Agni menutup mukanya dengan kedua tangannya, berusaha menyembunyikan air matanya yang terus mengalir. Sion duduk di sampingnya sambil nepuk-nepuk punggung agni, berusaha menenangkan.
"Udah ag, tenangin dulu diri lo, gue yakin cakka pasti enggak kenapa-kenapa ?"
"Semua salah gue kak.."jawab agni lirih.
"Agni !"
Agni dan sion langsung menoleh ke arah suara yang memanggilnya ternyata itu suara iel yang datang bersama shila, riko, dan alvin, agni pun langsung beranjak dan memeluk shila.
"Shilla, semua salah gue shil.."
"Ssst, lo enggak boleh bilang gitu.."
"Emang gimana sih kak kejadiannya ?" tanya riko yang udah duduk di samping sion.
"Tadi gue sama agni keluar dari toko gitar mau ke parkiran, karena emang penuh banget, gue parkir di seberang jalan, pas kita mau nyebrang, gue sama agni beneran enggak sadar ada motor yang lagi ngebut ke arah agni, dan tiba-tiba cakka muncul, dorong agni ke tepi jalan, dan jadi dia deh yang keserempet tuh motor" jelas sion panjang lebar.
Riko, iel dan alvin cuma manggut-manggut aja denger penjelasan dari sion. Untung tadi mereka masih belum pulang, jadi bisa langsung kesini, setelah agni nelpon shilla sambil nangis-nangis. Sementara shilla masih berusaha buat ngehibur agni.
"Gu..gue..bikin cakka celaka shil.."
"Enggak agni, ini semua tuh kecelakaan, lo enggak bisa ngejudge diri lo jadi penyebab semuanya"
"Cakka kenapa ?" tanya obiet yang baru datang bersama oik dan via.
Riko pun menjelaskan kembali semua yang udah di jelasin sama sion barusan, sementara oik dan via menghampiri agni yang sedang di peluk shila.
"Ya ampun agni, lo kenapa ?" tanya oik yang bingung.
"Agni cuma shock aja ik, ngelihat cakka keserempet motor di depan matanya" jelas shilla kemudian.
"Agni..udah dong, jangan nangis lagi.."ucap via terbata-bata.
"Yaa via, lo mau ngehibur agni, kok matanya malah udah mulai berkaca-kaca sih" kata oik lagi.
"Maaf. Udah ya ni, udah..masa agni yang paling jagoan jadi nangis gini, gimana via.."kata via polos, yang membuat agni tersenyum.
"Siapa orang tua pasien di dalam ?" tiba-tiba seorang suster keluar dari ugd.
"Orang tuanya masih di jalan sus, sebentar lagi sampai, kita teman-temannya" jelas iel.
"Ya sudah, nanti kalo orang tuanya udah sampai, suruh temui dokter dan mengurus administrasinya ya"
"Iya sus, teman saya udah boleh di jenguk ?" tanya iel lagi.
"Boleh..boleh, tapi jangan langsung semuanya masuk" akhirnya di putuskan, agni, iel, riko dan shila yang masuk duluan ke dalam. Obiet, via dan oik memilih menunggu di luar, karena mereka kan datangnya belakangan, sementara alvin, begitu tahu cakka udah boleh di jenguk, dia cuma tersenyum lega, lalu pergi entah kemana, dia tidak suka berlama-lama di rumah sakit.
"Cak.."sapa agni lembut.
"Mungkin cakka masih di bawah pengaruh obat bius atau pingsan" kata riko melihat cakka yang tertidur.
"Aku minta maaf ya cak, aku enggak sengaja bikin kamu kaya gini" kata agni lagi sambil duduk dan memegang tangan cakka.
'Perasaan gue doang, atau emang tidurnya cakka aneh ya, tuh kan dia kaya nahan ketawa gitu' kata iel dalam hati sambil ngamatin cakka.
"Aku..aku, mau kok jadi cewek kamu cak, aku udah dari dulu suka sama kamu, dari smp malah, kalo enggak percaya tanya aja shilla.."
"Yah ag, percuma aja kalo lo jawabnya sekarang, cakkanya enggak denger, lagian..."
"Gue denger ko" kata cakka pelan memotong kata-kata riko.
"Cakka ?" tanya agni bingung yang lihat cakka cengengesan.
"Aku baik-baik aja agni, cuma lecet doang, enggak kenapa-kenapa, dari tadi aku denger kok, bisa di ulang enggak.."
Agni yang sadar lagi di kerjain sama cakka, langsung memukul-mukul pelan cakka.
"Sakit ni, kamu gimana sih sama pacar sendiri, lagi sakit kok malah diginiin ?"
"Abis kamunya nyebelin gini.."
"Haha, gue udah ngira tuh tadi lo lagi pura-pura, abis tadi lo tidur tapi mulut lo kaya nahan ketawa gitu..haha.."ledek iel sambil ketawa.
"Udah..udah..di luar masih ada obiet, oik sama via yang mau masuk, kita duluan yaa.."kata shilla sambil narik paksa riko dan iel.
"Lho, agni masih di dalem shil ?" tanya oik bingung.
"Lagi pacaran sama cakka dia" kata iel.
"Hah ? Lho, kok udah jadian aja, cepet banget ?" tanya oik lagi.
"Haha, katanya ternyata agni udah suka juga dari dulu"
"Kok malah pada ngobrol, udah ayo kita masuk" kata via.
"Alvin mana ?" tanya riko celingukan.
"Enggak tahu, pergi aja gitu tadi kesana" kata obiet sambil nunjuk ke suatu arah.
"Oh, ya udah gue aja yang susulin si alvin.." kata iel sambil beranjak pergi. Iel pun mulai menjelajah rumah sakit mencari alvin, mulai dari cafetaria sampai parkiran, dan berakhir di taman.
"Woi, di cariin juga" kata iel sambil duduk di samping alvin.
"Kenapa engggak nelpon aja kalo nyari ?" jawab alvin cuek seperti biasa.
"Oh iya ya, haha, lupa gue.." iel tertawa menyadari kebodohannya sendiri.
"Gimana cakka ?"
"Baik-baik aja, malah jadian tuh sama si agni"
"Oh, bagus deh, lo ngapain nyariin gue ?"
"Abisan lo, teman lagi di rawat bukannya jenguk malah ngilang"
"Gue masih aneh kalo ngelihat rumah sakit, apalagi kamarnya"
Iel sadar kemana arah pembicaraan alvin, dia masih inget, dulu waktu mamanya alvin di rawat di rumah sakit, alvin enggak pernah absen buat jenguk, sampai nginep-nginep segala, bahkan waktu mamanya enggak ada aja, cuma alvin yang lagi ada di kamar mamanya.
"Ya, jangan lama-lama bro traumanya, nanti kalo gue yang di rawat, masa lo enggak jenguk juga ?"
"Hah, gue enggak suka kalo lo mulai ngebahas ini, udah ayo pulang" kata alvin sambil berdiri.
Hari-hari kembali berjalan. Iel merasa puas, melihat hampir semua temannya bahagia, riko dan shila yang semakin susah di pisahkan, obiet dan oik yang saling melengkapi, serta cakka dan agni yang selalu kompak walaupun lagi berantem. Sekarang, dia lagi mikirin, apa yang bakal dia lakuin buat bikin via dan alvin biar juga bisa ikut bahagia kaya yang lainnya.
"Via ? siapa ya cowok yang bakal ngejagain dia kalo gue udah enggak ada ?" tanya iel pada hatinya sendiri.
Via memang sahabatnya yang paling lembut, yang paling polos, dan yang paling enggak bisa menjaga dirinya sendiri. Selama ini, karena rumah mereka yang deketan, iel selalu enggak pernah absen buat nganterin via kemanapun, kalo supirnya lagi enggak bisa. Iel sebenernya senang jagain via, tapi perbedaan diantara mereka, perbedaan yang enggak akan bisa mereka lawan, belum lagi kenyataan-kenyataan yang juga harus membuat iel berpikir dua kali untuk membingkai via di dalam hatinya.
Suntuk terus-terusan kepikiran tentang via, iel pun memutuskan untuk main ke rumahnya via.
"Permisi tante" sapa iel ramah sambil mencium tangan mamanya via.
"Lho iel, vianya lagi enggak ada di rumah, lagi les piano"
"Oh iya tante, iel lupa. Ya udah deh, salam aja buat via"
"Kok buru-buru banget, masuk aja dulu. Tante baru masak nih, kamu pasti belum makan kan ? ayo makan sama tante"
"Eh, enggak usah tan, ngerepotin"
"Enggak, tante malah seneng ada yang nemenin, kamu juga udah lama kan enggak makan disini" mamanya via langsung narik iel gitu aja, dan iel hanya mengikuti dengan pasrah.
Dulu sebelum SMA, dan sebelum iel sesibuk sekarang, iel sering banget makan siang di rumah via, ia dapat merasakan kehangatan disana.
"Gimana yel enak enggak ?"
"Enak dong tante, masakan tante sih enak semua" kata iel tulus.
"Kamu ini ya bisa aja. Kamu kok sekarang jarang main lagi kesini sih ?"
"Iya nih tante, sibuk latihan basket. Oh iya, om mana tante ?"
"Om lagi dinas keluar, iya deh tante tahu yang pemain basket hebat. Tapi jangan lupa dong sama tante"
"Haha, enggak mungkinlah tan. Mas Dafa masih di jogja ya tan ?" tanya iel basa-basi nanyain kakaknya via.
"Iya, bentar lagi mau skripsi. Kamu dari tadi, kaya lagi interogasi deh. Mama papa kamu sendiri gimana, sehat kan di london ?"
"Sehat kok tan, sangking sehatnya sampai lupa pulang" jawab iel lirih, mamanya via yang udah tahu, cuma tersenyum lalu menggenggam tangan iel.
"Orang tua enggak ada yang pernah lupa sama anaknya, mereka akan jadi orang yang paling sedih ketika kehilangan anaknya, kalo kamu kangen sama mama kamu, kamu boleh kok main kesini, tante siap dengerin kamu" kata mama via lembut.
"Makasih ya tan.."lirih iel terharu.
"Lho, kok ada iel ?" tanya via bingung.
"Kamu nih, pulang-pulang bukannya salam dulu" tegur mamanya lembut.
"Hehe, assalamualaikum mamaku yang cantik, hai yel" kata via sambil memeluk mamanya dan tersenyum ke iel.
"Lagi numpang makan nih vi, udah jarang kan, kangen masakan mama kamu"
"Ya yel, kok cuma kangen masakan mama, masakan aku gimana ?" tanya via dengan tampang polos, via yang ikut ekskul masak, emang jago banget masak, mulai dari kue kering sampai masakan sehari-hari dia bisa, cita-citanya via kan pengen jadi ibu rumah tangga yang pintar masak dan bisa nyanyi.
"Kangen dong vi, apalagi sama browniesnya, kok enggak pernah ngasih lagi ?"
"Hehe, iya deh nanti kalo gue abis masak lagi, pasti langsung gue kirim ke rumah lo" kata via tersenyum senang.
'beuh, senyumnya selalu aja manis, aduh gue kenapa sih' batin iel sambil garuk-garuk kepala.
"Kenapa yel, ketombean ?" tanya via iseng.
"Hehe, enggak apa-apa. Gue pulang dulu ya, tante aku pulang ya" kata iel sambil mencium tangan mamanya via dan ngeloyor pergi.
Iel bengong duduk di samping kolam renangnya. Selain terbayang-bayang senyumnya via, dia juga teringat kata-kata mamanya via 'mereka akan jadi orang paling sedih ketika kehilangan anaknya'. Tiba-tiba hatinya di penuhi oleh rasa kangen akan kehadiran orang tuanya, berharap mereka ada disini memperhatikannya. Iel mengambil telpon, dan segera menekan nomer yang udah ia apal di luar kepala.
"Halo..."
"Ma, ini iel"
"Kenapa sayang ? Disini masih malem nih" iel menepuk jidatnya, lupa masalah perbedaan waktu.
"Sorry ma, abis iel kangen"
"Kamu ada-ada aja deh, nelpon jam segini cuma bilang kangen"
"Mama kapan pulang ?"
"Belum tahu sayang, mungkin akhir tahun ini. mama sama papa masih harus nyelesein beberapa kerjaan"
"Enggak bisa lebih cepat ma ?"
"Emang kenapa sayang, kamu ada tanding basket yang mama harus nonton ?"
"Enggak ma, iel cuma..."
"Cuma apa ?"
"Enggak apa-apa, ya udah deh, good night ya ma, salam buat papa, miss you"
"Miss you too.."
Klik. Iel mendekap telpon itu, berharap yang ia dekap sekarang adalah mamanya, ia cuma takut, takut semuanya telanjur berakhir dan selesai sebelum ia sempat memberitahu keadaannya.
Tiba-tiba pandangannya kabur, darah mengalir perlahan namun pasti dari hidungnya, iel berusaha buat berdiri, tapi semua langsung memudar dan gelap.
Kepalanya sakit, peluh membasahi badannya, padahal ia yakin suhu di kamar ini, tidak kurang dari 20 derjat.
"Udah sadar lo ?"
"Alvin ?"
"Iya, tadi lo pingsan di rumah, untung mbok yati masih ingat pesan gue, kalo ada apa-apa sama lo, hubungin gue" kata avin sambil menatap iel.
"Thanks ya"
"Gue udah ngobrol sama dokter yang nanganin lo, hasil pemeriksaan terakhir nunjukkin kalo sel kanker udah mulai menyebar, lo harus kemo yel"
"Enggak mau vin.."
"Kenapa sih yel ? Ini buat kebaikan lo"
"Gue udah pasrah, gue cuma pengen ngabisin sisa semua waktu gue sama kalian"
"Gue tahu, gue enggak akan menang debat ini sama lo" kata alvin pasrah menghadapi sahabatnya yang satu ini.
"Sori vin, gue harap lo ngerti"
"Gue enggak ngerti yel, tapi gue berusaha aja buat ngerti. Kata mbok yati, lo abis dari rumah via, ngapain ?"
"Main doang, kenapa ?"
"Jealous gue.." kata alvin bertampang serius.
"Hah ?!"
"Hahaha..peace yel..gue cuma bercanda, muka lo udah pucat jadi tambah pucat tuh..haha..gue cuma mau ngetes doang" kata alvin sambil tertawa puas.
"Sejak kapan lo jadi bisa bercanda gini ? Ngetes ?" iel berusaha menutupi kesaltingannya.
"Ye, lo pikir gue robot gitu. Kan dulu banget lo pernah bilang, kalo lo suka sama via, nah akhir-akhir ini kan via suka ngelihatin lo, jadi gue penasaran aja"
"Kalopun gue masih suka dan dia tertarik sama gue, gue enggak akan biarin dia tahu perasaan gue vin, dan jangan tanya alasannya kenapa !"
"Ya udahlah terserah lo, gue bukan model orang yang suka nyampurin urusan orang"
"Kata dokter kapan gue boleh pulang ?"
"Enggak sekarang yang jelas, keadaan lo masih lemah"
"Lo bantuin gue dong bujuk dokternya, bisa basi gue sendirian disini. Lagian repot juga kan nyembunyiin gue dari anak-anak"
"Enggak tahu deh, nanti gue usahain"
"Oh ya vin, gue mau nanya satu lagi ?"
"Apaan ?"
"Kok lo mau nunggun gue di sini, di kamar rumah sakit"
"Enggak tahu, kepaksa aja, siapa lagi yang mau kalo bukan gue" jawab alvin cuek, tapi iel tersenyum mendengar jawaban alvin, berteman dengan alvin dari tk, mengajarkannya membedakan mana cuek yang asli dan mana cuek yang palsu.
"Enggak tahu, kepaksa aja, siapa lagi yang mau kalo bukan gue" jawab alvin cuek, tapi iel tersenyum mendengar jawaban alvin, berteman dengan alvin dari tk, mengajarkannya membedakan mana cuek yang asli dan mana cuek yang palsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar