Sabtu, 09 April 2011

Best Friends nd Love with Line part 15

Nova melangkahkan kakinya menyusuri koridor-koridor di sekolahnya, semenjak acha jadian sama ozy, dan ray jadian sama keke, nova jadi lebih sering sendirian, males aja kalo harus di gosipin sama deva. Bingung mau kemana, akhirnya dia membelokkan kakinya ke perpustakaan.
"Sepi amat nih perpus, anak sini yang udah pada kepinteran, apa gimana sih" gumam nova sambil memilih-milih buku yang ingin ia baca, setelah mengambil sebuah novel, nova celingukan bingung mau duduk di kursi yang mana, tapi kemudian dia melihat satu orang yang ia kenal.
"Kak gue duduk situ ya" alvin menoleh melihat siapa yang menyapanya, dia cuma bisa mengangguk sambil tersenyum. Nova hanya membolak-balik halaman bukunya, alvin tahu itu karena diam-diam ia memperhatikan nova.
"Lagi ada masalah ya nov ?" alvin akhirnya memutuskan untuk bertanya.
"Biasa deh kak, saban hari orang tua gue, bukannya tambah akur malah tambah ancur" kata nova lirih.
"Sabar ya nov, Tuhan selalu ngasih hadiah terindah buat orang yang sabar lho"
"Iya kak gue tahu, kak kapan ngajak gue lagi ke panti, gue kangen banget sama mereka"
"Nanti kalo gue mau kesana gue pasti ngajak lo"
"Gue tunggu lho kak, gue anggep itu janji dari lo, hehe. Kakak kok bisa kenal sama mereka ?"
"Panjang nov ceritanya, nanti aja ya kapan-kapan gue ceritain, mending sekarang kita balik yuk, kayanya udah mau bel" nova dan alvin berjalan keluar bersama dari perpustakaan, dan berpisah di ujung lorong.
***
Iel mengamati via yang lagi sibuk ngetik di laptopnya, akhir-akhir ini iel suka make urusan osis biar dia sama via bisa berduaan.
"Ada yang salah sama muka gue yel ?" tanya via ngeh kalo matanya iel daritadi ngelihatin dia terus.
"Enggak kok enggak" jawab iel salting.
"Haha, kenapa lo ?" tanya via bingung.
"Ye di bilang enggak apa-apa, ehm vi, kapan-kapan mau enggak jalan sama gue ?" tawar iel.
"Boleh-boleh aja, mau kemana emang ?"
"Belum tahu sih, tapi jakarta kan gede, gampanglah mau kemananya sih, selama gue sama lo" muka via memerah.
"Gombal deh lo"
"Orang gue lagi serius" jawab iel enteng.
"Haha, iya deh iya, atur aja" ujar via sambil tersenyum. Udah beberapa hari ini juga, iel bisa ngerasain senyumnya via khusus buat dia, terasa lebih manis dan indah malah menurutnya.
"Eh sori gue enggak tahu lo lagi berdua"

"Enggak apa-apa kok vin, masuk aja ini juga gue udah selesai kok, gue duluan ya" via beranjak pergi.
"Kenapa vin ?" tanya iel.
"Mau nanya, proposal yang kemarin udah belum ?"
"Oh iya, gue lupa..hehe.."
"Wah gimana sih lo, baru aja bisa deket sama via. Kapan lo mau nembak dia ?"
"Belum tahu, dia aja baru sekarang baik sama gue, masih nunggu waktu yang tepat"
"Ya udahlah, ehm proposalnya, nanti lo kasih ke gue pas pulang sekolah aja ya, gue ada latihan futsal"
"Latihan lagi ? kok kayanya akhir-akhir ini, lo jadi lebih gila sih vin ?"
"Lo lupa apa, final turnamen antar sma, akhir bulan depan"
"Ya enggak sampai di forsir gitulah, gue lihat lo akhir-akhir ini agak kurang sehat, sekarang aja muka lo pucet tuh"
"Enggak ah biasa aja, gue duluan ya" alvin langsung ngacir pergi gitu aja.
Ify merasakan hpnya bergetar di saku bajunya, mumpung lagi jam kosong, ify pun langsung melihat siapa yang sms dia.
from : debo
hy fy ! gnggu ga ?
'tumben debo sms gue ?' batin ify bingung.
to : debo
enggak kok, knp de ? tumben :p
from : debo
iya ni jd enggak enak, mau minta tolong
to : debo
tolong apa ?
from : debo
susah kalo lwt sms, nti bs gue jmpt aja ga ?
to : debo
oh ya udah oke :)
from : debo
thx ya fy
Ify mulai menerka-nerka, kira-kira mau ngapain si debo mau ketemu sama dia. Tapi kemudian dia jadi inget sama rio, dia enggak mau rio tahu kalo nanti dia di jemput debo, bisa ruwet semuanya.
Saat pulang sekolah, iel langsung menuju lapangan futsal untuk menyerahkan proposal yang di janjikannya ke alvin. Ternyata alvin lagi latihan sendiri, karena enggak mau ganggu, iel pun lebih milih buat ngelihatin alvin latihan. Karena cuma berdua doang, iel jadi lebih bisa serius merhatiiin alvinnya, dan dia tambah yakin kalo ada yang beda sama alvin. Iel mengahampiri alvin, yang terlihat kelelahan di tengah lapangan.
"Bro, kayanya lo harus istirahat deh" kata iel sambil menepuk pundak alvin, tiba-tiba alvin langsung oleng ke arahnya.
"Lo kenapa vin ? ya ampun badan lo panas banget !" iel panik dan langsung mapah alvin ke pinggir lapangan.
"Enggak apa-apa kok yel, cuma agak pusing sedikit" jawab alvin pelan.
"Lo demam deh kayanya, gue anterin balik ya" tawar iel.
"Terus mobil lo ? udah mending gue sama ray aja, biar dia bawa mobil gue, motornya kan bisa di titipin disini"
"Ya udah deh, ayo gue anter lo ke parkiran" ajak iel. Mereka berdua pun berjalan ke parkiran, ternyata disana ray udah nungguin, begitu dia dapet sms dari alvin tadi.
"Kenapa lo kak ?" tanya ray bingung.
"Enggak apa-apa kok, iel aja tuh yang parno"
"Kakak lo demam tuh, udah sono lo bawa balik"
"Sip kak" sepanjang perjalanan, ray yang dikit-dikit nengok ke arahnya alvin yang duduk di sampingnya, baru sadar kalo kakaknya emang kelihatan lebih pucet.
"Lo yakin kak, enggak mau ke rumah sakit ?" tanya ray yang udah ngulang pertanyaan yang sama berkali-kali.
"Enggak ray, gue cuma butuh tidur doang kok" kata alvin yang juga ngulang jawaban yang sama. Ray cuma bisa pasrah, susah juga kalo kakaknya udah bilang 'enggak'.
"Kak alvin kenapa ?!" tanya aren histeris waktu ngelihat alvin dipapah sama ray masuk ke dalam rumah, alvinnya sih cuma senyum aja.
"Daripada lo teriak-teriak, mending bantuin gue deh" kata ray yang agak kesusahan menopang badan alvin yang lebih tinggi darinya. Aren nurutin perintah ray, mereka berdua sama-sama mapah alvin sampai ke kamar.
"Kak, gue telponin dokter ya" usul ray yang beneran enggak yakin kalo kakaknya cuma sakit biasa.
"Iya kak, kalo enggak kita ke rumah sakit aja ya" timpal aren sambil ngompresin alvin.
"Udah gue beneran enggak apa-apa, cuma kecapekan doang, gue mau istirahat aja.." ujar alvin sambil tersenyum, aren yang enggak puas dengar jawaban kakaknya, melirik ke arah ray.
"Ya udahlah ren, kita biarin aja kak alvin istirahat dulu" ucap ray pasrah sambil mengajak aren ke luar kamar. Aren yang rasanya pengen tetep tinggal di kamarnya alvin, enggak bisa berkutik waktu ray menarik tangannya, yang dia bingung kenapa ray enggak ngelepasin tangannya sampai masuk ke dalam kamar.
"Lho ren, ngapain lo ikutin gue ke kamar ?" tanya ray bingung sendiri.
"Ye pikun dasar, siapa juga yang narik-narik tangan aren sampai sini !" bales aren sebel. Ray cuma cengengesan aja, menyadari kesalahannya sendiri.
"Haha, sori-sori gue enggak sadar.." kata ray sambil ketawa-tawa sendiri.
"Pasti mikirin kak keke deh, hehe.." goda aren sambil tidur-tiduran di kasurnya ray.
"Ya iyalah, mau mikirn siapa lagi gue" jawab ray enteng, tapi kemudian dia jadi keingetan deva.
"Eh ren, gue mau nanya"
"Apaan ?"
"Kemarin lo di tembak deva ya ?" tanya ray langsung, yang cuma di jawab pake anggukan sama aren.
"Terus kok belum di jawab ? kasian tuh deva, kepikiran" sambung ray lagi.
"Masih bingung kak, menurut kakak gimana ?" tanya aren balik.
"Ya yang tahu jawabannya ya cuma lo dong ren, kalo gue sih, karena deva sahabat gue, ya gue percaya aja kalo dia enggak bakal nyakitin lo" aren ngelihatin ray yang tumben amat serius sama dia.
"Tapi aren masih enggak yakin kak"
"Enggak yakin kenapa ?"
"Enggak tahu, aren ngerasa bingung sendiri aja gitu, aren sih nyaman sama perhatiannya kak deva, tapi aren ngerasa belum pasti aja gitu"
"Pikirin baik-baik ajalah, mantepin hati lo, jangan sampai ada yang nyesel suatu saat nanti, lo juga udah lama kan kenal deva, gue yakin kok lo udah gede, udah bisa bedain mana yang baik mana yang enggak buat lo" nasihat ray panjang.
"Wuidih keren kak omongannya, tumben banget.."
"Ye lo, baru tahu apa gue keren"
"Kumat deh narsisnya, hehe, thanks ya kak.." kata aren sambil bergegas keluar dari kamarnya ray.
***
Ify celingukan, dia ngerasa ada yang ngikutin dia daritadi. Debo yang lagi nyetir di sampingnya ify ikutan celingukan karena bingung ngelihat ify.
"Nyari apa sih fy ?"
"Kok gue ngerasa ada yang ikutin mobil ini ya de ?"
"Lo doang kali yang parno, enggak ada apa-apa kok"
"Iya kali ya, eh kita mau kemana ?"
"Kafe langganan kita aja, mau kan ?"
"Mau dong.." jawab ify semangat. Sesampainya mereka di kafe tersebut, mereka sengaja memilih tempat duduk di bagian luar.
"Jadi apa de yang bisa gue bantu ?" tanya ify to the point.
"Oik fy.."
"Kenapa oik ?"
"Akhir-akhir ini, oik ngejauh dari gue, di saat gue sadar kalo gue sayang sama dia..haha.." debo tertawa lirih.
"Terus gue harus ngapain ? emang enggak ada temen-temennya oik yang bisa lo mintain tolong gitu ?"
"Oik sama temen-temennya udah telanjur ngecap kalo gue playboy, dan mereka enggak percaya sama keseriusan gue, lo bisa kan fy bantuin gue ngeyakinin oik ?" debo memintanya dengan tulus dan penuh harap, ify tahu itu dari pancaran mata debo, walaupun enggak ngerti juga mau bantu gimana, tapi ify enggak tega sendiri lihatnya.
"Gue usahain ya de.." kata ify sambil tersenyum.
"Makasih ya fy.." reflek debo menggenggam tangan ify.
Rio yang dari di sekolah udah panas lihat ify di jemput debo, beneran enggak bisa tahan lagi waktu ngelihat ify senyum-senyum dan tiba-tiba debo menggenggam tangannya ify. Dia langsung berdiri dan menghampiri mejanya ify dan debo yang berjarak hanya dua meja dari mejanya.
"BUG !" tanpa aba-aba rio langsung menyarangkan pukulannya di wajah debo. Debo sama ify yang masih asik ngobrol bener-bener kaget sama ulah rio.
"Rio lo apa-apaan sih !" teriak ify sambil berdiri diantara rio dan debo.
"Lo yang apa-apaan pegangan tangan sama dia !" teriak rio enggak kalah kencengnya.
"Lo salah paham yo" kata debo berusaha menjelaskan.
"Salah paham apa ?! gue jelas-jelas lihat apa yang kalian lakuin !"
"Terus kenapa lo marah-marah ?! emang gue siapa lo !" ify beneran enggak ngerti sama jalan pikirannya rio, dia enggak peduli sama orang-orang yang udah berkerumun di sekitar mereka.
"Lo ! lo itu pengecut yo ! kalo lo mau tahu, gue sayang sama lo ! sayang sama lo ! tapi apa, lo enggak pernah sedikitpun usaha buat gue ! enggak !" susah payah ify berusaha menahan butir-butir air yang siap menetes dari matanya, dadanya sesak, tapi ia tidak peduli, semua yang ia rasakan keluar begitu saja. Sementara rio hanya mematung berdiri di tempatnya.
"Ayo de kita pulang !" dengan kasar ify menarik tangan debo, meninggalkan rio yang terpaku diam di tempatnya. Debo yang juga enggak bisa ngapa-ngapain, meraih dompetnya dan meletakkan dua lembar uang lima puluh ribuan diatas mejanya, dan langsung pergi bersama ify.
Rio yang baru sadar beberapa menit kemudian, melihat sekelilingnya yang masih mengamati dia.
"Bruuk !" rio menendang kursi yang ada disitu untuk sekedar melampiaskan kekesalannya dan langsung pergi gitu aja. Pikirannya kacau, dia bingung juga mau kemana. Akhirnya hari itu cuma rio abisin muter-muter aja, sambil berkali-kali berusaha menghubungin ify yang hpnya enggak aktif-aktif.
Keesokan harinya, cakka sama iel beneran di buat bingung sama tingkahnya rio dan ify yang diem-dieman udah kaya dua orang yang enggak kenal satu sama lain. Mereka berempat lagi ada di mobilnya iel sekarang, semalem iel ngajakin mereka buat ngejenguk alvin.
"Lo berdua beneran enggak apa-apa ?" tanya cakka.
"Hmm" gumam ify.
"Iya" jawab rio singkat. Cakka sebenernya udah kesel lihat kelakuan dua sahabatnya ini, dia ngelihat ke arah iel, tapi iel cuma bisa ngangkat bahu, enggak tahu juga kenapa.
Tok..tok..tok. Cakka mengetuk rumah pintu alvin.
"Den alvinnya barusan aja pergi"
"Kemana ? emang dia udah sembuh ?" tanya cakka bingung.
"Kayanya sih udah segeran, tapi saya juga kurang tahu kemananya" cakka melihat ke arah teman-temannya.
"Ya udah deh kalo gitu, kita pamit aja" kata cakka kemudian, lalu mereka berempat langsung masuk ke mobilnya iel.
"Kemana nih kita ?" tanya iel ke semuanya.
"Terserah" jawab rio dan ify kompak, yang bikin cakka sama iel senyum-senyum sendiri.
"Jalan aja deh yel, cari makan" kata cakka. Mereka pun sibuk dalam urusan masing-masing, iel yang sibuk nyetir, cakka yang sibuk smsan sama agni, rio yang diem-diem sibuk mikirin ify yang duduk jutek di sampingnya dan ify yang lagi ngelihatin rio dari pantulan kaca jendela.
"Eh itu mobilnya alvin bukan !" kata ify tiba-tiba, yang sukses bikin iel ngerem mendadak, untung jalanan sepi.
"Mana ?" tanya cakka nyari.
"Itu lho..." kata ify sambil nunjuk-nunjuk.
"Iya itu mobilnya alvin, kita ikutin aja yuk" usul iel, yang langsung disetujui sama teman-temannya. Mobilnya iel terus ngikutin mobilnya alvin, sampai mereka tiba di sebuah rumah.
"Panti asuhan ?" tanya ify sambil melihat plang yang terdapat di depan rumah itu.
"Udah turun aja yuk, susulin si alvin ke dalem" ajak cakka. Mereka berempatpun turun, awalnya mereka canggung juga, enggak enak kalo tiba-tiba nyelonong masuk ke dalam. Jadi mereka malah cuma ngelihatin dari jauh.
"Sini aja kali, ngapain udah sampai sini malah berhenti disitu !" panggil alvin dari teras rumah tersebut.
"Lo tahu kita ikutin ?" tanya iel malu-malu.
"Ya iyalah, gue kan apal sama mobil lo, ayo masuk" ajak alvin. Alvin mengenalkan mereka sama anak-anak panti, mereka enggak nyangka sendiri, kalo jiwa sosialnya alvin sebesar ini. Satu lagi sisi barunya alvin yang baru mereka ketahui.
"Bawa temen lagi lo vin"
"Eh iya, kenalin mereka temen-temen gue, yang ini ify, terus iel, cakka sama rio" alvin menunjuk temannya satu persatu.
"Hai gue lintar, temen lo yang waktu itu, enggak ikut ?" temen-temennya pada lihat-lihatan, dan mereka sama-sama belum pernah ada yang diajak alvin ikut kesini.
"Nova ? dia adek kelas gue, kenapa lo kangen sama dia ?" temen-temennya tambah bingung aja.
"Lo pernah ngajak nova kesini vin ?" tanya iel negesin pendengarannya.
"Iya, beberapa minggu yang lalu" jawab alvin enteng.
"Kapan-kapan lo ajak lagi dong vin si nova kesini, anak-anak suka sama dia" timpal lintar.
"Anak-anak apa lo ?" goda alvin.
"Haha, oke deh, iya gue juga pengen ketemu dia lagi" ify langsung ngelihatin alvin, enggak ada muka cemburu, yang ada tetep mukanya yang lagi senyum dan seolah-olah tanpa beban.
"Eh bentar dulu ya, mau pada minum apa nih ?" tawar lintar ramah.
"Enggak usah repot-repot lin, tapi sirup juga boleh, gerah.." kata rio sambil nyengir, lintar pun pamit ke belakang mau ngambil minum. Yang lainnya langsung interogasi alvin.
"Lo masih suka sama nova kan vin ?" tanya ify memulai.
"Kelihatannya ?" alvin malah balik nanya.
"Terus kenapa lo biasa aja waktu lintar bilang dia pengen ketemu nova ?" tanya cakka bingung.
"Gue enggak punya hak apa-apa buat marah sama dia, nova bukan siapa-siapa gue, mungkin aja malah nova sama lintar jodoh, iya enggak"
"Ah engga ngerti gue sama pikiran lo" celetuk rio.
"Haha, ya udah enggak usah dipikirin juga kali, jalanin aja"
"Tapi enggak adil buat lo dong vin, lo suka sama nova dari kelas dua smp sampai sekarang, terus lo mau biarin aja si nova lepas dari lo ?" tanya iel nambahin.
"Lagian menurut gue, nova sama lo udah cocok vin, sempurna" sambung ify.
"Jangan mencintai yang sempurna fy, tapi cintailah orang yang bisa ngelengkapin lo dengan caranya yang sempurna" ujar alvin, yang bikin rio sama ify lirik-lirikan.
"Cara lo sempurna kok vin" timpal cakka.
"Enggak ada yang tahu cak, udah ah, mending kita main sama anak-anak yuk" alvin memasuki sebuah ruangan bermain, teman-temannya sih awalnya cuma ikut aja, tapi akhirnya mereka juga keasikan main sama anak-anak disitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar