Sabtu, 09 April 2011

Best Friends nd Love with Line part 8

Cakka senderan di motornya, dia sendiri enggak tahu kenapa, tapi rasa penasarannya udah nguasain hatinya seharian ini. Ya, ini semua tentang agni, satu-satunya cewek yang enggak meleleh kena pesonanya cakka. Parkiran udah hampir kosong, dan cakka masih aja nunggu, dia mengamati motor besarnya agni yang terparkir tepat di samping motornya, dan berdecak kagum sendiri.
"Hmm, cewek ini emang beda" kata cakka ngomong sendiri.
"Eh, ngapain lo ngelihatin motor gue ? mau maling lo ?!" cakka memutar badannya, dan melihat agni udah berdiri sambil berkacak pinggang. Penampilannya sama seperti tadi pagi, dia sudah mengganti roknya dengan celana panjang, rambutnya di kucir asal, tas rangsel warna hitam polos menggantung di lengan kanannya.
"Gue ? maling ? eh, tampang cakep kaya gini juga, di bilang maling ! lagian motor gue juga lebih bagus daripada motor lo !" seperti biasa cakka enggak bisa alus kalo sama agni.
"Terus lo ngapain ngelihatin motor gue mupeng ? banci !"
"Yang banci itu lo ! mana ada cewek kaya lo ! naik motor pake celana, cewek gagal !" agni menghampiri cakka.
"Plakk !" satu tamparan super panas mendarat di pipi cakka.
"WOI SIAPA LO NAMPAR-NAMPAR GUE ?!" emosi cakka tersulut.
"MINGGIR LO GUE MAU BALIK !"
"BALIK ? SELESEIN DULU URUSAN LO SAMA GUE !"
"APA ? LO MAU BALES NAMPAR GUE ? TAMPAR AJA !" agni sama cakka malah adu bacot dan tanpa sadar mereka udah jadi pusat perhatian anak-anak yang tersisa di sekolah, termasuk iel sama via yang lagi sibuk ngurusin osis.
"Yel" panggil seorang anak ke iel.
"Apaan ?"
"Si cakka berantem tuh di tempat parkir" iel melirik ke arah anak itu, tanpa pikir panjang dia langsung lari menuju parkiran, via yang juga ada di situ ikut-ikutan lari sama iel.
"Cakka, lo ngapain ?" tanya iel bingung sambil berdiri di antara cakka sama agni, yang kayanya udah ngibarin bendera perang.
"Awas lo yel ! urusan gue sama dia tuh !" tunjuk cakka ke agni. Iel jadi bingung, kenapa cakka yang selalu lembut ke cewek jadi gini ke agni, tapi dia juga enggak bakal biarin cakka berantem sama agni, akhirnya dengan usaha ekstra, dia berhasil narik cakka dan ngebiarin agni pulang gitu aja.
"Kok lo malah biarin dia pulang sih ?" tanya cakka kesel.
"Dia cewek sob, lo enggak malu apa ribut sama cewek"
"Mana ada cewek kaya dia ?!" iel cuma diem, dia tahu cakka masih sewot.
"Nih cak minum dulu, tenangin dulu diri lo" via menyodorkan sebotol aqua dingin sambil tersenyum. Cakka menerimanya dan langsung menenggak sampai abis setengah. Sementara iel, dia merasa enggak nyaman dengan keadaan ini, ada yang beda di hatinya.
"Thanks vi, ya udahlah gue cabut dulu ya" kata cakka sambil beranjak, iel cuma mengangguk.
Cakka memacu motornya dalam keadaan normal, entah kenapa dia jadi agak males pulang ke rumah dulu. Dia malah meyusuri jalan-jalan di komplek rumahnya, dia tertegun ketika melihat sebuah motor yang familiar olehnya terparkir di sebuah rumah, entah kenapa cakka berhenti sejenak, untuk memperhatikan rumah itu.
"Jadi ini rumahnya agni" gumam cakka sendiri. Dia baru hendak menyalakan kembali motornya, ketika..
"PRANGG !! BRAAKK !! " cakka kaget sendiri, dia enggak ngerti apa yang terjadi. Cakka langsung ngeluarin hpnya dan pura-pura nelpon saat melihat ada seorang bapak keluar dengan kasar dari rumah itu, dan pergi dengan mobilnya. Pintu rumah itu terbuka lebar, tapi cakka tahu itu bukan berarti juga dia bisa masuk seenaknya, apa lagi kalo bener ini rumahnya agni, bisa abis dia. Tapi hatinya ragu, ada perasaan yang memaksanya untuk memasuki rumah tersebut.
"masuk..enggak..masuk..enggak..masuk.." cakka malah tangtingtung pake jarinya. Pelan-pelan tapi pasti, cakka mutusin buat masuk, dia sempat berhenti waktu tinggal selangkah lagi dari pintu depan rumah agni. Dia ngambil napas dalam-dalam, siap nanggung segala resiko, dan dia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu.
Cakka kaget lihat kondisi rumah itu, berantakan enggak karuan. Ada bekas pecahan vas bunga, pigura poto, hiasan dinding. Keadaannya mungkin cuma sebelas duabelas sama kalo abis gempa atau angin puting beliung. Dan, cakka tambah kaget, ngelihat agni terduduk lemah di lantai, keliatan enggak berdaya, wajahnya menunduk, dan badannya bergetar hebat.
"Agni.." cakka memanggil agni pelan, tapi enggak ada respon apapun dari agni, cakka tahu ini kesempatan terakhirnya buat pulang dan pura-pura enggak tahu apa-apa, karena dia emang enggak tahu apa-apa. Tapi dia juga bukan cowok pengecut kaya gitu.
"Agni.." panggil cakka sekali lagi, kali ini dia sambil menepuk pundak agni pelan.
Agni noleh ke arah dia, tatapannya kosong, matanya basah, enggak ada lagi tatapan galak atau nyebelin, tapi tatapan yang ini terlihat lebih nyata dan asli.
"Sori, lo kenapa ?" tanya cakka iba.
"...." agni diem aja, tapi badannya masih bergetar hebat, dia mendekap kedua lututnya. Cakka melepaskan jaketnya, dan memakaikannya ke agni. Agni memandang cakka, tapi tatapannya masih lirih. Cakka ingin memeluk agni, seperti yang ia biasa lakukan pada cewek lainnya, tapi dia ingat, agni berbeda.
"Lo enggak usah sok peduli sama gue" akhirnya agni mengakhiri kebisuannya, tapi nadanya terlalu menyedihkan, tetap bukan seperti agni yang biasanya.
"Gue enggak sok, gue emang peduli" untuk pertama kalinya, cakka juga enggak pake emosi nanggepin agni. Agni kembali diam, cakka pun ikut terdiam, tapi matanya tertarik sama secarik poto dari pigura poto yang pecah di lantai, dalam diam dia memungut itu, dan melihat poto itu.
Di dalam poto itu, ada dua orang, seorang anak perempuan, di kucir dua dengan poni depan, sedang memegang lolipop dan tangan lainnya bergandengan dengan seorang anak laki-laki yang sepertinya lebih tua beberapa tahun darinya.
"Ini lo ya ? terus yang ini siapa ?" cakka mencoba mencairkan suasana. Tapi agni tetap diam. Cakka enggak ada ide lagi, dia malah bersihin semua barang yang berserakan, sementara agni tetap terduduk di lantai, tidak bergeming sedikitpun.
"Nih minum dulu, sori ya gue lancang masuk dapur lo" cakka menyodorkan segelas teh manis anget. Agni menerimanya walau tetap diam.
"Sahabat gue, ify, selalu bilang kalo aroma teh selalu bisa bikin kita ngerasa tenang" sambung cakka lagi.
"Kok bisa ya, baru beberapa jam yang lalu kita adu mulut, eh sekarang diem-dieman gini" cakka masih ngomong sendiri. Agni mulai menatapnya.
"Ya udahlah, udah lama gue disini, mungkin lo emang lagi butuh sendiri, tapi beban itu harus di bagi lho, gue balik ya" cakka bangkit dan pamit, dia baru sampai pintu rumahnya agni, waktu..
"Dia riko, kakak gue" kata agni lirih, cakka berbalik dan duduk lagi di samping agni.
"Yang di poto tadi ?" tanya cakka memastikan, agni cuma mengangguk.
"Terus sekarang dia dimana ?" tanya cakka lagi.
"Udah meninggal dua tahun lalu" cakka merasa tidak enak mendengar jawaban agni.
"Maaf gue enggak.." cakka bingung sendiri mau ngomong apa.
"Enggak apa-apa kok"
"Tapi di poto itu lo cewek banget ya, beda deh sama sekarang" kata cakka yang niatnya mau ngehibur agni.
"Dulu gue emang kaya gitu, sebelum dia pergi" cakka jadi tambah enggak enak, kayanya apa yang dia omongin, selalu salah.
"Pasti lo bingung ya, pas tadi pertama kali masuk rumah ini, ini semua ulah bokap gue.." agni menggantung kata-katanya, tapi cakka udah mutusin jadi pendengar yang baik aja, takut salah ngomong lagi.
"Dulu keluarga gue bahagia banget, kak riko itu idola gue, dia juga anak kebanggaan orang tua gue, sampai tiba-tiba suatu hari, kak riko jadi korban tawuran, cuma korban, dia enggak tahu apa-apa padahal. Semenjak saat itu, kebahagiaan kaya menjauh dari hidup gue, jauh banget, nyokap gue jadi sakit-sakitan, dan bokap gue jadi jarang di rumah. Puncaknya, tiga bulan kak riko enggak ada, nyokap gue juga meninggal.." agni berhenti lagi, kali ini untuk menghapus air matanya.
"Semenjak hari itu, bokap gue jadi beda banget. Dan gue, gue tahu enggak bisa bertahan lagi kalo gue tetep jadi agni yang lemah, gue ikut karate, gue potong rambut gue, gue bikin semua orang takut sama gue, gue enggak peduliin orang lain lagi, gue berusaha jaga diri gue sendiri" cakka langsung mengerti, dia nepuk-nepuk pundaknya agni.
"Motor itu punya kak riko, satu-satunya barang yang tersisa"
"Satu-satunya ?" tanya cakka bingung.
"Gue baru pindah rumah, waktu itu bokap gue sempet kalap dan dia hampir ngebunuh gue, untung gue sempet lari, dia minta maaf, dan ngajak gue buat mulai semuanya dari awal. Kita tinggalin rumah kita yang lama, dengan semua kenangan tentang kak riko dan mama, semuanya, kecuali motor itu. Tapi tadi, gue juga enggak tahu kenapa, bokap gue marah-marah lagi, dia mulai ancurin semuanya lagi.." lagi-lagi agni menangis, tapi kali ini cakkalah yang menghapus air mata agni.
"Makasih, cuma lo yang tahu tentang ini, gue percaya sama lo" cakka mengangguk.
"Kalo gue boleh ngomong, dengan lo kaya gini, lo tetep lemah, kuat di luarnya doang, tapi dalem lo ancur lebur. Lo harus bangkit, jadi diri lo sendiri, lepas topeng lo ag, lo pasti bisa" agni menatap cakka dan cakka membalas tatapan agni, dalam hitungan detik ke lima agni sadar dan mengalihkan matanya ke arah lain.
"Percaya deh sama gue, lo bisa" cakka menjulurkan kelingkingnya, dan agni mengaitkan kelingkingnya di kelingking cakka. Lalu mereka tertawa bersama.
***
Iel menatap langit-langit kamarnya, moodnya masih ancur semenjak menyaksikan senyuman via untuk cakka.
"Kenapa gue jadi kaya gini sih ?!" iel berantakin rambutnya sendiri.
"Dia selalu senyum ke orang, tapi enggak pernah senyum ke gue ? salah gue apa coba sama dia ? lagian..aduh..gue kenapa sih !!" iel teriak-teriak sendiri.
"Kak lo kenapa ?" kepalanya acha nyembul dari balik pintu.
"Ngapain lo disitu ?" tanya iel jutek, acha pun langsung masuk ke dalam kamar iel.
"Tadinya sih di suruh manggil makan malam, tapi lo lagi ada masalah kak ?" tanya acha penuh selidik. Iel melirik ke acha, tapi dari pada dia stress sendiri, mending di bagi-bagi kan.
"Gue bingung deh cha, gue kan selalu ramah ya sama orang, selalu menebar senyum ke orang-orang, selalu bikin fans-fans gue tergila-gila...."
"Stop deh kak, kalo lo mau narsis, jangan sama gue, oke" potong acha cepat.
"Gue serius nih cha, tapi ada satu orang yang enggak pernah nanggepin senyum gue, senyum gue doang, padahal kalo sama orang lain sih dia baik banget, sama cakka aja tadi dia ramah, tapi kalo sama gue, tobat deh juteknya, ampun-ampunan" curhat iel panjang.
"Cewek kak ?"
"Ya iyalah, gue normal cha"
"Lo suka ya sama cewek itu, lo jealous ya ?" iel kaget denger pertanyaan acha, tapi itu ngena banget di hatinya.
"Ye kok diem sih, enggak asik ah. Udah ya lo usaha bikin dia tertarik sama lo, lo pasti bisa kok, oke" acha pergi gitu aja ninggalin iel yang masih diam
'gue suka sama via, apa iya ?' tanya iel dalam hati.
Dalam kamarnya, nova melihat-lihat tumpukan kertas-kertas yang ia simpan rapi dalam satu kotak. Dia sendiri enggak tahu kenapa, kenapa dia malah nyimpenin memo dan surat-surat dari secret admirernya itu. Awalnya dia nerima ini emang risih, tapi akhir-akhir ini, nova malah suka menunggu atau kadang menebak, kira-kira apa lagi yang bakal orang itu kasih buat dia.
selamat ulang tahun ya my little sunshine, semoga little bear ini bisa selalu bikin kamu secerah biasanya
Nova tersenyum sendiri melihat salah satu memo yang ia dapatkan di hari ulang tahunnya, percaya atau tidak, selalu ada memo yang datang pukul dua belas tepat di depan beranda kamarnya bersama dengan sekotak kado.
nilai seratus ! ada coklat nih buat kamu
atau memo-memo lain yang selalu pas dengan keadaanya.
Happy valentine ya, jangan terima date cowok lain oke ?? haha
dan sampai sekarang dia belum tahu juga siapa orang ini, orang yang selalu setia menemaninya, lewat tulisan-tulisannya, lewat barang-barang yang selalu ia berikan, apa benar dugaan acha, kalo orang ini terlalu jelek sehingga dia tidak mau menampakkan dirinya. Tapi entah kenapa, nova merasa orang ini telah diam-diam mencuri hatinya.
Tangannya memegang secarik kertas, surat terbaru yang ia terima dari pengagumnya itu.
hai, my girl..
suara kamu kedengeran lho sampe tempat aku..hahaha
tapi aku seneng kok, seneng banget, bikin aku semangat
hmm..
kamu tahu namanya penyesalan ??
menurut kamu apa penyesalan itu sesuatu yang bodoh ?
buat aku penyesalan adalah sebuah penyangkalan tentang kesalahan kita di masa lalu
bingung ya kenapa aku nulis kaya gini ?
bukan, tebakan kamu salah, aku bukan lagi nyesel
aku cuma lagi bingung, apa sesuatu yang aku jalanin sekarang
akan bikin aku menyesal suatu hari nanti..
serius banget ya ?? haha..
abis aku lagi bingung mau ngegombalin kamu apa
ya udahlah, berharap kamu masih mau baca ini ya
jangan bosen dulu, aku masih butuh senyuman kamu
ps : ada coklat di pot bunga samping kelas kamu
Nova mendekap surat itu, membiarkan kata-kata itu menari menemaninya menuju alam mimpi, berharap sedikit saja dapat membayangkan atau mungkin bertemu dengan penulisnya disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar