Sabtu, 09 April 2011

Best Friends nd Love with Line part 13

Layaknya maling ayam, alvin mengendap-ngendap masuk ke kamar yang harusnya ia tempati bersama iel, rio dan cakka. Niatnya sih biar teman-temannya itu enggak bangun, tapi
"Bruuk" enggak sengaja alvin nyenggol kursi yang ada di kamar itu.
"Alvin ?" tanya iel yang langsung bangun sambil ngucek-ngucek matanya.
"Eh iya-iya, sori" ucap alvin merasa bersalah, tepat ketika cakka dan rio juga terbangun.
"Kemana aja lo ?" tanya iel lagi.
"Biasa, ngewakilin bokap" jawab alvin enteng.
"Lo sakit ya vin, kok muka lo pucet ?" timpal cakka.
"Biasa aja ah, agak capek doang, gue kan langsung kesini dari bandara" iel melirik jam tangannya 'jam enam ? naik pesawat jam berapa nih anak' batin iel bingung.
"Kenapa yel ?" tanya rio yang sadar sama gelagat iel.
"Enggak apa-apa kok, gue mau mandi duluan ye" iel langsung lari ngambil peralatan mandinya.
"Eh gue dulu !" susul rio enggak mau kalah. Cuma tinggal cakka sama alvin di kamar itu, alvin ngelihatin cakka, ada yang beda sama temennya yang satu ini, biasanya bangun tidur juga tetep keren, tapi kok sekarang berantakan banget.
"Lo lagi ada masalah ya cak ?" tebak alvin sambil duduk di sampingnya cakka.
"Hah..agni vin.."
"Kenapa ?"
"Kemarin gue jalan sama dia, eh tiba-tiba datang shila, terus si shila langsung cipika-cipiki gitu sama gue, dan enggak tahu kenapa gue ngerasa bersalah aja sama agni.." cakka berhenti sebentar untuk menghirup napas dalam-dalam.
"Dan enggak tahu kenapa juga, semenjak gue anterin pulang, gue enggak bisa ngehubungin agni, dia juga enggak dateng ke acara ini" lanjut cakka.
"Gimana biar jelas, kalo nanti lo ke rumahnya dia aja" usul alvin.
"Tapi gue enggak bawa motor vin, kemarin gue nebeng rio"
"Ya udah nanti bareng gue aja, oke ?"
"Thanks ya sob, eh lo beneran enggak sakit ?"
"Enggak, muka gue emang putih banget bukan ?"
"Yee.." mereka lalu tertawa berdua dan menunggu giliran buat mandi. Setelah acara selesai dengan lancar dan sukses, alvin dan cakka langsung meluncur ke rumah agni. Sementara iel sukses buat ngajakin via pulang bareng, setelah adegan curhatnya via semalem.
"Udah pada pulang noh, lo balik ama gue kan ?" tanya rio sok cuek padahal ngarep.
"Ya iyalah, tega lo ninggalin gue sendiri disini" jawab ify sambil ngekorin rio.
"Abis lo butuh tapi gitu sama gue"
"Gitu gimana sih ?"
"Iya gitu deh"
"Enggak jelas banget sih lo ! eh laper nih gue, the book ya yo" rayu ify sambil mengeluarkan senyuman manisnya, yang pesonanya langsung nancep di hati rio.
"Lo yang traktir gue"
"Kok gue ? ada juga cowok yang nraktir ceweknya" kata ify polos tanpa sadar.
"Cowok nraktir ceweknya ? emang lo cewek gue ?" tanya rio jutek walopun seneng.
"Hah emang gue tadi ngomong gitu ?" tanya ify pura-pura lupa, padahal sebenernya gengsi. Rio langsung manyun.
"Jelek ah lo kalo kaya gitu ! udah ayo, gue yang beli minumnya, lo yang beli makannya, gimana ? tapi lo pesen air mineral aja ya"
"Yee itu mah gratis, dodol" kata rio kesel sambil ngejitak kepala ify, pelan doang.
"Dodol di garut bang, bukan di kepala gue !" teriak ify kesel, dia langsung aja nyelonong jalan ngedahuluin rio.
"Gubrak !" ify keserimpet tali sepatunya sendiri, membuat keseimbangan badannya goyang, untung rio sigap nangkep, dengan posisi yang membuat mata mereka saling bertatap-tatapan cukup lama,.
"Woi berat nih" bisik rio di telinganya ify, ify yang salting langsung berdiri.
"Thanks yo.." kata ify pelan, rio yang juga salting cuma bisa garuk-garuk kepala doang.
"Ehm, lo beneran kelaperan ya sampe mau jatuh gitu ? hehe, ya udah ayo, gue traktir" ify cuma senyum doang sambil masuk ke dalam mobilnya rio, sepanjang perjalanan mereka cuma diam, berusaha menormalkan detak jantung masing-masing.
Cakka langsung turun tepat ketika mobilnya alvin sampai di depan rumahnya agni, firasatnya langsung enggak enak saat melihat pintu rumah agni yang terbuka lebar. Dengan lari-lari kecil cakka masuk ke dalam rumah. Dan alangkah terkejutnya dia mendapati kondisi rumah itu, jauh lebih parah ketimbang dia pertama kali kesitu dulu. Semuanya ancur berantakkan, kursi dan meja yang posisinya udah terbalik-balik, serpihan-serpihan kaca yang bertebaran di lantai, barang-barang yang udah enggak jelas bentuk aslinya. Tapi bukan itu yang bikin cakka shock, melainkan tergeletaknya tubuh agni di lantai dalam keadaan yang enggak kalah tragisnya.
"Agni !" cakka berlari mengahampiri agni, hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa nadinya agni, yang ternyata masih berdenyut. Tanpa pikir panjang cakka langsung menggendong agni dan membawanya keluar rumah tepat ketika alvin menyusulnya.
"Agni kenapa cak ?" tanya alvin enggak kalah panik, cakka cuma menggeleng. Alvin yang juga enggak mau buang-buang waktu, langsung membantu cakka membawa agni ke mobilnya dan mereka langsung bergegas menuju rumah sakit terdekat.
Alvin dan cakka sama-sama terdiam, enggak tahu juga mau ngapain. Berkali-kali sudah cakka menghela napas, berharap kekhawatirannya juga menguap bersama napasnya.
"Tenang bro, dia kuat kan" alvin berusaha menenangkan cakka.
"Gue beneran enggak abis pikir deh vin sama orang yang bikin dia kaya gitu ?!" alvin bisa paham sama emosinya cakka, dia yang enggak kenal sama agni aja, ngerasa iba banget ngelihat kondisinya agni. Masih terbayang jelas di otaknya alvin, tubuhnya agni yang penuh luka memar, ada bekas sayatan di tangannya, darah yang sudah mengering di sudut bibirnya, lebam di pelipisnya.
"Apa kalian saudara dari pasien di dalam ?" tiba-tiba seorang suster menghampiri mereka.
"Kita kakaknya sus" alvinlah yang menjawab, karena keadaan cakka yang benar-benar kacau. Suster itu ngeliatin alvin dari atas sampai bawah, alvin paham dia ataupun cakka emang beda sama agni.
"Kita kakak sepupunya sus" kata alvin lagi.
"Kalian berdua di tunggu dokter di ruangannya" alvin hanya mengangguk, dia langsung menarik cakka. Sesampainya di ruang dokter, lagi-lagi mereka mendapat tatapan tidak meyakinkan dari sang dokter.
"Sebelumnya, saya ingin tahu hubungan kalian dengan pasien ini"
"Kita kakak sepupunya dok, memang ada apa dengan agni ?"
"Kalian tinggal bersama agni ?" alvin bingung, kenapa dokternya nanya-nanya hal kaya gini.
"Ehm..emang kenapa dok ?"
"Saya hanya minta penjelasan yang sejujurnya dari kalian, karena mungkin jawaban dari kalian akan sangat membantu masalah pasien ini selanjutnya" alvin tambah bingung denger penjelasan dari dokter, dia melirik ke cakka, yang nyawanya kaya ilang setengah.
"Kita beda rumah dok, tapi satu komplek, tadi siang pas kita mau ke rumahnya, kita udah nemuin dia dalam keadaan kaya gini, dokter bisa jelasin kan ke kita apa yang sebenarnya terjadi ?"
"Keadaan agni sudah cukup stabil, walaupun kondisi tubuhnya masih cukup lemah, masalahnya secara fisik dapat kami atasi, tapi dari hasil lab yang kami dapat, di temukan luka-luka yang terdapat di tubuhnya akibat dari benturan benda tumpul, dan dugaan kami agni mengalami siksaan di rumahnya..."
"Pasti bokapnya !!" tiba-tiba cakka langsung berdiri dan keluar gitu aja dari ruangan dokter tersebut.
"Eh maaf dok, maaf, dia emang sayang banget sama agni, jadi suka gitu. Saya susul dia dulu ya dok, nanti saya kesini lagi" kata alvin enggak enak dan langsung berlari menyusul cakka. Ternyata cakka pergi ke kamar agni, dia langsung duduk di sampingnya agni dan menggenggam tangannya agni. Alvin jadi enggak enak sendiri, dia sadar untuk pertama kalinya cakka tulus tentang perasaannya terhadap satu orang dan itu agni.
"Dulu pertama kali gue ke rumahnya, bokapnya juga abis ngamuk vin" akhirnya cakka bersuara setelah lama mereka saling berdiam diri.
"Dan lo yakin kali ini juga bokapnya yang ngelakuin ?"
"Siapa lagi vin, dia cuma tinggal berdua sama bokapnya...."
"Kak cakka.." agni memanggil cakka pelan, cakka sama alvin langsung noleh ke arah agni kompak.
"Iya agni, ini gue, lo udah enggak apa-apa kan ?" agni hanya menggeleng, tapi enggak sampai semenit kemudian, air mata turun perlahan dari sudut matanya.
"Kenapa ? siapa yang bikin lo kaya gini ?" cakka mendekatkan dirinya ke agni sambil mengusap lembut air mata agni.
"Enggak gue enggak apa-apa" kata agni lirih.
"Bokap lo yang bikin lo kaya gini ?" agni hanya tersenyum masam.
"Kalo emang bener bokap lo yang giniin lo, lo harus laporin ini, kekerasan sama anak di bawah umur, ada hukumnya" timpal alvin yang daritadi diam.
"Gue enggak tahu kak, gue takut..." lagi-lagi air matanya mengalir, semakin deras malah, tangisan yang lebih terdengar seperti ratapan akan kesedihan yang terlanjur di pendam lama. Cakka memeluk agni, alvin tahu bukan saatnya dia ada di antara dua orang itu. Dia berjalan keluar kamar membiarkan agni dan cakka berdua.
Rio menatap langit-langit kamarnya, hatinya berbunga-bunga sekarang. Dia baru aja pulang setelah menghabiskan waktu bersama ify tadi. Ify udah janji mau ngechat sama dia di fb, dengan semangat, rio langsung nyalain laptopnya, dan langsung masuk ke akun fbnya. Tapi ternyata ify belum online, jadinya rio cuma ngebales-balesin wall sama ngelihat notif yang numpuk.
DeboAA : hai yo
tiba-tiba debo ngechat dia, rio sih males banget balesnya, tapi daripada di bilang sombong, jadi dengan sangat terpaksa dia bales chat debo.
Mario : hai de
DeboAA : gmn kbr lo sm ank2 ? ify ?
rio tambah males aja nama ify di sebut-sebut.
Mario : gue, ify, ank2 baik kok, lo ?
DeboAA : ms basket ?
Mario : masih kok
rio ngerasa garing banget chatnya sama debo, tapi emang malem ini fb lagi sepi, rio udah kepikiran mau off, tapi dia masih kepikiran ify.
ifysaufika : rio maaf, gue br selese mandi hehe
Mario : hampir aja gue off ! ngaret lo !
ifysaufika : kan gue udah minta maaf :p
Mario : mie ayam ya fi
DeboAA : kpn2 tanding yo sm skola gue
rio beneran kesel sama debo yang menurut dia ganggu acara ngechatnya sama ify.
ifysaufika : ah tega lo ! coki2 aja ya
Mario : oke aja sih de
Mario : itu sih lo yang tega fy
ifysaufika : kangen jalan kaya dulu yo, udah lama kita enggak berlima..hiks
DeboAA : alvin msh aktf futsal ?
Mario : yg lain sibuk, jln berdua aja yuk :)
Mario : masih
ifysaufika : kmn ? tp lg pgn bareng2
ifysaufika : main ke rmh gue aja udah jarang ;(
Mario : nti dh gue blg ke yg lainnya
Mario : sori ya fy, pdhl gue jg udh kgn ngerecokin lo :p
DeboAA : tmbh jago ya ?
ifysaufika : kangen ngerecokin, apa kangen sama gue ?? hehe
Mario : ngapain kangen sama lo ? ada jg lo yg kgn gue
Mario : emg jago kn dia, knp ?
ifysaufika : idih pd
DeboAA : gpp, eh gue off dulu ya, slm buat smua
'daritadi kek lo offnya' kata rio senyum-senyum kesel.
Mario : emg benr kn ? ngaku deh fy
ifysaufika : hehe, gmn ya ? gitu deh :)
ifysaufika is offline
Rio garuk-garuk kepala sendiri lihat chat terakhirnya ify, enggak ngerti maksud kata 'gitu deh' dari ify, udah mana langsung off gitu aja. Tapi dia langsung panas waktu inget kalo debo juga baru aja off sebelum ify, otaknya udah di penuhi sama teori-teori aneh.
"Jangan-jangan tadi ify juga chat sama debo lagi, terus giliran debo off ify ikutan, tapi gitu deh itu maksudnya, dia beneran kangen sama gue ? aduh ! ribet banget sih !" rio ngedumel enggak jelas sendiri.
***
Deva dan aren duduk berhadap-hadapan sambil menyantap makanan mereka masing-masing. Deva memang sekarang selalu nganterin kemanapun aren pergi.
"Kak deva, lama-lama aren enggak enak deh kalo kak deva jemput aren les balet pasti ujung-ujungnya di traktir"
"Ngapain harus enggak enak ren ?"
"Ya iyalah, jadi yang ini aren aja ya yang bayar"
"Jangan dong, kan gue yang ngajak, nanti kalo gue di gaplol sama kak alvin sama ray gimana ?"
"Hehe, serem amat kak di gaplok, enggaklah. Aren cuma pengen aja gitu, kan kak deva udah sering nraktir, jadi sekarang giliran aren dong" aren tersenyum manis, yang langsung bikin deva meleleh.
"Sekali ini aja ya, eh ren itu, belepotan.." reflek deva mengambil tisu dan mengelapnya, aren cuma bisa mematung di tempatnya, sementara deva jadi enggak enak sendiri.
"Sori ren.."
"Enggak apa kok kak, makasih"
"Ren, gue mau nanya, boleh ?"
"Bolehlah kak, apaan ?"
"Gue sayang sama lo, bukan sayang kakak ke adek, tapi sayang cowok ke cewek, apa lo mau jadi cewek gue ?" tanya deva mantap, aren menatapnya bingung.
"Perlu gue jawab sekarang kak ?" deva sih pengen ngasih jawaban 'iya harus sekarang' tapi ngelihat muka aren yang kayanya masih shock, deva jadi enggak tega sendiri.
"Kapanpun lo siap ren, gue tunggu jawaban lo"
"Makasih kak, kak deva enggak akan berubah kan ?"
"Berubah ?"
"Iya, aren enggak mau aja hubungan kita jadi aneh setelah ini"
"Oh enggak dong ren.." deva ngacak-ngacak rambut aren sambil tertawa, aren pun ikut tertawa. meski hatinya berusaha keras berpikir tentang jawaban yang harus ia berikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar