Ify ngelihatin rio yang lagi main basket bareng iel sama alvin. Dengan cermat ia memperhatikan setiap langkah rio, bahkan gimana cara rio mengelap peluh di pelipisnya. Ify cuma senyum-senyum sendiri aja.
"Cie, diliatin terus nih !" via duduk disamping ify.
"Haha, mubazir vi kalo di lewatin gitu aja" balas ify sambil masih terus ngeliatin rio.
"Tapi kayanya lo berdua belum ada perkembangan apa-apa ?"
"Enggak tahulah, rio masih gitu-gitu aja ke gue"
"Kalo gitu, lo dong fy yang harus mulai duluan" kata via semangat.
"Gue ? gengsi ah"
"Ye cinta enggak ngenal gengsilah, kan udah jaman emansipansi"
"Haha, ngaco lo ! lo sendiri ngapain kesini ? lancar sama iel ?" via diem, seinget dia, dia enggak pernah cerita apapun tentang iel ke ify.
"Kenapa lo diem ? gue tahu kok, kalo iel lagi usaha deketin lo"
"Deketin gue ?" tanya via penasaran.
"Gue udah kenal iel dari sd vi, gue tahu gelagat dia ke lo beda, lagian kayanya akhir-akhir ini lo enggak jutek-jutek lagi sama dia" ify tersenyum melihat via yang sepertinya agak enggak nyaman dengan pembicaraan ini.
"Santai aja vi, iel itu baik kok, dia enggak akan ngecewain lo, gue bisa jamin itu" sambung ify lagi, sementara via hanya tersenyum. Setelah cukup lama bermain, akhirnya rio, iel dan alvin menghentikan permainan mereka, mereka langsung berjalan menghampiri ify dan via.
"Nih yel.." via mengangsurkan sebotol air mineral ke arah iel, yang di terima iel dengan senang hati.
"Cie...fy buat gue mana ?" tanya rio ngarep.
"Ambil dong sendiri, emang gue siapa lo ?"
"Jahat ah lo ! kaya via tuh, lembut jadi cewek !"
"Emang kenapa kalo gue kaya gini ! lo aja enggak bisa baik kaya iel !"
"Gue kan rio bukan iel !"
"Gue juga ify bukan via !"
"Woi udah lo berdua, ribut mulu gue bawa ke kua nih !" celetuk iel yang merasa momen indahnya bersama via di ganggu. Rio sama ify cuma diem, terus lirik-lirikan dan cengengesan berdua.
"Gimana mau dibawa ke kua yel, ketemu aja enggak pernah akur" timpal via.
"Haha, bener lo vi" tanpa sadar iel ngacak-ngacak rambutnya via. Gantian rio sama ify yang cekikikan kali ini.
"Kayanya yang mesti dibawa ke kua lo berdua deh" ujar rio.
"Setuju !" ucap ify semangat.
"Gue duluan ya semuanya" kata via cepet, mukanya memerah salting.
"Ah lo berdua ! pergi kan vianya" kata iel kesel.
"Haha, peace yel" balas rio sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
"Vin diem aja lo, kenapa ? eh si cakka kenapa enggak masuk ?" alvin yang emang daritadi diem aja, cuma tersenyum menanggapi pertanyaannya ify.
"Cakka di rumah sakit nungguin agni"
"Agni siapa vin ?" tanya ify bingung. Alvin pun menceritakan secara singkat kejadian kemarin, dan iel membantunya menjelaskan tentang hubungan agni dan cakka.
"Oh ya udah nanti pulang sekolah kita jenguk aja, gimana ?" usul ify.
"Gue sih emang mau kesana nanti, tapi gue mau ada futsal dulu" jelas alvin.
"Kita tungguin deh" kata rio yang diikuti anggukan oleh iel dan ify.
***
Ray menatap deva, bingung sendiri kenapa sahabatnya ini enggak seaktif biasanya. Dia melirik ke arah ozy yang duduk di belakangnya.
"Zy, si deva kok diem banget ya ?"
"Lha mana gue tahu, tapi emang sih dari tadi pagi belum ngoceh dia"
"Sakit kali ya ?"
"Coba aja cek" ray pun meletakkan tangannya di atas dahinya deva.
"Ngapain lo ?" tanya deva bingung.
"Enggak anget kok dev, lo kenapa ?"
"Siapa juga yang sakit"
"Terus lo kenapa ?" tanya ozy nimbrung.
"Emang aren enggak cerita ray ?"
"Enggak, dia jarang cerita sama gue, lebih sering sama kak alvin, kenapa ?"
"Kemarin gue nembak aren..."
"Serius lo ? kok enggak minta ijin dulu sama gue ? terus dia jawab apa ?"
"Satu-satu kali ray nanyanya" kata ozy ngingetin.
"Dia minta waktu buat jawab"
"Tapi lo beneran sayang kan sama adek gue ?"
"Perhatian juga lo ray sama aren" timpal ozy yang dapet hadiah geplakan dari ray.
"Imut-imut gini gue kakaknya tahu"
"Gue sayang ray sama dia, masa lo enggak yakin sama gue sih"
"Ya udah lo sabar aja nunggu jawaban aren, nanti gue bantuin ngeyakinin dia deh"
"Haha, makasih ya ray, lo emang baik banget deh, muah" deva mencubit pipi ray sambil monyong-monyongin bibirnya kaya mau nyium.
"Gila lo ! tahu gini mending lo tadi gue diemin deh !" kata ray kesel, sementara deva dan ozy cuma bisa ketawa-tawa doang.
***
Rio, ify dan iel ngelihat sambil nungguin alvin yang lagi latihan futsal. Ify yang enggak ngerti apa-apa tentang futsal sih menikmati aja melihat alvin yang kalo udah ketemu bola, sisi liarnya keluar tapi tetep keren. Sementara rio sama iel lirik-lirikkan, mereka sama-sama setuju ada yang berbeda di permainan alvin. Masih tetep jago, masih tetep keren, masih tetep enak di lihat, tapi ini jauh di bawah kemampuan alvin yang biasanya. Setelah selesai, alvin langsung ganti baju dan menemui teman-temannya.
"Udah yuk, keburu sore" ajak alvin.
"Vin, lo kenapa ?" tanya rio yang udah kebelet nanya dari tadi.
"Apanya yang kenapa ?" tanya alvin bingung.
"Permainan lo beda" sambung iel yang juga penasaran.
"Sama aja ah, beda apanya ?"
"Beda aja, lo kaya lagi nahan sesuatu, udah gitu lo lebih sering kelihatan capek" jelas rio.
"Perasaan lo doang kali yo"
"Iya, tadi alvin bagus-bagus aja kok mainnya" bela ify yang emang enggak ngerasa apa-apa.
"Udah, gue enggak apa-apa, thanks deh buat perhatiannya" kata alvin sambil tersenyum ke arah rio sama iel yang entah kenapa sebenernya masih merasa ganjil.
Sesampainya di rumah sakit, ify, rio sama iel takjub sendiri ngelihat cakka lagi nyuapin agni. Bukan masalahnya nyuapinnya, tapi cara cakka mandang agni yang berbeda, tatapan mata yang sangat tulus. Alvin sih udah biasa aja lihatnya.
"Hai agni, salam kenal ya, udah baikan ?" tanya ify ramah.
"Udah kok kak, makasih ya"
"Tadi ngapain aja di sekolah ?" tanya cakka ke siapapun yang mau jawab.
"Biasa aja, paling cuma ada beberapa fans lo yang nanya-nanya lo kemana" iel lah yang menjawab pertanyaan cakka.
"Oh, eh fy lo disini dulu ya, gue mau cari makanan di luar, vin temenin yuk" alvin cuma mengangguk lalu mengikuti cakka yang duluan ke luar kamar. Mereka berdua membeli beberapa kue, snack serta minuman, lalu berniat kembali lagi ke kamarnya agni.
"Brukk" enggak sengaja cakka menabrak seorang bapak-bapak yang sepertinya terlihat sedang jalan terburu-buru.
"Maaf dek maaf, saya buru-buru.." kata bapak itu sambil berlalu pergi, tapi cakka hanya menatap punggung bapak-bapak itu, ia merasa pernah melihat orang itu sebelumnya. Dan enggak sampai beberapa setik kemudian dia inget, emosi langsung menguasai jiwanya, tanpa mempedulikan barangnya yang berjatuhan dan sedang di bereskan oleh alvin, cakka langsung berlari mengejar bapak-bapak itu, alvin yang bingung cuma bisa ngekorin cakka.
"BUG !" cakka menarik pundak bapak-bapak tersebut dan langsung menonjoknya telak di muka, beberapa orang langsung mengerumuni mereka, sementara alvin mencoba menenangkan cakka.
"Cak, lo kenapa ?"
"Dia vin, dia bokapnya agni !" teriak cakka sambil nunjuk-nunjuk bapak itu.
"Kamu kenal anak saya ? dimana dia sekarang ?"
"Ngapain masih nyari agni ! enggak puas udah nyiksa dia !" cakka benar-benar emosi, alvin sendiri rasanya juga ingin nonjok tuh bapak-bapak mengingat apa yang sudah ia lakukan ke agni, tapi akal sehatnya masih berfungsi normal.
"Cak ! ini rumah sakit ! mending sekarang lo balik ke kamarnya agni, biar gue yang nyelesein masalah ini !" kata alvin bijak, sambil menepuk-nepuk bahu cakka, cakka yang terlihat akan melawan lagi, mengurungkan niatnya dan menuruti perintah alvin.
"Bisa anda ikut saya ?" tanya alvin ketus. Mereka berdua berjalan dalam diam, sampai akhirnya duduk di sebuah bangku di taman rumah sakit yang sepi.
"Apa anda sadar tentang perbuatan yang telah anda lakukan ?"
"Saya..saya khilaf.." kata bapak itu lirih, ada kegetiran dalam nadanya.
"Khilaf ? agni anak bapak satu-satunya, perempuan, dan bapak perlakukan seperti itu, bapak cuma bisa bilang khilaf doang" meski emosi, alvin masih tetap bisa mengontrol nada bicaranya.
"Dalam waktu dua tahun, saya kehilangan semuanya, anak kebanggaan saya, istri tercinta saya, rumah tangga yang saya jaga sepenuh hati, bahkan yang terakhir saya kehilangan pekerjaan saya, semuanya...Tuhan tidak adil terhadap saya.." seandainya alvin tidak bersimpati lebih dulu terhadap agni mungkin ia akan bersimpati kepadanya.
"Tapi itu semua bukan alasan untuk melimpahkannya ke agni, satu-satunya kebahagiaan yang Tuhan beri untuk bapak mungkin. Agni mungkin semacam ujian terakhir untuk bapak, dan bapak hampir gagal menghadapinya, gimana kalo kemarin Tuhan juga ngambil agni, apa bapak benar-benar siap ?" bapak-bapak tersebut memandang alvin, anak muda yang terpaut usia jauh darinya, tapi begitu memaknai hidup dengan bijaknya.
"Teman kamu yang tadi ? dia siapa ?"
"Namanya cakka, maaf bila dia terlalu emosi menghadapi bapak, meski saya tahu emosinya beralasan, tapi caranya juga salah mengahadapi bapak"
"Saya tahu, saya pantas menerima itu, kalo boleh tahu, siapa nama kamu ?"
"Saya alvin, saya kakak kelasnya agni"
"Nak alvin, bisa kamu membantu saya bertemu dengan agni, saya tahu kesalahan saya, saya siap menanggung resikonya, penjara sekalipun, tapi saya benar-benar ingin bertemu agni" alvin enggak tega sendiri melihat bapak itu begitu sungguh-sungguh.
"Saya usahain pak" alvin mengajak bapaknya agni ke kamar perawatan agni.
"Bapak tunggu disini dulu, biar saya tanya ke agninya mau ketemu bapak atau enggak" kata alvin sesampainya mereka di depan pintu kamar agni. Alvin masuk sendiri, dia menyadari guratan ketegangan yang masih tampak nyata di wajahnya cakka.
"Kak alvin.." panggil agni, sepertinya cakka sudah menceritakan semuanya.
"Bokap lo ada di luar, lo mau ketemu sama dia ?"
"Buat apa ?!" tanya cakka masih emosi, iel sama rio udah berdiri di samping cakka buat jaga-jaga.
"Pilihan ada di lo, dia enggak akan gue ijinin masuk kalo lo enggak mau" kata alvin lagi berusaha tidak memperdulikan cakka.
"Enggak bakal ada apa-apa kok ag, jangan takut ya, kita semua bakal jagain lo kok" kata ify bijak.
"Iya kak, gue mau ketemu.." kata agni lirih tapi mantap. Cakka agak terlihat kesal dengan kata-kata agni, tapi dia juga yang pertama kali keluar kamar baru diikuti oleh yang lainnya.
"Agni, maafin ayah.." agni dan ayahnya berapandang-pandangan lirih.
"Ayah tahu ayah salah, setelah ini ayah akan kirim kamu ke jogja, kamu bisa tinggal bersama eyang, dan ayah, ayah kan menanggung semua perbuatan ayah" agni berusaha mencerna kata-kata ayahnya, suara ayahnya yang lembut, tatapan mata yang penuh sayang, agni merasa inilah ayahnya yang beberapa waktu lalu hilang dala hidupnya.
"Agni enggak mau pindah, agni mau sama ayah aja.."
"Kenapa ? ayah enggak bisa jagain agni"
"Tapi agni cuma punya ayah, cuma mau mau sama ayah, ayah pernah janji, janji kita sama-sama mulai semuanya dari awal lagi, ayah masih inget kan ?"
"Agni enggak marah sama ayah ?"
"Enggak, agni baru marah kalo ayah maksa agni buat pindah" ayahnya menghampiri agni dan langsung memeluknya. Cakka yang menyaksikan itu dari kaca pintu kamarnya agni, mau enggak mau cuma bisa ikut tersenyum, lalu ia mengalihkan pandangannya ke alvin, yang selalu memiliki cara untuk menyelesaikan masalah orang.
Rio dan ify pamit duluan, tapi sekarang mereka malah cuma diem-dieman di mobil berdua. Bukannya berantem kaya biasanya.
"Yo, gimana sama dea ?" tanya ify, yang udah enggak punya topik lain.
"Yo, gimana sama dea ?" tanya ify, yang udah enggak punya topik lain.
"Biasa aja, kenapa ? jealous ?" tanya rio iseng.
"Nanya doang, abis basi nih suasananya" rio cuma tersenyum, terus diem lagi, ify juga ikutan diem lagi. Sebenernya rio diem, karena dia lagi mikir, cara apa yang ampuh buat nunjukkin perasaannya ke ify sekarang-sekarang ini.
"Fy.."
"Hmm"
"Kalo gue sayang sama lo gimana fy ?" rio langsung mengutuki dirinya sendiri, kenapa malah pertanyaan yang itu yang keluar dari bibirnya, sementara ify enggak kalah speechless sama rio.
"Hah..ehm..a..apa yo ? sayang ?"
"Enggak kok fy, enggak apa-apa, udah sampe tuh, turun gih, gue langsungan aja ya, salam buat semuanya" rio malah merepet cepat, dan ify yang merasa di 'usir' secara halus oleh rio dari mobilnya cuma bisa diem doang sambil turun dari mobil, rio sendiri langsung memacu mobilnya kencang.
"Kenapa gue bilang gitu tadi ? bego banget deh lo yo ! semoga ify beneran enggak sadar sama pertanyaan gue !" rio masih terus marah-marah sendiri.
Ify memasuki kamarnya dengan lunglai dan langsung duduk di kasurnya 'kenapa rio malah kaya gitu, padahal gue udah ngarep kelanjutannya' kata ify dalam hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar