun keren banget tadi cowoknya.." seorang ibu-ibu yang tadi juga naik tornado nyalamin mereka, dan disusul oleh yang lain. Via sama iel sampe salting sendiri, mereka jadi kaya artis yang lagi ngadain jumpa fans, nyalamin sana nyalamin sini.
"Cie..pasangan baru made in dufan nih" goda rio yang entah darimana datangnya.
"Uhuy, badut dufan aja kalah pamor sama lo berdua" timpal cakka.
"Kenapa lo ? iri.." balas iel yang udah berhasil narik via keluar dari kerumunan orang yang rebutan ngasih mereka selamat.
"Lo berdua kok ada disini ?" tanya via bingung.
"Enggak berdua kali vi, semua ada disini" ujar alvin yang ternyata juga udah ada disitu. Ada agni juga di sampingnya cakka.
"Terus tadi kenapa cuma ify doang yang ada ?"
"Mereka emang sengaja ngumpet vi, emang rencananya gitu" jelas iel.
"Rencananya siapa nih ?" tanya via lagi.
"Iel.." jawab semuanya kompak. Iel hanya tersenyum, tapi via mempererat genggaman tangannya.
"Makasih ya, gue suka banget sama ini semua, sama cara lo, keren" puji via tulus hanya untuk iel seorang.
Alvin melirik jam ditangannya, dia udah janjian sama Lintar buat ketemuan. Semalem lintar nelpon dia.
"Guys, gue cabut duluan ya, ada janji.."
"Lo enggak apa-apa kan vin ? enggak pusing ? enggak mual ? enggak capek ?" ify ngeborong pertanyaan.
"Enggak fy, yang habis naik tornado kan iel bukan gue. Gue ada janji, gue duluan ya.."
"Ya udah, thanks ya bro.." ujar iel.
"Sip, congrats ya lo berdua" kata alvin sambil meninggalkan teman-temannya. Dia langsung memacu mobilnya ke sebuah kafe seperti yang disebutkan lintar semalam.
"Sori lin, lama ya.."
"Enggak kok vin, gue juga baru dateng. Gimana kabar lo ?"
"Baik-baik aja, kaya yang lo lihat. Oh iya, ada apa ?"
"Gue mau ngomong tentang nova.." alvin hanya tersenyum mendengar kata-kata lintar.
"Jangan salah paham vin, gue udah tahu perasaan lo sama nova, dan tahu perasaan nova buat lo" lanjut lintar lagi.
"Nova terlalu sempurna buat gue lin.."
"Sempurna ? lo tahu, kemarin nova nangis-nangis karena nyesel, baru tahu rasa sayang lo ke dia, saat lo lagi dalam keadaan kaya gini. Dia sayang sama lo, dan lo sayang sama dia, kalian berdua sama-sama berhak buat bahagia"
"Gue enggak bisa jagain dia lin, yang ada nanti gue malah ngerepotin dia"
"Ayolah vin, jangan sedangkal itu. Gue tahu maksud lo selama ini, deketin gue sama nova. Maaf vin, kalo lo mau nyuruh gue ngejagain nova, bukan kaya gitu caranya" alvin kembali terdiam.
"Gue emang sayang sama nova. Tapi gue bukan model orang yang mau bahagia di atas orang penderitaan orang lain, gue enggak akan deketin nova lagi, jadi tolong jagain dia"
"Enggak lin, nova butuh lo, jangan jauhin dia..." kata alvin pelan.
"Lo sadar dong vin, yang nova butuhin itu kejujuran lo. Dia cuma mau sama lo. Jangan kecewain gue, oke.."
"Lintar, apa yang harus gue lakuin kalo suatu saat nanti waktu gue abis ? apa gue bisa tenang biarin nova sendirian ?"
"Kalo gitu, sebelum waktu lo abis, tolong jangan biarin nova sendirian. Jagain dia sepenuh hati lo. Jangan pernah bilang lo ngelakuin ini buat ngebahagiain dia, karena selangkah aja lo ninggalin dia, hatinya bakal sakit banget. Dan gue enggak akan maafin lo, kalo itu sampe terjadi"
"Makasih lin, maaf kalo gue..."
"Enggak ada yang perlu di maafin, gue yang harusnya enggak boleh masuk dia antara kalian.."
"Gue bakal jagain dia semampu yang gue bisa" janji alvin yakin, lintar hanya tersenyum, hatinya perih, tapi ia tahu, ini adalah satu-satunya jalan yang paling baik untuk semuanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar