Sabtu, 02 April 2011

Fearless of Love Part 6

Oik bener-bener enggak ngerti sama apa yang direncanain iel dengan ngajak dia ke rumahnya obiet. Akhirnya oik cuma bisa pasrah dan berharap iel enggak melakukan sesuatu yang aneh-aneh.
"Lho, iel, oik ngapain kesini ? obietnya lagi di rumah keke" sapa mamanya obiet ramah sambil ngebukain pintu.
"Iya tante kita tahu kok, tapi boleh nunggu disini kan tan ?" kata iel sambil mencium tangan mama obiet diikuti oleh oik sambil tersenyum.
"Bolehlah, ayo-ayo masuk dulu, tunggu aja di kamarnya obiet.."
Iel dan oik pun mengikuti mamanya obiet menuju kamar obiet. Oik cuma bengong aja di kamar obiet, sementara iel lagi sibuk baca buku-buku koleksi obiet.
"Yel ?" kata oik yang emang enggak tahan diam.
"Hmm ?" jawab iel terus baca buku.
"Kita mau ngapain nungguin obiet ?"
"Ngapin aja lah ik, intinya nanti tugas lo cuma dengerin obrolan gue sama obiet"
"Ha ?" oik bingung dengar jawaban iel.
"Iya, jadi nanti.."
"Eh, sori lama ya" tiba-tiba obiet masuk ke kamar dan memotong kata-kata iel.
"Enggak kok, enggak apa-apa" jawab iel kemudian.
"Emang ada apaan sih, tahu pada mau main kan gue enggak akan ke rumah keke" kata obiet sambil melepas duduk di samping oik, yang lansung bikin oik blushing.
"Tahu nih si iel, tiba-tiba ngajakin gue kesini" kata oik sambil berusaha mengembalikan rona di wajahnya ke warna semula.
"Iseng doang sih biet. Oh ya, emang lo ngapain ke rumah keke ?" tanya iel.
"Latihan buat lomba, kan gue main biola, dia main piano"
"Kok lama ?" tanya iel lagi, sementara oik menuruti kata-kata iel yang tadi.
"Latihannya sih udah selesai dari tadi, tapi terus kita ngobrol, gue pikir keke selama ini pendiem ternyata, diem-diem menghanyutkan.." obiet yang cerita sambil senyum-senyum malah bikin hatinya oik mulai panas.
"Yee itu sih sama lo. Emang ngobrolin apa aja ?" lanjut iel.
"Banyak, mulai dari musik sampai pelajaran. Kesan yang gue tangkep sih dia pintar"
"Wah, cocok ya biet sama lo ?"
'huh, maksudnya iel apa sih nanya-nanya gitu, sengaja mau bikin gue cemburu, udah mana gue dilarang ngomong lagi' batin oik sebal.
"Haha, enggak tahulah, enggak mikirin yang gitu-gituan gue sih. Ik, tumben diem aja ?" obiet baru sadar kalo cewek di sampingnya yang biasanya heboh dari tadi diem.
"Eh, enggak apa-apa biet, udah lanjut aja ceritanya" kata oik dan langsung menyesali kata-katanya setelah obiet kembali muji-muji keke.
"Gue cuma enggak nyangka, dari kelas satu dulu udah seekskul, udah sering lomba bareng juga, tapi karena enggak pernah ngobrol, jadi enggak sadar kalo dia itu asik banget"
"Lo tertarik sama keke biet ?" tanya iel penasaran.
"Kan udah gue bilang enggak tahu" kata obiet kalem.
"Kalo cewek lain tertarik enggak ?" oik yang mendengar pertanyaan iel barusan, lansung menegakkan duduknya.
"Hmm, enggak tahulah. Belum pernah ada yang beneran klik sih, lagian gue masih pengen konsen dulu ke pelajaran sama musik" jawaban diplomatis dan klise dari obiet, lansung bikin oik lemes seketika, iel yang ngelihat itu cuma senyum-senyum sendiri.
"Emang yang klik sama lo kaya apa ?"
"Kaya apa ya yel, ehm..enggak tahulah, gue nyaman sama yang tipe kaya keke, enggak banyak omong tapi banyak aksi, tapi gue lebih nyaman.."
"Iel ayo kita pulang !!" oik yang udah enggak tahan, memotong kata-kata obiet dan lansung berdiri.
"Lho lo kenapa ik ?" obiet kaget dengan manuver kilat oik.
"ENGGAK APA-APA !!" oik meninggikan volume suaranya sambil menarik tangan iel, iel cuma pasrah ngikutin oik, meninggalkan obiet yang bingung sendiri.
'kayanya gagal nih rencana gue' batin iel.
di depan rumah oik.
"Sori ya ik ?"
"Buat apa ?" kata oik dengan nada ketus, iel udah ngulang kata-kata itu berkali-kali dan enggak mendapat tanggapan apapun dari oik.
"Tadi maksud gue bukan gitu. Tadi rencana gue, mau cari tahu tipenya obiet tuh kaya apa, secara selama ini dia kan enggak pernah cerita, terus kira-kira dia ada feel enggak sama lo, biar lo lebih gampang gitu buat jujur ke dia" jelas iel panjang lebar dengan nada bersalah.
"Dan gue bukan tipenya dia kan, dia juga enggak ada feel apa-apa ke gue kayanya. Thanks deh gue hargain usaha lo, tapi sekarang gue beneran capek dan pegen sendirian aja !" kata oik masih ketus sambil masuk ke dalam rumahnya, iel hanya menatap oik pasrah, dan kembali menuju mobilnya.
'gue cuma lagi usaha buat bikin sahabat-sahabat gue bahagia' ujar iel dalam hati.
***
Hari-hari pun terus berjalan. Riko dan shila yang emang lagi kasmaran, beneran enggak terpisahkan, dan iel sama via udah beberapa hari jadi duduk berdua karena ini, hal yang tentu saja sangat disyukuri oleh via, karena dia enggak harus sering-sering nengok ke belakan cuma buat ngeliatin iel kaya biasa. Sementara obiet masih di bikin bingung sama oik, yang udah beberapa hari ini enggak mau ngobrol sama dia. Oik juga masih ketus sama iel, hal yang tentu aja jadi bikin teman-temannya yang lain bingung.
"Ik lo kenapa sih ?" tanya agni yang mulai enggak tahan sama sikap teman sebangkunya ini.
Oik hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali menulis.
"Lo tuh aneh akhir-akhir ini, jadi diem banget, padahal biasanya gue yang mohon-mohon biar lo berhenti ngomong" agni berusaha bikin oik ketawa, tapi cuma di tanggapin senyum tipis oleh oik.
"Huh, gue emang enggak bakat basa-basi ik, tapi lo beneran aneh, jadi pendiem, marah sama obiet, ketus sama iel, lo sebenarnya kenapa sih ?" agni mulai enggak sabar, sementara oik tetap aja menekuni tulisannya.
"Ya ampun lo tega banget biarin gue ngomong sendirian dari tadi. Ya udah deh terserah lo, kalo emang enggak mau di urusin, manja banget !" agni yang sebenernya cuma spontan aja ngomong kaya gitu, malah bikin radar sensitif oik nyala.
"YA UDAH GUE MINTA MAAF !" tanpa sadar juga oik membalas kata-kata agni dengan keras dan langsung berlari keluar kelas dengan air mata yang udah siap menetes, untungnya lagi pelajaran kosong.
Semua mata anak-anak lansung noleh ke mereka, agni sendiri juga shock denger teriakan oik, dia langsung lari ngejar oik, shila dan via yang enggak tahu apa-apa juga ikutan ngejar oik. Cakka dan obiet yang duduk di belakang meja agni-oik masih terbengong-bengong dengan kejadian barusan, riko, iel dan alvin yang penasaran pun mendekat ke meja mereka.
"Oik kenapa biet ?" tanya riko sambil dudk di kursinya agni.
"Enggak tahu, orang gue sama cakka lagi ngobrol berdua, terus tiba-tiba kaya gini. Lagian dia kan emang diem terus sama gue dari kemarin"
"Emang lo berdua ada masalah apaan sih ?" tanya cakka.
"Nah itu yang gue enggak tahu, tanya aja iel" jawab obiet sambil nunjuk ke iel.
Iel pun segera menceritakan kejadian di rumah obiet beberapa hari yang lalu.
"Gue rasa oik jealous deh biet" celetuk riko.
"Hah ? Kok bisa emang dia suka sama gue ?" tanya obiet polos. Iel yang merasa bertanggung jawab pun akhirnya menceritakan pengakuan oik padanya dan rencananya hari itu.
"Lo kenapa enggak bilang ke gue aja sih ?" tanya obiet setelah denger penjelasan iel.
"Yee, gue kan juga enggak tahu bakal kaya gini jadinya. Lagian kan lo juga enggak ada rasa apa-apa sama oik"
Obiet hanya tersenyum masam mendengar penjelasan iel.
"Emang sebenarnya perasaan lo gimana sama oik ?" tanya riko bijak.
"Gimana ya, sebenernya waktu itu gue belum selesai ngomong. Gue emang bilang nyaman sama keke yang banyakan aksinya timbang ngomongnya, tapi ada lanjutannya, gue mau bilang gue lebih nyaman sama orang yang banyak omong dan banyak aksi, kaya oik..." obiet dapat merasakan pipinya memanas mendengar pengakuannya sendiri.
"Wah, kalo gitu sana gih lo kejar si oik, lagian lo mau bilang gitu aja pake muji-muji cewek lain dulu" kata cakka kemudian.
"Ya gue kan enggak seekspresif lo cak buat bilang suka sama cewek. Ya udah gue mau cari oik dulu, doain gue ya..hehe.." kata obiet sambil meninggalkan kelas.
"Oke, good luck yaa.." kata iel menyemangati diikuti oleh anggukan teman-temannya yang lain.
"Yel, perasaan gue doang atau emang lo lagi alih profesi jadi makcomblang sih ? kemarin shila sama gue, sekarang obiet sama oik.." tanya riko heran.
"Hehe, abis feeling gue bilang lo pada saling suka daripada mubazir. Tapi kayanya ngelihat oik sama obiet malah jadi berantem, gue mau pensiun dini dah.." jawab iel asal.
"Yaa, jangan dong yel" kata cakka pelan.
"Kenapa Cak ?" tanya riko.
"Kan gue belum, gue juga mau di comblangin.."
"Hah ? Yakin lo, enggak salah nih, biasanya lo enggak pake mak comblang juga hajar aja" tanya iel bingung.
"Masalahnya ceweknya enggak nangkep sinyal gue yel, lagian dia juga beda dari cewek lainnya, susah.." jelas cakka malu-malu.
"Emang siapa ?" tanya riko penasaran.
"Agni ya ?" tebak iel asal karena cuma namanya agni yang terlintas di pikiran dia. Tapi melihat muka cakka yang putih jadi merah kaya pakai blush on, langsung bikin iel dan riko ketawa ngakak.
"Haha, enggak nyangka gue cak, serius..haha.." riko berkomentar di sela-sela tawanya.
"Lha kenapa emang, yang penting dia kan cewek, dan dia menarik di mata gue. Eh vin diem mulu lo dari tadi ?" cakka yang enggak tahan di ketawain, mengalihkan pembicaraan ke alvin yang cuma diam dengerin ipidnya dari tadi.
"Enggak apa-apa. Lo enggak ikut obiet cak, ngejar agni gitu" kata alvin singkat, yang membuat pipi cakka tambah merah.
'mana ya tuh cewek manis, udah lama enggak gangguin gue, kemarin dia juga enggak datang ke lapangan, masa iya dia berhenti jadi manajer, mulai juga belom' batin alvin panjang lebar.
Toilet cewek.
"Ik keluar dong, maafin gue" kata agni hampir hopeles.
"Iya ik, cerita sama kita, lo keluar dong" kata shila juga.
Setelah hampir bermenit-menit ada di dalam kamar mandi, oik pun keluar juga di sertai tatapan lega dari teman-temannya.
"Maafin gue ya ik, gue beneran enggak maksud. Lo kan tahu sendiri gue susah ngontrol emosi" kata agni tulus sambil memeluk oik.
"Iya ag, gue juga minta maaf"
"Nah gitu dong, jadi lo kenapa ik ?" tanya shila lembut.
Oik baru mau menceritakan apa yang terjadi ketika sebuah tangan menariknya, menuju taman belakang sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar