Kamis, 29 Oktober 2015

No More [Drabble]

Stasiun Tugu, Oktober 2015.

“Ash ?”

Ku alihkan pandangan mataku dari layar handphone, mengarahkannya pada sesosok Laki-laki bersweater abu-abu yang juga sedang menatapku dari balik kacamata bulatnya.

“Al!” Seruku segera, “Mau kemana ?”

“Pulang ke Jakarta. Kau sendiri ?”

“Sama.”

Ia menggerakkan matanya ke kanan-kiri, seperti sedang mencari sesuatu atau…seseorang ?


“Mencari apa ?”

“Mario, mana dia ? Maaf ya aku tidak bisa datang ke pertuna…”

“Kami sudah berpisah Al.” Potongku segera, membuat mata sipitnya yang khas segera membesar, kekagetan tampak jelas dirautnya.

“Are you kidding me, Ash ?”

“Why should I, Al ?”

*
*

“Jadi, siapa meninggalkan siapa ?”

“Love.”

“Huh ?”

“Iya, cinta.” Aku tersenyum tipis, menatap lalu lalang orang dihadapanku, “Cinta yang meninggalkan hubungan aku sama dia, at one point, we were in love so much, I always thought we would be the last destination to each other, tapi kemudian, entah siapa yang lebih dulu memulai, yang jelas kita berhenti berusaha, berhenti bertahan, dan berhenti melanjutkan apa yang kita mulai.” Ku tolehkan kepalaku ke arah Al, menatapnya yang sedang memandangiku dengan sungguh-sungguh, “Kita enggak mau saling menyakiti, Al. Dia pernah menjadi yang paling berharga buat aku selama tujuh tahun ini, dan aku pernah menjadi yang nomor satu baginya untuk waktu yang sama, jadi ya, saat itulah kita memutuskan untuk berhenti.”

Al masih belum mengalihkan matanya dariku, ada gerak-gerik kebingungan yang terbaca jelas olehku disorotnya.

“Bagian mana yang tidak kau mengerti, Al ?”

Ia menatapku beberapa saat, “Entahlah, mungkin semua.”

“Nah, dan kau pun tidak perlu mengerti semuanya, Al. Ini hidup, iyakan ? Semuanya adalah andai dan asa, misteri.”

Al mengangguk kecil dan tersenyum tipis, “Dan selama ini aku pikir, kalian akan jadi satu yang paling terduga, yang paling tertebak, yang bertahan dan bersama hingga akhir.”

Aku hanya diam mendengarkan apa yang terucap olehnya, tak bisa ku tampik, aku pun pernah mengira aku dan Mario akan selalu jadi satu, ini juga bukan akhir yang pernah ku impikan bahkan dalam pikiran terliarku sekalipun. Ia adalah ‘Halo’ yang aku kira takkan pernah berubah menjadi ‘Selamat Tinggal’ setidaknya tidak dengan cara seperti ini.

“Ash..”

“Hmm..”

“Well, aku rasa kau tahu sejak dulu aku tidak pintar menghibur, iyakan ? And, yeah..I know it ‘snot easy, but like those silly quotes you like to read when we were teenager back then, the darkest hour is just before the dawn, right ?”

“Hahaha,” Spontan, aku terkekeh mendengar teman SMA-ku ini masih mengingat hobiku mengoleksi quote-quote seperti itu, “Meet you here, punya temen ngobrol di tengah hiruk-pikuk stasiun yang ramai kaya gini, aku sangat-sangat berterimakasih Al, it means a lot.

“You’re welcome, Ash.” Sahutnya segera, “tapi kalau aku bisa membuat sebuah perbandingan, hidup itu semacam kereta, iyakan ? Ada beberapa penumpang yang memulai perjalanan dari stasiun yang sama, ada yang turun dan ada juga yang naik di tengah jalan, kemudian ada juga yang bertahan sampai stasiun terakhir, semua punya tujuan yang berbeda, pada satu waktu kita ada di tempat yang sama dan berikutnya tidak, tapi pada akhirnya, kita semua punya satu ingatan yang sama, bahwa kita pernah ada di kereta itu, di hidup itu, short or long journey, it doesn’t matter, what matter the most is the way we enjoy that journey, so..your train of life with Mario already end, yes, kalian berdua sudah berhenti dan turun di stasiun terakhir, tapi kini kau memasuki stasiun yang baru, akan menaiki kereta yang baru, dan akan menuju tempat yang baru.”

Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam dan mencerna semuanya, sampai pengumuman mengenai kereta yang akan datang menyadarkanku, membuatku segera menoleh, dan tersenyum terimakasih pada Al, “Untuk seorang ahli Fisika yang terkenal kutu buku sejak SMA, I think you’ve magic with your words, Al, at least for me, sekali lagi, terimakasih.”




1 komentar:

  1. seneng bisa baca tulisan kak anin lagi, ternyata udah lama banget ga baca fanfic Al-Ash-Mario-Kka-Agni. Kangen semua author yang dulu.

    BalasHapus