Alvin dan nova lagi ngelihatin anak-anak kecil yang lagi main di timezone. Mereka cuma diem-dieman aja enggak tahu mau ngomong apa. Tapi alvin cukup puas melihat nova bisa tertawa melihat tingkah anak-anak yang lucu, alvin tahu bahwa nova sangat menyukai anak kecil.
"Kak alvin enggak suka ya jadi jalan sama gue berdua gini ?" tanya nova yang baru sadar kalo mahluk ganteng di sampingnya ini cuma diem tanpa ekspresi.
"Enggaklah nov, kok lo bisa bilang gitu sih ? nasib kita kali punya temen udah pada punya pasangan masing-masing gitu" jawab alvin jujur dari hati paling dalem.
"Emang temen-temen kakak udah pada jadian ?"
"Belum, tapi udah pada berduaan kan"
"Kakak sendiri ?" alvin memandangi nova lekat-lekat.
"Hmm..."
"Haha, enggak usah mikir gitu juga kali kak, banyak kok yang mau sama kakak"
"Tapi gue cuma mau sama satu orang nov"
"Siapa kak ? gue ya..." celetuk nova narsis.
"Hai vin !" tiba-tiba ada yang nepuk pundaknya alvin dari belakang.
"Eh lo lin, ngapain disini ?"
"Abis dari toko buku gue, hai nov.." sapa lintar ke nova.
"Hai kak, gimana kabar anak-anak ?"
"Baik kok, pada nanyain lo tuh, pada kangen katanya"
"Iya ? wah gue juga kangen sama mereka, padahal kak alvin udah janji mau ngajak gue kesana lagi tuh" kata nova yang ngelirik ke arah alvin.
"Kapan-kapan ya nov.."
"Lo berdua sendiri ngapain disini ?" lintar bingung ngelihatin dua orang ini lagi melongin anak-anak kecil.
"Iseng aja..hehe.." nova melihat alvin yang tumben cengengesan kaya gitu.
"Main aja yuk kak" ajak nova.
"Males ah gue, lo sama lintar aja gih, gue tunggu disini" usul alvin, lintar sih seneng-seneng aja.
"Emang kak lintar mau ?"
"Mau kok, ayo.." nova pasrah tangannya di tarik lintar. Tapi matanya terus melihat ke arah alvin, ada sedikit harapan liar dalam hatinya, harapan mengapa bukan alvin saja yang bermain bersamanya.
Alvin memandang nova dan lintar yang kayanya langsung akrab banget main berdua. Walaupun hatinya panas, tapi senyum tetap menghiasi wajahnya. Dia tahu maksud teman-temannya ninggalin dia selepas acara makan-makan tadi adalah supaya dia bisa menghabiskan waktunya bersama nova berdua. Tapi, alvin juga tahu, apa yang sedang ia lakukan sekarang.
***
Cakka ngajakkin agni masuk ke sebuah kafe yang terkesan romantis. Dan benar aja, semua pengunjung kafe tersebut adalah orang-orang yang sepertinya sedang kasmaran.
"Kak, gue masih kenyang" bisik agni ke cakka, yang sebenernya agak risih sama suasana kafenya.
"Minum aja kalo gitu, gue pengen ngobrol sama lo" cakka menarikkan sebuah kursi untuk agni, dan agni cuma bisa tersipu malu.
"Mau ngobrol apa kak ?" tanya agni setelah mereka sama-sama memesan pesanan mereka masing-masing.
"Semua tentang lo dan gue" agni menatap bingung mendengar jawaban cakka.
"Maksudnya kak ?"
"Iya gue pengen lebih tahu banyak tentang lo dan pengen ngasih tahu lebih banyak tentang gue"
"Ribet kak, yang simpel aja deh ngomongnya" kata agni enteng.
"Gue sayang sama lo" jawab cakka mantep.
"Hah..apaan ?" tanya agni.
"Hmm..bentar ya.." cakka berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah standing mike yang ada di kafe itu.
"Tes..tes..tes.." cakka ngetes mike tersebut, agni cuma bengong doang enggak tahu apa yang mau cakka lakuin.
"Memiliki mencintai dirimu kasihku, takkan pernah membuat diriku menyesal, sungguh matiku, hidupku kan selalu memikirkan kamu...lagu tadi saya persembahkan buat perempuan termanis yang pernah saya temui, agni gue harap lo mau jadi milik gue !" semua mata mengikuti arah mata cakka yang melihat agni yang lagi speechless.
"Terima..terima..terima..." kafe tersebut langsung ramai sama teriakan-teriakan semangat dari pengunjung kafe yang lain.
"Gimana ag, gue mau denger jawaban lo sekarang" cakka lagi berlutut di depan agni.
"Iya kak gue mau jadi milik lo" cakka langsung berdiri dan reflek memeluk agni.
"Kak gue malu dilihatin orang" kata agni pelan.
"Haha, biarin biar semua orang tahu kalo lo milik gue sekarang" ujar cakka bangga sambil ngacak-ngacak rambut agni.
Sementara di tempat lain ada deva yang lagi nemenin aren nyari sepatu. Udah berpuluh-puluh toko mungkin yang mereka masukin, tapi belum ada juga yang sreg di hatinya aren meskipun banyak yang pas di kakinya menurut deva.
"Maaf ya kak, kak deva pasti capek nemenin aren dari tadi" kata aren sambil mencoba sebuah flat shoes berwarna pink dengan hiasan pita.
"Haha, santai aja kali ren. Emang lo mau cari sepatu kaya apa sih ?"
"Aren juga bingung, dari tadi banyak sih yang lucu yang bagus tapi kayanya enggak pas di hatinya aren" deva cuma tersenyum menanggapi jawaban aren. Karena aren kembali sibuk memilih sepatu lain setelah itu. Hubungan mereka berdua masih gantung, aren belum juga memberikan jawaban tentang perasaannya, meskipun mereka menjadi lebih dekat sebelumnya.
Deva menyusuri setiap sepatu yang ada di toko tersebut, karena memang hanya sepatu yang bisa ia lihat disitu. Lalu matanya terpikat pada sebuah sepatu berwarna putih, sederhana, simple tapi terkesan elegan. Deva pun mengambil sepatu itu dan menghampiri aren yang lagi nyoba sepatu. Tanpa pikir panjang, deva berlutut di depan aren dan memakaikan sepatu tersebut.
"Bagus kak, aren suka, cocok lagi" komen aren yang masih agak-agak kaget dengan aksi deva barusan.
"Gue juga suka lihatnya, lo cocok pake ini" aren tersenyum, ia langsung ngasih kode ke mbak-mbak pelayannya buat bawa sepatu itu ke kasir.
"Makasih ya kak.." ucap aren tulus.
"Sama-sama ren.." balas deva enggak kalah tulusnya.
***
Alvin membaca pesan yang masuk di hpnya sekilas, kemudian dia berjalan menghampiri nova dan lintar yang masih asik main berdua.
"Eh gue mesti cabut nih, lin entar lo anterin nova balik bisa kan ?"
"Bisalah, gampang itu sih"
"Emang kak alvin mau kemana ?"
"Ada janji gue nov, ya udah gue duluan ya, jagain nova ya lin.."
"Sip" kata lintar sambil ngacungin jempolnya. Alvin hanya tersenyum kemudian pergi menjauh.
'perasaan gue doang atau emang kak alvin sengaja deketin gue sama kak lintar sih' batin nova dalam hati sambil memandangi punggung alvin yang terus menjauh.
***
Ify sama via lagi kompak ngelihatin rio sama iel main bowling. Dengan alasan enggak kuat ngangkat bola bowling yang beratnya minta ampun, ify sama via cuma jadi penonton setia doang.
"Semalem rio ke rumah gue vi"
"Terus ?"
"Dia bilang kalo dia udah sayang sama gue dari dulu"
"Kelihatan kali fy, lo aja yang enggak sadar-sadar. Terus sekarang lo udah resmi sama dia ?"
"Belum, gue minta ke dia buat nyatain perasaannya pake cara yang romantis"
"Ada-ada aja lo"
"Hehe, lo sendiri gimana sama iel ?"
"Enggak gimana-gimana, baik-baik aja"
"Payah banget iel, belum di tembak juga lo"
"Gue juga belum mau mati kali fy" ujar via cengengesan.
"Ngapain lo ketawa-tawa berdua ? ngomongin gue ya" tebak rio pd.
"Enggak, ngomongin iel tuh kok belum nembak-nembak via juga" kata ify enteng yang bikin dia di pelototin sama iel dan di injek kakinya sama via.
"Haha, tahu yel, lama amat gerak lo" timpal rio.
"Gue sama via entar aja, nunggu kalian dulu aja" jawab iel telak, via senyum-senyum, ify sama rio cuma bisa diem.
"Eh kabarnya si alvin sama nova kita tinggalin gimana ya ?" tanya ify mengalihkan pembicaraan.
"Emang sebenernya alvin sama nova ada hubungan apa sih ?" tanya via yang emang enggak tahu apa-apa.
"Lo diem-diem aja ya vi, alvin udah suka sama nova dari kelas dua smp" jawab iel.
"Setia amat" balas via singkat.
"Emang" ujar ify, rio dan iel bersamaan.
"Terus kenapa alvin enggak berani ngungkapin perasaanyaa, kalo emang udah dari dulu ?"
"Enggak ada yang tahu vi, alvin orang paling pinter nyembunyiin masalah" ucap rio yang disetujui sama ify dan iel.
"Enak ya jadi nova, punya orang yang setia sayang sama dia sampai segitunya" kata via.
"Iya, beruntung jadi nova" timpal ify.
"Kan ada gue !" jawab rio dan iel spontan. Rio buat ify dan iel buat via. Muka mereka berempat sama-sama blushing, lalu mereka tertawa bersama.
***
Dengan sedikit tergesa-gesa alvin memarkirkan mobilnya dan langsung berjalan cepat memasuki sebuag ruangan. Tapi yang terjadi berikutnya, alvin dan orang di hadapannya hanya berdiam diri selama bermenit-menit.
"Cuma sampai akhir bulan ini" kata alvin dengan nada memohon.
"Tolong jangan paksa saya"
"Saya janji, cuma sampai akhir bulan ini, setelah itu semuanya..."
"Kamu tahu apa yang kamu tahu dan kamu juga tahu apa yang paling baik buat kamu"
"Saya tanggung semuanya" kata alvin lirih.
"Kamu punya hak dan saya punya kewajiban, alvin" alvin menunduk, dia tahu orang di depannya ini tegas.
"Sekali ini saja, cuma ini, satu-satunya, anda tahu itu"
"Alvin, kita sudah membahas ini berkali-kali, dan kamu tentu sudah hapal bukan jawaban saya"
"Cuma ini, saya janji.." alvin berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Dia tersenyum tipis, bukan senyum bahagia, hanya sebuah senyum untuk menutupi kegundahan hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar