Dalam kelasnya yang masih sepi, nova hanya duduk sendiri sambil mendengarkan lagu yang mengalun dari ipodnya. Dia berjalan ke arah jendela, dan dari kejauhan dapat melihat mobilnya alvin yang baru saja memasuki halaman sekolahnya.
"Kenapa sih akhir-akhir ini gue jadi suka kepikiran kak alvin ?"
"Ngapain lo nov ngomong sendiri ?" tanya acha yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.
"Siapa yang ngomong sendiri ? orang gue lagi nyanyi" jawab nova ngeles. Untung acha percaya, acha menghampiri bangkunya dan nova untuk menaruh tasnya.
"Pagi ini di jemput kak lintar lagi ?" nova cuma mengangguk mendengar pertanyaan acha. Ya, semenjak bermain bersama beberapa hari yang lalu, lintar menawarkan diri untuk nganter jemput nova selama dia bisa, dan nova enggak tega buat nolak itu.
"Kak lintar baik ya nov ?" tanya acha lagi, tapi kali ini enggak ada respon apapun dari nova.
"Nov.."
"Nova !" acha menepuk bahu nova.
"Hah, apaan cha ?"
"Yee, pagi-pagi ngelamun, ada apa sih ?"
"Pemuja rahasia gue, udah beberapa hari ini enggak ngasih apapun buat gue cha"
"Jangan bilang ke gue, kalo lo mulai mengharapkan orang enggak jelas itu" nova memandang acha, lalu dia duduk di samping acha.
"Gue munafik banget cha, kalo enggak ngarepin dia, dan siapapun dia, buat gue dia adalah orang yang selalu nemenin hari-hari gue dengan caranya"
"Nov, kalo dia emang serius sama lo, dia bakal nunjukkin dirinya, bukan main petak umpet kaya gini, udah empat tahun nov !"
"Kalo dia enggak serius sama gue, dia enggak akan bertahan selama ini cha !" teriak nova enggak mau kalah.
"Sekarang kan ada kak lintar nov, kalo gue sih realistis aja, walaupun kak lintar baru dateng di kehidupan lo, tapi wujudnya beneran ada kan buat lo, sementara orang enggak jelas itu, ya lo tahu sendiri lah, gue sahabat lo, gue cuma enggak pengen lihat lo enggak pasti kaya gini" kata acha panjang lebar sambil tersenyum. Nova juga tersenyum, dia tahu semua orang waras bakal ngomong kaya acha, tapi urusan hati emang enggak bisa pake logika.
***
Rio celingukan nyariin alvin, dia emang lagi butuh banget sama alvin, makanya pas bel istirahat bunyi langsung deh dia ngacir ke kelasnya alvin.
"Eh alvin mana ?" tanya rio ke temen sekelasnya alvin yang enggak dia kenal.
"Tuh disana" anak tersebut nunjuk ke arah pojokan kelas. Dari tempatnya emang enggak kelihatan ada siapa-siapa, tapi begitu rio berjalan ke arah pojokan kelas tersebut, dia bisa ngelihat si alvin lagi tidur di atas kursi yang dia jejer-jejerin, yang bikin dia bingung adalah, alvin yang lagi tidur pake jaket tebel, padahal ini udara panas banget walaupun kelas mereka pakai ac.
"Bro.." panggil rio sambil narik kursi dan duduk di deket alvin.
"Hmm.." jawab alvin sambil ngucek-ngucek matanya.
"Tumben lo tidur di sekolah ? biasanya juga on terus ?"
"Ngantuk, semalem ada bola" kata alvin sambil ngeregangin otot-ototnya dan duduk menghadap rio.
"Lo sakit ya ?"
"Enggak, emang kenapa ?"
"Terus kenapa pake jaket, gue aja kalo boleh pake kaos oblong doang ke sekolah, gue pake tuh, ini panas banget gila"
"Pengen aja, lo kenapa nyariin gue ?"
"Aneh. Ify nantangin gue buat nembak dia pake cara yang romantis, lo ada ide enggak ?"
"Kalo soal beginian harusnya lo tanya cakka atau iel, gue belum pernah nembak cewek sob"
"Tapi kata-kata lo kan romantis kalo lagi nulis buat nova"
"Enggak usah sebut merk deh, ya lo kan kenal sama ify, tahu apa kesukaannya dia, tahu apa yang bakal bikin dia melting, kaya yang selalu gue bilang, lakuin itu pakai hati"
"Oke deh, nanti gue pikirin lagi. Eh lo beneran enggak sakit ? muka lo kok pucet ye ?"
"Ya ampun, lo enggak percaya amat sama gue"
"Abis lo kan gitu vin, misterius susah di tebak"
"Lo pikir gue limbad ?!"
"Mirip, cuma lo cakepan dikitlah, dikit doang tapi ya, banyakan gue..haha.."
"Ngaco lo. Kebanyakan nonton tv sih lo, sinetron lagi jangan-jangan tontonan lo"
"Ya gimana ya vin, gue kan anak emak gue satu-satunya, kalo dia lagi nonton sinetron ya sapa lagi yang nemenin kalo bukan gue" alvin mendelik ke arah rio.
"Haha, enggaklah bro, masa tampang kaya gini tontonannya sinetron, gila aja lo.." rio cengengesan sendiri.
"Lo yang gila"
"Lo aja yang kelewat waras. Eh iya, tadi pagi gue ngelihat cewek lo di anterin lintar"
"Gue belum punya cewek yo"
"Gue sebut nama salah, enggak salah, bingung gue. Lo enggak jealous gitu vin ?"
"Buat apa ? mungkin lintar emang jauh lebih baik dari gue, mungkin sekarang waktunya gue mundur pelan-pelan"
"Kenapa ? ah enggak enak banget gue, udah nungguin ending lo berdua happy, masa lo nya nyerah di tengah jalan gini"
"Kan gue bilang mungkin yo"
"Iya kenapa lo mau mundur ? lo gila apa sarap sih vin, lo udah bertahan buat dia selama ini, terus cuma gara-gara ada lintar lo mau mundur gitu aja, tempe amat mental lo !" rio entah kenapa kebawa emosinya sendiri, alvinnya sih masih nanggepin tenang-tenang aja.
"Kalo dia lebih bahagia sama lintar gimana ? apapun yang terjadi gue enggak bakal maksain hati gua buat dia"
"Enggak maksain ? lo pikir selama ini lo bikin dia penasaran tentang lo itu apa ? kalo gue jadi dia, gue pasti bakal selalu berharap buat ketemu sama lo !"
"Semua ada alasannya yo"
"Alasan yang lo buat dan lo simpen sendiri. Lo tahu, semakin kesini, lo semakin banyak nyimpen masalah lo sendiri, we are still best friend, right ?"
"Iyalah yo, kita tetep sahabat, ada saatnya nanti lo tahu semuanya"
"Gue tahu, lo berprinsip dan enggak akan ngingkarin prinsip lo, tapi gue sama yang lain ini sahabat lo, apapun yang lo rasain kita semua berhak tahu, kita semua bakal tanggung bareng-bareng apapun itu, enggak boleh ada rahasia-rahasiaan"
"Iya rio"
"Ya udahlah gue cabut dulu ya, thanks.."
"Gue pengen lihat lo sama ify jadian secepatnya" ujar alvin sambil tersenyum manis, rio hanya mengacungkan jempolnya.
Seperti hari-hari sebelumnya, iel baru aja habis nganterin via pulang ke rumahnya. Semenjak mereka berdua deket seabis dari dufan, iel maksa buat nganter jemput via. Dari jauh dia bisa ngelihat sebuah mobil estilo warna pink terparkir di depan rumahnya.
"Mobil siapa nih ?" tanya iel waktu turun dari mobilnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke dalam rumahnya.
"Hai yel.." seorang cewek cantik langsung menghampirinya dan memeluknya, tapi iel tetap berdiri tegak di tempatnya, tidak membalas pelukan cewek tersebut.
"Aku kangen sama kamu" bisik cewek itu lembut di telinga iel.
"Gue mau ganti baju dulu ra.." datar dan tanpa ekspresi, iel meninggalkan zahra begitu saja. Enggak sampai beberapa menit kemudian, iel udah balik lagi dan langsung duduk di samping zahra.
"Gimana kabar kamu ? aku kangen deh sama ify sama yang lain juga, kita main yuk" iel hanya melihat ke arah zahra. Tidak banyak yang berubah setelah dua tahun, hanya senyumnya yang semakin manis dan tatapan matanya yang semakin menyejukkan.
"Baik, lo ngapain kesini ra ?"
"Kamu marah ya yel sama aku ?"
"Marah buat apa ?"
"Ayolah yel, udah dua tahun yang lalu, kita udah sama-sama dewasa sekarang, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal kan" zahra tersenyum manis. Tapi malah membangkitkan kenangan iel akan mereka berdua.
"Apanya yang mulai lagi ra ? lo sendiri yang bilang kalo kita cuma cinta monyet, cuma cinta anak smp yang enggak penting, lo yang bilang kalo gue bisa dapetin cewek yang jauh lebih daripada lo, terus ngapain sekarang lo balik lagi kesini ?!!" iel enggak bisa ngontrol emosinya sendiri.
"Apa kamu udah punya pacar sekarang ?"
"Bukan urusan lo !" iel mengambil kunci mobilnya dan pergi ninggalin zahra. Zahra tahu kalo udah kaya gini percuma aja dia ngomong sama iel, tapi dia tahu kemana dia bakal denger cerita iel selama ini.
Ify kaget ngelihat zahra berdiri di depan rumahnya, setelah hampir dua tahun dia enggak pernah denger kabar apapun dari zahra yang sekolah ke australia.
"Hai fy, gue engga disuruh masuk nih ?"
"Eh iya, ya ampun, sori-sori, masuk ra.." ify nyengir, sangking kagetnya dia, dia sampe lupa buat nyuruh zahra masuk rumahnya.
"Gimana kabar lo fy ?"
"Baik kok, lo sendiri ? gue kira lo udah lupa sama negara sendiri, hehe.."
"Iya nih, semenjak pindah kesana, baru kali ini gue sempet ke indo lagi..haha.."
"Eh iya mau minum apa ?" tawar ify ramah.
"Enggak usah fy, ada yang lain yang pengen gue tanyain ke lo"
"Iel ya ra ?" tebak ify langsung, zahra cuma tersenyum sambil mengangguk.
"Tadi gue ke rumahnya fy, tapi dia marah sama gue, gue tahu sih gue yang salah.."
"Mungkin iel cuma masih butuh waktu ra, waktu itu walaupun lo berdua udah sepakat buat putus tapi ya kan lo tahu ada sedikit masalah. Apalagi lo tiba-tiba dateng kaya gini, terus nemuin dia, jujur ya ra, gue aja kaget banget tadi, mungkin iel lebih kaget daripada gue" jelas ify panjang.
"Dia udah punya cewek ya fy ?" ify bingung sama pertanyaan zahra, mau di jawab udah, tapi belum, mau di jawab belum, ify takut salah ngomong.
"Gimana ya ra, gue juga bingung mau jelasinnya"
"Bilang aja fy.."
"Resmi si belom ada, tapi iel lagi deket sama temen gue, tenang aja temen gue itu baik kok"
"Gue boleh kenalan sama cewek itu enggak ?"
"Mau ngapain ra ?"
"Cuma pengen kenal doang kok fy, enggak bakal gue apa-apain, lo kenal gue kan" ify diem sebentar, tapi kemudian dia tersenyum dan mengambil secarik kertas.
"Nih no hpnya, lo bisa hubungin dia sendiri kan ?" ify menyodorkan kertas yang udah dia tulis no hpnya via.
"Thanks ya fy, gue balik dulu.."
"Oke.."
Iel memandangi layar hpnya sambil sesekali nengok kanan kiri, buat mastiin apa orang yang dia tunggu udah dateng apa belum. Iel lagi nungguin via, entah kenapa, iel ngerasa cuma via yang bisa balikkin moodnya yang ancur jadi baik lagi.
"Udah aku duga kamu kesini"
"Ngapain lagi sih lo kesini ?!"
"Cuma kangen sama kafe ini, kamu masih sering kesini ?"
"Ra, bisa enggak sih lo enggak masuk dulu ke kehidupan gue ?"
"Yel, kamu salah paham sama aku. Aku cuma mau kita temenan lagi, dua tahun aku di australi, kepikiran tentang masalah kita yang kesannya masih gantung, aku cuma mau ngelurusin semuanya, dan aku bakal balik lagi kesana"
"Udahlah ra, semua udah selesai kan, lo udah ngeraih cita-cita lo disana, dan gue juga punya kehidupan sendiri disini"
"Kita berdua bukan pengecut yang ngindarin masa lalu gitu aja yel, kalo emang masalah kita udah selesai, kenapa kamu masih uring-uringan gini sama aku ?"
"Gabriel yang aku kenal, gabriel yang selalu mikir pake kepala dingin, yang selalu mikir rasional pake logika bukan emosi. Aku cuma mau kita temenan lagi" lanjut zahra sambil mengacungkan jari kelingkingnya, iel berpikir sebentar, meresapi setiap kata yang diucapkan zahra, kemudian ia mengaitkan jari kelingkingnya di jari zahra.
"Lo bener zah, lo emang selalu berpikiran dewasa" kata iel sambil mengusap lembut tangan zahra.
"PLAKK ! LO SAMA AJA SAMA SION !" via langsung berlari dengan air mata yang telah tergambar di wajahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar