Sabtu, 14 Mei 2011

Love You Secretly [Cerpen]

Ketika tidak ada lagi hari dimana aku bisa melihatmu..
Ketika derap langkahku tak mampu lagi mencapai sisimu..
Ketika hela napasku tak bisa lagi memenuhi udaramu..
Maka saat itu..
Mungkin..kau akan tahu..
Aku mencintaimu
***

Eunhyuk’s POV

Entah telah berapa kali aku menghela napasku, sambil menatap titik-titik bintang di atas sana. Ku lirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan, pukul 02.15 dini hari, dan aku masih belum merasakan ngantuk sedikitpun. Padahal seharian ini, serentetan tugas baru saja ku jalani yang tentu saja telah menguras seluruh tenagaku.


Haruskah aku menghitung bintang-bintang itu agar rasa kantukku datang, tapi bukankah itu suatu hal yang sangat bodoh jika di pikir-pikir. Dan aku tentu saja tidak akan melakukan hal bodoh macam itu !

Aku sebenarnya tahu, tahu dengan amat pasti apa yang membuatku tidak kunjung tidur hingga semalam ini. Ini tentu saja karena tentang dia. Dia yang akhir-akhir ini menyesakki pikiranku, sesuatu yang harusnya tidak boleh terjadi.

Sesuatu yang jika terjadi, aku tahu, hanya akan menyakiti diriku sendiri.

Ahh ya, rasa-rasanya aku belum memperkenalkan diriku ya ? Namaku Lee Hyukjae, namun kebanyakan orang lebih mengenalku dengan nama Eunhyuk atau Hyukkie. Aku adalah bagian dari boyband dengan member terbanyak abad ini, Super Junior, meski kami hanya bersepuluh sekarang. Tapi bagiku, dan aku yakin di dalam hati member lainnya juga, kami tetaplah Super Junior dengan 13 personil.

Jadi kenapa kita malah membahas grupku ?

Lagi-lagi aku kembali memandangi bintang dari tempatku saat ini, tidak ada yang terlalu istimewa di atas sana. Hanya saja rasanya kerlap-kerlip bintang-bintang tersebut mampus sedikit menyerap apa yang sedang memenuhi otakku.

“Argh..berhentilah memikirkan dirinya ! kau jelas-jelas tahu bahwa ini tidak boleh terjadi !!” aku mulai merutuki diriku sendiri, berharap dengan hal tersebut semuanya dapat ku hentikan, meski aku juga tahu bahwa itu hal yang mustahil.

Cinta. Pernahkah kau jatuh cinta ? Pernahkah kau jatuh cinta pada orang yang salah ? Ya, jatuh cinta pada orang yang tidak tepat.

Aku memijat keningku, merasa sedikit pusing dengan semua perasaan konyol ini. Dan aku rasa, aku mulai membutuhkan kasurku. Aku memutuskan untuk kembali ke dalam dorm, bergegas menuju ke kamarku.

Saat tiba-tiba saja, pandanganku menjadi buyar dan kepalaku terasa begitu berat. Gelap.

***

“Kau sudah sadar ?”

“Apa kau baik-baik saja ?”

“Bagaimana keadaanmu ?”

“Mengapa kau bisa pingsan di depan pintu ?”

Keempat suara berbeda dengan nada khawatir yang sama itu langsung menyerbuku, ketika baru saja aku berhasil untuk membuka mata. Wajah Donghae-lah yang pertama kali dapat ku lihat, ia duduk tepat di sebelah tubuhku. Lalu ternyata ada Teuki hyung, Sungmin dan juga Heechul hyung.

“Memangnya aku pingsan ?” tanyaku balik, seolah tak menggubris pertanyaan mereka tadi.

“Ne, kau sakit Hyuk, badanmu demam” sahut Donghae.

Aku meraba keningku dan menemukan handuk dingin disana. Tapi memang badanku terasa tidak enak dan kepalaku masih terasa pusing.

“Jam berapa ini ?” meski aku bertanya, namun mataku secara reflek juga melirik ke arah jam dinding. “Aigo ! sudah jam delapan ? bukankah kita ada latihan koreo ?”

“Dan manajer sudah memberimu ijin untuk tidak latihan hari ini” ujar Sungmin.

“Tapi...” aku berusaha untuk duduk, namun tubuhku yang lemas seolah tak mengijinkan itu terjadi.

“Diam dan tidurlah disini, jangan bertindak macam-macam” celetuk Heechul hyung sambil melipat kedua tangannya di dada, dengan gayanya yang selalu terkesan-angkuh-namun-berkelas, membuatku tak berkutik dan hanya bisa pasrah dibuatnya.

“Baiklah, kami berangkat dulu Hyuk, jangan lupa minum obat” pesan Donghae sambil menunjuk botol obat yang terletak di meja. Kemudian, ia, Sungmin dan Heechul hyung segera keluar kamar, menyisakan Teuki hyung.

“Nanti Nara akan kesini, aku memintanya untuk menjagamu, tidak masalah kan ?”

Demi apapun, jantungku terasa meloncat ketika mendengar nama itu disebut. “Aku bisa sendiri Hyung, tak usah merepotkannya” tolakku halus.

“Kau ini sakit Hyuk, kau butuh orang untuk merawatmu, sementara kami baru akan kembali ke dorm nanti malam”

“Aku tahu hyung cemas dengan keadaanku, tapi aku rasa aku bisa menjaga diriku sendiri, lagipula..Nara noona itu kan..pacar hyung..” entahlah Teuki Hyung menyadarinya atau tidak, menyadari bahwa suaraku memelan dan hanya meninggalkan desahan di dua kata terakhir.

“Tak masalah, dia juga tidak keberatan, ia malah senang bisa membantuku untuk menjaga dongsaeng-dongsaengku, dan kau salah satunya” tukas Teuki hyung. “Sudah jam segini, aku harus segera berangkat, mungkin dia akan datang sebentar lagi..”

Aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan ketika punggung Teuki hyung menghilang seiring daun pintu yang tertutup, aku memutuskan untuk membenamkan seluruh tubuhku ke dalam selimut, dan berharap ketika nanti aku membukanya, ini hanyalah mimpi.

***

Yeoja dengan senyum manis dan kulit semulus porselen di hadapanku ini, benar-benar membuatku salah tingkah sejak kehadirannya satu jam yang lalu. Dan aku rasa ia membuat demamku bertambah tinggi saja, karena daya pikatnya, yang tak kuasa ku tolak.

Dengan penuh perhatian ia menyuapkan bubur untukku, bubur yang sengaja ia masakkan hanya untukku.

“Aku kenyang” ujarku, mengalihkan wajahku dari sendok yang ia arahkan.

“Satu suap lagi, kau baru makan lima sendok” pintanya. Dan aku hanya menggeleng, masih menolak.

“Ayolah, hanya sesuap lagi, atau bubur buatanku tidak enak ?”

“B..bukan begitu, tapi aku memang sudah kenyang” sahutku, tidak ingin membuatnya tidak enak, lagipula enak ataupun tidak bubur buatannya, bagiku akan selalu enak.

“Satu suap lagi, demi aku, oke ?” dengan tersenyum jahil, ia kembali menyodorkan sesendok penuh bubur ke arahku, yang entah kenapa tetap saja ku terima. Baru saja ku bilang kan tadi, aku tidak ingin membuatnya tidak enak, tidak ingin mengecewakannya.

Ia meletakkan mangkok yang di pegangnya itu ke meja, dan lantas memberiku beberapa butir obat beserta segelas air yang langsung ku minum.

“Gomawo”

“Cheonmaneyo..” balasnya masih sambil tersenyum, dengan senyumnya yang seperti malaikat tersebut. 

“Ahh..kau masih demam Hyuk, tidurlah..”

“Err..Nara noona, kalau kau masih ada urusan, pergi saja..”

“Hey, kau panggil aku apa tadi ? hahaha..itu membuatku benar-benar merasa tua Hyuk, tumben sekali kau begitu sopan seperti ini padaku..”

“Kau kan pacarnya Teuki hyung, tentu saja aku harus sopan terhadapmu” lagi-lagi, aku merasa tercekat sendiri harus mengatakan kalimat itu.

“Aku sudah pacaran hampir satu tahun dengan Hyung-mu itu, dan kau baru memanggilkku dengan sebutan noona setelah kemarin lusa kau baru mengetahui tentang status kami berdua, kau ini benar-benar..”

“Salah kalian sendiri kenapa harus menutupi hubungan itu..” ujarku pahit. ‘..membuatku menginjinkan perasaan ini tumbuh dihatiku..’ sambungku dalam hati.

“Kau tahu sendiri seberapa banyak wanita yang memuja grup kalian, jadi aku dan Teuki berpikiran bahwa kami cukup menjalani hubungan ini dalam diam”

“Termasuk merahasiakannya dari kami ?”

“Bagian yang itu jangan tanyakan padaku, tanyakanlah pada Teuki sendiri kenapa ia merahasiakannya darimu 
dan anggota yang lain” sahutnya santai, seperti pembawaannya yang biasa ku kenal. “Aku akan membawa ini ke dapur dan menyiapkan makanan untuk yang lain, tidurlah Hyuk..”

Tubuhnya yang tinggi semampai itu melenggang ke arah pintu, kibas rambutnya yang bergelombang dan berwarna kecoklatan seolah memberikan efek magis akan gayanya yang memang selalu mempesona. Aku sudah mengenalnya sejak lama, begitupun dengan Teuki hyung. Ia sempat bekerja sebagai staff di SM, namun satu tahun belakangan ini ia memilih untuk bekerja di perusahaan keluarganya.

Dan aku sendiri tidak pernah menyadari sejak kapan mulai tertarik dengan sosoknya yang dewasa, dan hanya lebih tua dariku satu tahun. Bahkan meski aku sadar aku mengaguminya, aku tidak pernah benar-benar mengaku pada diriku sendiri bahwa aku juga mencintainya. Hingga rasa yang belum memekat sempurna itu tiba-tiba saja berserakan tanpa kendali.

Masih ku ingat obrolanku dengan Teuki hyung, beberapa hari lalu di sela-sela siaran radio kami.

“Hyuk, apa kau percaya dengan gosip itu, bahwa aku sudah punya pacar ?”

“Jadi kau memang betulan punya pacar hyung ?”

“Aish, kau ini, aku tanya kenapa kau balik bertanya ?”

“Haha, aku hanya akan percaya jika kau sendiri yang mengatakannya padaku” jawabku diplomatis dan sok serius.

“Kalau begitu, percayalah dengan gosip itu” tukas Teuki hyung dengan cengiran lebar, yang malah membuat mataku terbelalak kaget.

“Benarkah ? jadi kau sudah punya pacar ? kenalkah aku dengannya ?..aigo, jahat sekali dirimu hyung merahasiakan hal seperti ini dari kami semua” ujarku memasang wajah kesal sekaligus 
penasaran.

“Tentu saja kau mengenalnya, mengenal dengan sangat baik malah”

“Siapa ?”

“Nara..”

“Na..nara ?” ulangku, menegaskan. Karena tiba-tiba saja, seperti ada sumbat kayu tak terlihat yang menutupi kedua lubang telingaku. Seolah aku tidak mau mendengar ini.

“Ya, Nara. Kami sudah berpacaran kira-kira..hmm..hampir satu tahun”

Satu tahun ? sudah hampir satu tahun, dan tak ada seorangpun yang tahu ? bahkan aku yang hampir setiap malam selalu ada di dekatnya, siaran radio bersama. Dan kenapa aku merasa ada yang perih dan berdenyut di dalam hatiku ?

“Kau tidak suka jika aku pacaran dengan Nara ?” pertanyaan dari Teuki hyung membuyarkan lamunanku.

“Tentu saja aku turut bahagia hyung, akhirnya kau mendapatkan seorang yeoja juga, ku pikir kau akan menunggu para dongsaengmu menikah dulu baru kau yang terakhir..hahaha..” ledekku, mencoba untuk biasa.

“Pletak !” script naskah obrolan radio milik Teuki hyung yang digulung layaknya tongkat bisbol, mendarat dengan indah dikepalaku.

“Ku balas kau Hyung..” sahutku tak mau kalah, sambil mulai menggulung script milikku. Dan siaran malam itu, menjadi begitu riuh dengan aksi saling pukul-memukul kami. Setidaknya saat itu, aku tidak terlalu kesulitan untuk menyembunyikan sakit yang aku rasa.

Memikirkan kejadian beberapa hari lalu itu, entah kenapa membuat kepalaku berdenyut lagi. Dan rasanya kali ini jauh lebih sakit. Aku mencoba untuk meraih gelas di meja, mungkin saja air dapat menetralkan rasa sakitku ini.

“Prang !” sial, bukannya memegang gelas tersebut, tanganku yang terasa lemas malah membuatnya terjatuh ke 
lantai. Ku dengar derap kaki yang mendekat terburu-buru ke arah kamarku.

Pintu terbuka dan Nara langsung menatapku khawatir. “Hyuk, kau ke.. ?”

Sebelum ia menyelesaikan kalimat tanyanya, aku telah lebih dulu menunjuk kepingan gelas yang ada di lantai. “Mianhe Nara..”

“Mwo ? kenapa kau meminta maaf padaku ?”

“Itu aku, err..tidak sengaja..”

“Haha, aku tahu Hyuk, mengapa tampangmu begitu polos seperti anak kecil begitu, kau ini memang selalu bisa membuatku tertawa. Diamlah disitu, akan segera ku bersihkan..”

Anak kecil ? aku memang hanya anak kecil dimatanya. Anak kecil yang suka melakukan tingkah aneh di depannya. Tapi pernahkah ia tahu bahwa semua hal itu aku lakukan untuk menarik perhatiannya ? Untuk membuat orang yang aku kagumi terkesan denganku ?

“Perlukah ku bantu ?” tawarku ingin turun dari tempat tidur.

“Tidak usah, tetaplah tidur, aku bisa melakukan ini sendiri” tolaknya, dan seperti biasa, selalu saja ada senyum manis di ujung kalimatnya. Membuatku meleleh.

“Hati-hatilah kalau begitu Nara noona, aku..err..Teuki hyung akan memukulku jika kau sampai terluka..”

Nara yang sedang memasukkan serpihan gelas ke dalam tempat sampah, tiba-tiba saja menghentikan aktifitasnya dan mendekat ke arahku. “Hyuk, bisakah kau berhenti memanggilku dengan sebutan noona ? aku merasa tidak nyaman mendengarnya. Aku lebih suka seperti dulu, kau cukup memanggilku Nara saja” pintanya sambil duduk di pinggir tempat tidurku.

“Aku tidak enak dengan Teuki hyung, dia hyung-ku dan kau pacarnya, sudah sepantasnya aku memanggilmu seperti itu” kilahku beralasan.

“Ayolah, umur kitakan hanya terpaut satu tahun Hyuk, panggil aku kembali dengan Nara, ne ?”

Tatapan matanya membuatku tak mampu lagi menolaku. “Terserah kau sajalah”

“Haha..kau ini memang baik sekali..” pujinya senang. “Demammu masih tinggi Hyuk, apa tidak sebaiknya kita ke dokter ?” tanyanya setelah ia memeriksa keningku.

Aku menggeleng. “Tak perlu, aku akan baik-baik saja, hanya butuh istirahat”

“Kalau begitu maumu, istirahatlah..” ujarnya lembut, membenahi selimutku. “Aku ada di dapur, telpon aku jika kau membutuhkan sesuatu”

***

Sudah seminggu berlalu sejak ia menjadi perawat pribadiku satu hari tersebut. Dan aku tidak bisa memungkiri bahwa itu adalah kenangan terindah yang tercipta di antara kami, meski aku diam-diam berharap, aku dan Nara masih dapat mengukir kenangan indah lainnya.

“Kau masih sakit Hyuk ?”

“Mwo ?”

“Kau masih sakit ?” Teuki hyung yang duduk di sebelahku, meletakkan telapak tangannya di keningku, yang buru-buru ku tepis.

“Aku tidak apa-apa Hyung, memangnya kenapa ?”

“Kau tampak tidak begitu semangat sejak tadi, bukankah sudah ku bilang tak usah memaksakan untuk siaran dulu”

“Dan bukankah sudah ku bilang bahwa aku tidak-tidak apa hyung” balasku lagi, membalikkan kata-katanya sambil tersenyum lebar.

“Kau ini..” desah Teuki hyung.

“Haha..ehm hyung, ada yang ingin ku tanyakan..”

“Mwo ? katakanlah cepat, beberapa menit lagi lagunya akan selesai dan kita harus mulai siaran kembali”

“Kenapa kau merahasiakan hubunganmu dengan Nara ?”

“Haha..agar tak ada dongsaengku yang merebutnya” sahut Teuki hyung santai, namun membuat jantungku nyaris terhujam jatuh ke bawah karenanya.

“Benarkah seperti itu ?”

“Hahaha..kau menganggap jawabanku serius sekali Hyuk..” Teuki hyung malah tertawa terpingkal-pingkal, melihat ekspresi mukaku, yang memang langsung berubah serius.

“Jawablah yang benar hyung” sergahku.

“Mengapa kau begitu penasaran ?”

“Ya, aku hanya ingin tahu saja, apakah kami tidak begitu penting dimatamu hingga kau menyimpan berita bahagia ini sendiri” ujarku memberikan skakmat pada Teuki hyung.

“Tentu saja tidak, kalianlah yang paling penting bagiku. Hanya saja, tadinya aku pikir, aku akan menemukan waktu yang tepat untuk membicarakannya dengan kalian, sekaligus memberikan kabar yang lebih bahagia daripada hanya sekedar berpacaran”

“Kau akan menikahinya ?” tanyaku pelan, nyaris berbisik.

“Hahaha..sebentar lagi aku wajib militer Hyuk, tentu saja aku ingin mengikatnya terlebih dulu untuk menenangkan hatiku”

Jawaban simpel dari bibir Teuki hyung itu, seperti petir yang bergemuruh hebat di dalam dadaku. Kenapa hanya dalam waktu satu minggu aku mendapat kabar-kabar seperti ini. Tiba-tiba saja aku menyesal telah bertanya padanya.

“Pikirkan itu nanti Hyuk, ayo mari kita siaran kembali..”

Aku hanya mengangguk dan menundukkan wajahku ke arah meja. Ingin menangis rasanya mendengar kabar seperti ini. Mengetahui mereka berpacaran saja aku sudah begini apalagi melihat mereka menikah nanti.

“Tess..” aku mengernyit heran, ketika kulihat ada bulatan merah yang tercetak di kertas putih yang aku pandangi. Buru-buru aku meraba hidungku, dan menatap Teuki hyung.

“Hyung, apakah aku mimisan ?” tanyaku polos. Teuki hyung sendiri hanya menatapku sekilas, namun tak sampai dua detik kemudian raut wajahnya berubah panik, ia buru-buru mengambil tisu dan menyumpalkannya ke hidungku. Para kru dan manajerku juga langsung mengerubungiku.

Dan sekali lagi, kepalaku seperti terasa ditusuk-tusuk. Dengan rasa sakit yang terus meningkat dan jauh lebih hebat. “Argh..sakit hyung..sakit..”

***

Author’s POV

Suasana hening mendominasi lorong tersebut, meski ada banyak yang duduk disana. Tidak ada satupun suara, semua hanya diam, masih mencerna pernyataan yang dokter keluarkan beberapa menit yang lalu. Rentetan kalimat yang terasa begitu sulit untuk dicerna, dan diterima.

“Hem..”

Semua yang ada disana, menoleh ke asal suara. Terlihat leader mereka yang baru saja berdiri dari kursinya.

“Aku akan ke dalam menemui Hyuk, meski ia tidak mau ditemui oleh siapapun tapi aku ingin menemaninya” ujar Teuki tidak jelas untuk siapa, karena matanya hanya menatap pantulannya sendiri di keramik yang ia pijak.

“Aku ikut hyung..” Donghae juga berdiri, dan mendekat ke arah Teuki. Sama seperti yang lain, ia tampak begitu terguncang. Ia sempat menangis tadi, namun kini ia sudah bertekad untuk lebih terlihat tergar di hadapan ‘pasangan’-nya tersebut.

Teuki hanya mengangguk, dan mereka berdua berjalan bersama ke arah kamar Hyuk. Pelan-pelan, Teuki membuka pintu dan melangkah masuk. Donghae yang telah mencoba untuk menegarkan dirinya, nyaris kembali menangis melihat sahabatnya terbaring lemah seperti itu.

“Hyuk..” panggil Donghae pelan.

“Untuk apa kalian kesini, bukankah sudah ku bilang aku ingin sendiri” sahut Hyuk dingin, tidak seperti ia yang biasanya.

“Kami hanya tidak ingin kau menanggungnya sendiri, kami ingin menemanimu” ujar Teuki sambil perlahan mendekati ranjang Hyuk.

“Menangung ? aku memang menanggungnya sendiri kan ? kanker ini ku tanggung sendirikan ?! tidak ku tanggung dengan kalian ! tidak ku tanggung dengan member lainnya !!” raung Hyuk penuh emosi.

“Hyuk..” lagi-lagi Donghae hanya mampu memanggil nama itu. Ia ingin menggelontorkan sejuta kalimat penghiburan, namun alih-alih menghibur, ia malah merasa sebentar lagi air matanya pasti akan keluar melihat Hyuk seperti ini.

“Tenanglah Hyuk, bukankah dokter dan manajemen telah menjelaskan padamu bahwa kau akan di terbangkan ke Amerika untuk menjalani pengobatan ? yakinlah bahwa kau akan sembuh” Teuki berusaha untuk memotivasi dongsaengnya itu.

“Hanya tiga puluh persen kemungkinan berhasilnya, tiga puluh persen kemungkinanku untuk hidup !!” raung Hyuk lagi, memberikan tatapan tajam ke arah Hyung-nya. Hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi.

“Dan tujuh puluh persen kemungkinanmu untuk mati !” sambung sebuah suara. Yang cukup menyentak semua yang ada disana terutama Eunhyuk.

Heechul, si empunya suara, yang baru saja mengatakan itu, tersenyum meremehkan, meski teman-temannya yang lain yang baru masuk bersamanya, memberikan tatapan siap membunuh.

“Kau berharap aku mati hyung ?” tanya Hyuk datar.

“Bukan aku, tapi kau ! kau sendiri kan yang bilang bahwa kemungkinanmu untuk sembuh hanya tiga puluh persen lagi, kau yang sudah menyerah sebelum pertandingan dimulai Hyuk” terang Heechul.

“Apa yang dikatakan Heechul hyung benar Hyuk, kau tidak boleh menyerah, kau harus yakin dan terus berdoa, Tuhan akan menyertaimu” sambung Siwon, yang membuat Heechul menatapnya penuh cela.

Shindong mendekat ke arah Hyuk. “Kami akan selalu ada disini untuk mendukungmu, kau harus berjuang 
Hyuk, kau punya banyak penopang disini yang siap menopangmu saat kau akan jatuh”

“Dan jangan lupakan ELF, mereka meski tidak tahu dengan kondisimu, aku percaya mereka pasti selalu mendoakan yang terbaik untuk kita semua” tambah Ryeowook seolah tak mau kalah untuk menyemangati.

“Berjuanglah hyung, HWAITING !” seru Kyu semangat. Membuat Hyuk terharu melihat para teman-
temannya yang begitu perhatian dengan dirinya.

Dan tiba-tiba saja, bayang wajah Nara yang sedang tersenyum juga seolah berkelebat di hadapannya.

***

Semenjak hari itu semua member memperlakukan Eunhyuk dengan penuh perhatian, meski awalnya gerah namun lama-lama Eunhyuk mulai menikmati hal tersebut. Terkadang bahkan ia merasa seperti raja di dorm. Ia masih tampil di semua acara, meski saat ini setiap penampilan mereka, dirinya tidak lagi bisa seekspresif dulu, belum lagi ditambah dengan kekhawatiran semua member dengan keadaannya.

Satu bulan sudah hampir berlalu, dan tidak ada yang menyanggah jika badan Eunhyuk yang memang sudah kurus lebih menyusut lagi, membuat tulang-tulangnya tampak menonjol dan menimbulkan rasa prihatin di hati setiap member meski tak ada yang sampai hati menyampaikan, Heechul sekalipun.

Lusa ia akan terbang ke Amerika entah untuk berapa waktu. Manajemen telah mengatur sedemikian rupa, sehingga seolah-olah Eunhyuk ke Amerika karena cedera yang menimpanya saat menari. Meski para netizen mulai berkasak-kusuk dengan berbagai berita miring, apalagi dengan kondisi tubuh Eunhyuk yang  begitu kurus dan wajahnya yang selalu pucat.

“Hyung..”

“Ada apa Hyuk ? apa kau merasa pusing ? apa badanmu tidak enak ? kau sudah meminum obatmu kan ?” tanya Teuki bertubi-tubi, selalu seperti ini selama sebulan ini. Seolah setiap panggilan Hyuk adalah alarm tanda siaga.

“Aku tidak apa-apa Hyung, aku hanya ingin meminta sesuatu darimu”

“Mwo ? katakan saja, jika kau tidak memintaku untuk membelikanmu sebuah pulau, mungkin aku bisa mewujudkannya”

Hyuk menghela napasnya, membulatkan tekadnya untuk menyampaikan apa yang telah ia pikirkan sejak tadi malam. “Aku, aku..ingin meminta ijin untuk mengajak Nara menemaniku jalan-jalan besok..”

Teuki sedikit mengerutkan keningnya mendengar permintaan Eunhyuk yang meski biasa namun terdengar agak janggal.

“Jangan berpikir macam-macam hyung, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih karena Nara pernah menjagaku waktu itu, aku belum tahu kapan aku bisa menemuinya lagi, itupun kalau aku bisa menemuinya lagi..”

“Aish, jangan berbicara yang tidak-tidak Hyuk ! aku tidak keberatan, silahkan saja, lagipula kau dan Nara kan memang teman. Aku hanya menyarankan, ada baiknya kalian makan siang saja, itu akan lebih aman untuk 
kesehatanmu Hyuk..”

“Gomawo hyung..” Eunhyuk membungkukkan kepalanya sedikit, benar-benar mengucapkan terimakasih atas 
ijin yang ia dapatkan.

“Tak usah sungkan begitu Hyuk. Telponlah ia sekarang, yeoja itu kadang sok sibuk..hahaha..”

***

Eunhyuk memainkan botol-botol kecil yang berisi garam dan merica di hadapannya. Setelah ia pikir-pikir, benar juga apa yang di katakan oleh Teuki bahwa lebih baik mereka makan siang saja. Dan Eunhyuk sudah duduk di kafe kecil yang berkesan romantis itu sejak setengah jam yang lalu, menunggu Nara. Ia merasa sedikit gugup, karena ini terdengar seperti kencan baginya.

“Mianhe Hyuk, apa kau sudah lama menungguku ?” gadis itu, membungkuk di sampingnya.

“Duduklah Nara, aku juga baru saja datang kok” kilah Eunhyuk, sambil berdiri dan menarikkan Nara sebuah kursi.

“Padahal Teuki sudah mengingatkanku berkali-kali agar aku tidak sampai terlambat untuk menemuimu, namun tadi banyak sekali hal yang harus ku selesaikan di kantor” ujar Nara masih merasa bersalah.

“Kau tidak terlambat Nara, aku juga baru datang, santai sajalah”

“Apa kau benar akan ke Amerika Hyuk ? apa yang cedera ? kakimukah ?” tanya Nara begitu ingin tahu. Memang hanya para member, manajemen, dan keluarga Eunhyuk sajalah yang tahu hal yang sebenarnya.

“Err..ya, ada yang harus ku sembuhkan disana, tapi lupakan saja itu, ehm aku hanya mau mengucapkan terimakasih karena waktu itu kamu sudah merawatku”

“Kau mengajakku makan siang hanya untuk mengucapkan terimakasih ?” tanya Nara, sedikit tidak menyangka.

“Apakah ada yang salah ?” tanya Eunhyuk balik.

“Bukan, bukan begitu, hanya saja aku jadi merasa seperti orang yang spesial bagimu hingga kau melakukan hal seperti ini..haha” sahutan sarat candaan yang Nara lontarkan hanya membuat Eunhyuk tersenyum. Ia akan sangat merindukan hal-hal ini.

Dan keinginannya untuk bertemu memang untuk semua hal ini. Ia ingin merekam lebih banyak senyum milik Nara, dan terus menyimpannya untuk ia kenang.

“Kau memang spesial Nara...” bisik Eunhyuk sangat pelan, sehingga yang terdengar hanyalah bisikkan.

“Mwo ?”

“Anio, lupakan saja, baiklah kau mau memesan apa ?” tawar Eunhyuk sambil mendorong buku menu ke hadapan Nara.

“Apa yang enak disini ? aku belum pernah makan disini sebelumnya” ujar Nara membolak-balik buku menu, sambil sesekali menatap Eunhyuk.

“Err...yang ini..” tunjuk Eunhyuk.

“Couple menu ?”

“Ya..err..setahuku memang itu yang khas dari kafe ini, tapi kalau kau tidak mau, pesanlah makanan yang lain..” sahut Eunhyuk entah kenapa merasa salah tingkah.

Nara menatap sekelilingnya singkat, dan baru sadar bahwa atmosphere kafe ini memang sangat cocok untuk kencan dan berpasangan. Membuatnya sedikit bingung mengapa Eunhyuk mengajaknya bertemu disini.

“Apa kau merasa tidak nyaman disini ?” tanya Eunhyuk ketika melihat Nara tampak menatap ke kanan dan kirinya.

“Anio, tempat yang bagus Hyuk, akan ku ajak Teuki sekali-kali kesini..haha..” renyah tawa yang mengiringi kalimat Nara, hanya di tanggapi Eunhyuk dengan senyum. “Baiklah, mari kita memesan couple menu ini..”

“Kau benar mau memesan yang itu ?”

“Bukankah tadi kau sendiri yang bilang Hyuk, bahwa itulah yang khas disini ? lagipula tidak ada peringatan disini bahwa yang boleh memakan itu haruslah pasangan betulan”

Lagi-lagi Eunhyuk hanya tersenyum. Ia memandangi Nara yang sedang memesan makanan kepada seorang waitress yang mendatangi meja mereka. Hanya hari ini dan setelah ini, ia sendiri tidak tahu kapan lagi bisa melihat wajah cantik itu.

Akankah jika dirinya memberi tahu kondisi yang sebenarnya pada Nara gadis itu akan memberinya sedikit celah untuk masuk dalam hatinya ? meski tanpa ditanyakan, ia sendiri dapat menebak apa jawaban yang akan ia terima nantinya.

“Hyuk..apa kau baik-baik saja ?” tangan Nara yang di lambai-lambaikan di hadapannya, membuat Eunhyuk reflek tersenyum.

“Mwo ? aku baik-baik saja, kenapa kau bertanya seperti itu ?”

“Haha..habis mukamu diam begitu, entah kenapa aku merasa aneh saja jika melihatmu diam, selama ini kan kau selalu saja menjadi member yang paling aktif bergerak, haha..”

“Nara-ssi, bolehkah aku bertanya satu hal ?”

“Tanyakan saja..”

“Apakah salah jika kita mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain ?” tanya Eunhyuk tanpa berani menatap ke arah Nara.

“Kau sedang mencintai seseorang Hyuk ?”

Eunhyuk tersenyum tipis, ia kembali memainkan botol garam dan merica di hadapannya. “Ya, ada seorang yeoja, aku sudah mengenalnya sejak lama, dan ku rasa kita cukup akrab. Aku sendiri tidak menyadari secara pasti, kapan aku mulai benar-benar jatuh hati padanya. Yang aku tahu hanya, aku selalu merasa nyaman ketika ada di sampingnya, dan aku selalu ingin menunjukkan segala kehebatanku di hadapannya..”

Nara hanya diam mendengarkan, meski bingung juga mengapa Eunhyuk memilih memandangi botol-botol keramik kecil itu daripada dirinya yang merupakan lawan bicara Eunhyuk.

“Ia cantik, tak ada bedanya seperti kau Nara. Ia benar-benar memikat hatiku. Aku selalu menikmati setiap kita menghabiskan waktu bersama-sama, dan aku pikir, aku hanya sekedar mengaguminya, tidak benar-benar mencintainya. Namun aku salah...ketika aku tahu ternyata dia sudah memiliki seorang pacar, maka saat itu aku baru sadar bahwa aku mencintainya. Salahkah perasaanku ini ?”

“Anio Hyuk, perasaan cinta itu hak milik setiap masing-masing orang, tak ada satupun yang berhak menghalanginya. Perasaanmu tidak salah, hanya saja kau jatuh cinta pada saat dan orang yang tidak tepat..”

“Apa aku boleh terus mencintainya ?” tanya Eunhyuk lagi, kali ini, Nara menyadari ada tatapan meminta disana. Tatapan yang aneh dan sarat kepedihan.

“Itu pilihanmu Hyuk. Apakah dia tahu perasaanmu ?”

“Entahlah..” akhirnya Eunhyuk meletakkan botol-botol itu dan kembali menatap Nara. “Meskipun ia tidak menyadari perasaanku, tapi aku telah berusaha untuk memberi tahu apa yang aku rasakan terhadapnya”

“Jika dia bahagia dengan kekasihnya, berhentilah untuk mencintainya Hyuk, kau berhak mendapatkan kebahagiaan yang lebih daripada itu. Dengan terus mencintainya, aku rasa, kau hanya akan menyiksa dirimu sendiri” Nara menggenggam tangan Hyuk, memberi keyakinan pada namja tersebut.

“Tapi aku ingin terus mencintainya, karena mungkin itu satu-satunya hal yang dapat ku lakukan di sisa hidupku..”

“Pabo ! kau ini bicara apa Hyuk ?! janganlah terlalu menyedihkan seperti itu hanya karena kau tidak bisa mendapatkan dirinya. Kau akan pergi ke Amerika, banyak yeoja cantik disana, pilihlah satu dan bawalah kembali ke Seoul”

Dan setelah itu mereka hanya menghabiskan waktu mereka dalam diam dan menikmati menu pesanan mereka. Nara tampak antusias melihat, yang dimaksud menu couple adalah makanan yang diletakkan di satu set peralatan makanan yang lucu dan memang di khususkan untuk berdua. Berkali-kali ia bilang bahwa ia ingin sekali mempunyai peralatan makanan seperti itu.

“Apa kau menikmati hari ini Nara ?” tanya Eunhyuk, setelah mereka selesai makan.

“Tentu saja Hyuk, aku senang dapat menemanimu makan siang. Lain kali, aku yang akan mengundangmu..”

“Baiklah, ku pegang janjimu, dan bersiaplah karena saat itu aku akan memilih restaurant yang mahal..hahaha..”

“Aish, kau ini, aku yang mentraktir tentu saja aku yang akan menentukan dimana tempatnya”

“Haha..ya terserah kau saja, itupun kalau kita bisa bertemu lagi kan..”

“Eunhyuk ! kau ini hanya akan ke Amerika, bukan ke surga, berhentilah berbicara sesuatu yang menakutkan seperti itu !” gerutu Nara kesal, sementara Hyuk hanya memamerkan cengirannya saja.

“Sepertinya surga kedengaran lebih indah daripada Amerika” celetuk Hyuk ringan. “Haha..baiklah, jangan ngambek Nara, aku kan hanya bercanda..” sambung Eunhyuk ketika Nara kembali menatapnya tajam.

“Berhati-hatilah dengan kata-katamu Hyuk..”

“Ne, ehm..aku ingin meminta satu lagi darimu, bolehkah ?”

“Apa lagi ?”

“Aku ingin kita berfoto bersama, untuk ku simpan di handphoneku”

“Mwo ?”

“Tak usah cemas Nara, hanya untuk koleksi pribadiku saja, aku juga sudah berfoto dengan semua member, hanya untuk obat kangen saat aku di Amerika nanti” ujar Eunhyuk beralasan.

“Tapi untuk permintaan yang kali ini, ada syaratnya..” sahut Nara sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Syarat apa ?”

“Menarilah untukku, sudah lama kau tidak menunjukkan aksimu di hadapanku” pinta Nara, yang langsung di sanggupi oleh Hyuk. Ia segera berdiri dari kursinya, dan langsung melakukan keahliannya tersebut. Membuat Nara tersenyum senang.

“Kau memang terlihat begitu mengesankan ketika menari Hyuk” puji Nara.

“Jadi aku harus terus menari untuk selalu mengesankan ?”

“Haha..tidak-tidak, bukan begitu juga, sudahlah..ayo katanya kau ingin berfoto bersamaku” Nara menarik Eunhyuk untuk berdiri di sampingnya. Eunhyuk sendiri langsung mengeluarkan handphonenya, dan siap untuk 
berfoto.

Ada beberapa foto dengan berbagai gaya yang tercipta, dan Eunhyuk merasa puas melihat hasilnya. Ia tersenyum sendiri melihat gambar-gambar tersebut.

“Kau tahu Hyuk, ini terasa menggelikan untukku, jika diluar sana begitu banyak yeoja yang mengharapkan dan meminta untuk berfoto bersamamu, saat ini kau malah yang memintaku untuk berfoto bersamamu..haha”

“Kau beruntung kalau begitu” sahut Hyuk santai.

“Ya mungkin, haha...aigo Hyuk, sudah jam segini, aku harus segera kembali ke kantor. Tak apa-apa kan ?”
Eunhyuk melihat jam tangannya, dan memang sudah lewat jauh dari jam makan siang. “Tentu saja tidak apa-apa, kau dengan siapa kesini ?”

“Aku membawa mobil, err..bolehkah aku pergi duluan ?” tanya Nara sopan.

“Pergilah Nara, terimakasih karena telah menemaniku hari ini..” ujar Eunhyuk sambil membungkukkan badannya.

“Anio..akulah yang harusnya berterimakasih Hyuk. Dan semoga pengobatanmu menyenangkan di sana, cepatlah kembali, aku akan membencimu jika kau tidak datang di pernikahanku dengan Teuki nanti..”

“Pasti aku datang” sahut Hyuk singkat, sambil berusaha tersenyum.

“Aku duluan ya..” pamit Nara sambil bergegas menjauh dari meja mereka, yang hanya dapat Eunhyuk pandangi dengan sedih.

“Saranghaeyo Nara..” bisiknya pada angin. Satu-satunya media, yang ia yakin akan menyampaikannya pada 
Nara dengan caranya.

***

-6 bulan kemudian-

Rangkaian bunga dengan warna-warna lembut menghiasi hampir seluruh penjuru gedung ini. Pita-pita berwarna merah jambu tampak rapi terikat di setiap kursi yang telah di tata apik. Dominasi warna putih menambah kesyahduan yang menentramkan hati. Tidak ketinggalan ukiran es batu besar yang membentuk wajah sepasang anak manusia yang hari ini akan mengikrarkan janji kesetiaan untuk saling bersatu dan melengkapi satu sama lain.

“Nara, ada yang ingin bertemu..”

“Suruhlah dia masuk eomma” sahut Nara, yang sedang merapikan gaun putih panjang dengan tube top di bagian dada yang membuatnya tampak begitu cantik.

“Nara-ssi..”

Nara menoleh, ia masih mengenali suara itu meski sudah hampir enam bulan tak pernah lagi ia dengar. 

“Eunhyuk ? ahh..ternyata kau datang juga..bagaimana kabarmu ?”

Pertama, ketika Eunhyuk melihat Nara, untuk pertama kalinya lagi semenjak pertemuan terakhir mereka dalam balutan pakaian seperti itu, membuat Eunhyuk tidak bisa mendustai hatinya bahwa rasa cinta itu masih ada dan terus mengendap hingga berkerak di dasar hatinya.

“Hyuk, hei..apakah aku terlihat jelek hingga kau menatapku seperti itu ?!”

“Mwo ? tentu saja tidak ! kau begitu cantik Nara, sangat cantik, Teuki hyung tidak salah memilih”

“Kau ini bisa saja. Kapan kau pulang ?”

“Kemarin sore aku sampai Seoul, aku tak ingin kau membenciku, makanya aku datang hari ini”

“Ya untunglah kau datang, karena kalau tidak, habislah kau ditanganku, hahaha..”

Tidak ada yang berubah. Nara dihadapannya, masih Nara yang dulu, yang humoris dan suka tertawa, yang senyumnya selalu mampu untuk membius dirinya.

“Aku hanya ingin memberi ini, hadiah pernikahan khusus dariku” ujar Eunhyuk sambil menyodorkan sebuah kotak yang sudah terbungkus rapi.

“Boleh aku membukanya sekarang ?”

“Tentu saja tidak, kau harus membukanya nanti saja, setelah kalian berdua resmi menikah..haha..”

“Kau membuatku penasaran Hyuk, tapi terimakasih untuk kadonya”

“Ne, bersiaplah, aku akan ke ruangan Teuki hyung, adakah yang ingin kau titipkan ?”

“Bilang padanya, biar aku saja yang menangis haru nanti, tak perlu ia ikutan juga” sahut Nara enteng, yang membuat Eunhyuk tidak habis pikir.

“Kau ini, ada-ada saja, ya sudah, aku keluar ya..”

Tanpa menunggu jawaban dari Nara, ia langsung keluar dari tempat itu, berlama-lama disana hanya akan terus menyiksa hatinya sedemikian rupa. Ia mengetuk pintu, di ruangan yang berbeda koridor dengan ruangan Nara tadi. Ini ruangan Teuki menanti hari bahagianya.

“Hyung, boleh aku masuk ?” tanya Eunhyuk, meski posisinya sudah berdiri di ambang pintu.

“Eunhyuk ! bagaimana kabarmu ? mianhe karena aku tidak bisa ikut menjemputmu kemarin” dengan penuh semangat Teuki langsung menghampiri Eunhyuk dan memeluknya.

“Tak masalah hyung, aku tahu pasti kau sangat sibuk. Apa kau gugup ?” tanya Eunhyuk basa-basi.

“Sedikit, ahh..aku begitu rindu padamu. Jadi bagaimana ? pengobatanmu berhasil kan ? manager tidak mau memberi tahuku dengan proggres kondisimu..”

Eunhyuk melepaskan pelukan hyung-nya tersebut. Ia hanya tersenyum. “Terimakasih karena selama disana kau selalu rutin menelpon dan menanyakan keadaanku hyung”

“Meskipun kau jauh, kau ini tetap dongsaengku yang harus ku jaga Hyuk. Jadi ? kanker itu sudah pergi kan dari tubuhmu ?”

“Aku baik-baik saja..” sahut Eunhyuk singkat.

“Baguslah kalau begitu, enam bulan tanpamu, dorm terasa lebih sepi. Kami tak sabar untuk kembali tampil di atas panggung bersamamu”

“Pikirkan itu nanti hyung, kau akan menikah lagi sebentar lagi, siapkan mentalmu, dan tahan air matamu, Nara memintaku agar menyampaikannya padamu”

“Kau sudah bertemu dengan Nara ? cantikkah dia ?”

“Rahasia, kau akan melihatnya sendiri nanti..haha” goda Eunhyuk. “Baiklah, aku rasa sudah saatnya aku untuk bergabung dengan yang lain, hwaiting hyung !”

Setelah melepaskan rindu dengan Teuki, Eunhyuk segera beranjak ke dalam gedung dimana semua undangan telah mulai berkumpul. Ia segera menghampiri barisan paling depan untuk menemui teman-temannya yang lain.

“Ah, hyung kemana saja kau ? duduklah disini..” Kyu menunjuk sebuah kursi kosong di sebelahnya.

“Kenapa kau perhatian sekali padaku ? kau tidak sedang menjahiliku kan ?” tanya Eunhyuk curiga.

“Apa kau merindukan kejahilanku hyung ?” tanya Kyu balik.

“Kalian ini kenapa sih, duduklah disitu Hyuk, tak ada apa-apanya” ujar Donghae menengahi.

“Kau belum menceritakan pengalamanmu selama disana Hyuk..” timpal Shindong penasaran.

“Aku rasa, aku bisa menceritakan itu nanti, kita disinikan mau menghadiri acara penikahan Teuki hyung bukan penyambutanku” sahut Eunhyuk.

“Setidaknya beritahu kami, apakah kau sudah sembuh ?” tanya Siwon, di sertai anggukan kepala member lainnya.

“Sudahlah, aku baik-baik saja, masih ada waktu lain untuk membicarakan itu nanti..” jawabannya itu kembali menimbulkan desakan dari anggota lainnya, namun semua itu mereda ketika denting piano mulai di mainkan, pertanda acara sakral tersebut akan segera dimulai.

Mata Eunhyuk tidak pernah lepas dari seluruh gerak-gerik Nara, sejak gadis itu masuk ke dalam ruangan Eunhyuk terus saja memandangi gadis itu. Ia tahu, tak akan ada hari lain lagi setelah ini. ia berusaha untuk ikut bahagia, seorang yang ia cinta, dan seorang yang ia sayang juga hormati bersatu dalam balutan pernikahan sekarang. Tak ada alasan lain yang harus membuatnya untuk tidak ikut bahagia. Lagipula, ia mulai menyadari bahwa, inilah yang terbaik, Nara tak akan bahagia bila bersamanya. Hanya Teuki yang mampu membuatnya bahagia.

“Hyuk, apa kau baik-baik saja ?” bisik Donghae di sebelahnya.

“Ya, kenapa ?”

“Mukamu begitu pucat”

“Anio, aku baik-baik saja” sahut Eunhyuk, namun sepertinya kalimat itu hanyalah kamuflase semata, karena selepas kalimat itu meluncur dari bibirnya. Kepalanya kembali di dera rasa sakit yang luar biasa. Eunhyuk meraba tengkuk belakangnya, memijatnya sedikit, mencoba untuk menahan rasa sakit itu.

Ia tidak ingin merusak acara ini dengan penyakit konyolnya. Ia berusaha untuk bertahan, meski rasanya kakinya mulai bergetar, tak kuat untuk menopang tubuhnya dan kepalanya yang semakin berat. Penyakit sialan itu tidak pernah pergi dari tubuhnya, segala macam pengobatan yang ia jalani tidak berpengaruh banyak. Dan Eunhyuk meminta mati-matian pada managernya untuk merahasiakan hal tersebut dari semua member, termasuk Teuki.

Eunhyuk, menundukkan kepalanya, dan karpet di bawahnya mulai terasa berputar-putar. Ia menarik tangan seseorang di sebelah kirinya, yang tidak lain adalah tangan Kyu. Kyu yang merasa ditarik tiba-tiba, cukup kaget dengan kelakuan Hyung-nya tersebut.

“Hyung, ada apa ?” tanya Kyu pelan, tidak ingin menimbulkan keributan yang mengganggu acara.

“Kyu..aku..hh..sakit..” dan “Bruuk” tiba-tiba saja Eunhyuk terjatuh.

“Hyung !”

“Eunhyuk !”

Sontak semua tamu melihat ke arah Eunhyuk, termasuk juga Teuki dan Nara yang baru saja akan mengucapkan sumpah sehidup semati mereka. Shindong, Heechul dan Siwon langsung menggotong Eunhyuk menuju mobil, mereka ingin segera membawanya ke rumah sakit.

***

Tidak ada yang menyangka bahwa semua akan berakhir seperti ini. Tidak ada juga yang mengira, bahwa Eunhyuk dengan sengaja menyembunyikan keadaannya kepada semua rekannya.

Kesedihan menyeruak pelan-pelan, perlahan namun langsung menyebar cepat. Duka cita itu menyatu dengan udara dan membawanya ke seluruh pelosok negeri. Perpisahan yang begitu menyakitkan. Perpisahan yang entah kapan baru bisa dipertemukan kembali.

Air mata kehilangan terjatuh tanpa di sadari, menghantarkan kepergiannya. Kematiannya seperti mimpi buruk bagi semua yang pernah mengenalnya. Hidup  yang terlalu singkat. Akhir yang terlalu menyesakkan.

Sudah seminggu, dan semua masih serba hitam. Serba muram, dan tak ada tawa. Seolah warna-warna cerah menghilang sementara, masih sibuk menangisi takdir yang baru saja terjadi.

Nara menatap sekotak kado di hadapannya, kado terakhir yang Eunhyuk berikan di hari pernikahannya. Ia membuka kertas kado itu perlahan, tidak ingin merusaknya, atau menyobeknya meski hanya seujung kuku.

Senyum lirih terpeta di bibirnya, ketika mendapati apa yang ada didalam kotak tersebut. Ternyata seperangkat alat makan untuk pasangan, yang waktu itu begitu ia inginkan. Eunhyuk, mengapa orang itu begitu perhatian kepadanya ? Mengapa ia selalu saja memberikan perhatian yang lebih untuknya ?

“Apa itu ?” Nara menoleh, dan melihat Teuki sudah ada di belakangnya.

“Ini hadiah dari Eunhyuk untuk pernikahan kita” sahutnya plena. Teuki sendiri langsung duduk di samping 
Nara, dan mengambil sebuah gelas dari dalam kotak  tersebut.

“Aku tidak pernah menyangka ia akan pergi secepat ini, aku bahkan sudah membayangkan akan kembali bersiaran radio dengannya” desah Teuki tanpa sanggup menahan laju air mata miliknya. Nara langsung memeluk Teuki, ia mengerti laki-laki disampingnya ini masih terguncang dengan kenyataan itu. Apalagi Teuki telah lebih lama mengenal Eunhyuk di banding dirinya.

“Kita akan terus mengenangnya dan mendoakannya, membuat jalannya terang disana” bisik Nara menguatkan. Ia merindukan Eunhyuk, merindukan segala hal yang ada pada diri sosok itu. Dan jika ia diberi satu kesempatan lagi untuk bertemu, ia hanya akan menanyakan satu pertanyaan.

Mengapa Eunhyuk selalu memperlakukannya dengan istimewa ?

-TAMAT-

Gimana ? aneh ya hahaha..aku sendiri pribadi, merasa cerita ini beda banget sama cerita-cerita lain yang pernah aku buat sebelumnya. Walaupun tetap ada sentuhan ala aku haha

Karena aku juga baru, dan belum ngerti banyak tentang Korea, Suju dan kosakatanya, jadi maaf-maaf aja kalau ada yang enggak sesuai. Gomawo Prima, udah ngasih les singkat via bbm tentang suju dan kosakata korea haha

Seenggaknya, aku berani mencoba, dan butuh kritik juga saran dari yang baca untuk cambuk buat aku biar bisa lebih menghasilkan cerita yang layak untuk dibaca..jadi di mohon banget apresiasinya untuk cerita ini, kalau malas komen disini, bisa mention aku di @nindhiyaa

Terimakasih untuk yang bersedia baca :)

Dan, minta doanya untuk tanggal 16 sama 18 mei nanti, semoga aku dapat hasil yang memuaskan..

Ps : kenapa Eunhyuk yang tragis, karena gue lagi ngefans sama dia hahaha *pinjem evil laugh-nya kyu*

2 komentar:

  1. ceritanya biasa seperti cerita kanin yg udah-udah. Bisa di tebak akhirnya >> mati.Cerita yg mati kena penyakit itu udah merajarela kak, udah bosen kadang bacanya. Cerita sedih gak hanya ttg penyakit terus mati kan? coba buat cerita yg akhirnya itu sulit di tebak, atau klw emang mau ttp kena penyakit, coba buat alur yg membuat pembaca menebak-nebak, aku yakin kanin bisa. Kangen juga sama quote kanin ttg cinta dan kehidupan. Udah kak maaf kepanjangan, maaf sesudahnya..he

    BalasHapus
  2. Baru tau, kalo ini Kakak yang buat>< Suka banget sama ff'nya, selain karna sad ending, ini cast'nya EUNHYUK. Feelnya nancep, meskipun aku udah pernah baca di facebook *ga sempet ngomen* AKU SUKA AKU SUKAAAA

    BalasHapus