Iel yang kaget lihat alvin udah nangkring di pintu kamarnya lansung menyembunyikan amplop dari rumah sakit tadi di bawah bantalnya. sementara alvin lansung aja menghampiri iel dan duduk di sampingnya.
"Ada apa vin kok balik lagi ?" iel berusaha senormal mungkin.
"Ada yang perlu gue omongin sama lo ?" jantung iel berdegup kencang.
"Tentang apa ?"
"Itu tadi amplop apa ?" tanya Alvin lagi yang tambah bikin iel deg-degan.
"Hah, amplop apa ?" tanya Iel berpura-pura bingung.
"Hmm, oke gue enggak peduli itu apaan" kata-kata Alvin barusan lansung bikin Iel lega.
"Jadi apaan vin ?"
"Udah stadium berapa Yel ?" tanpa babibu alvin bikin iel sport jantung lagi.
'Untung gue sakit kanker bukan jantung, kalo iya udah mati daritadi kali gue' batin iel dalam hati.
"Stadium apaan sih vin ?" lagi-lagi iel berusaha menutupi.
"Jujur yel sama gue !" alvin yang entah kenapa jadi emosi lansung narik kerah baju iel, sementara iel hanya menatapnya dengan pandangan nanar, bukan sorot semangat seperti biasanya.
Alvin yang sadar, langsung mengontrol emosinya dan melepaskan kerah baju iel. keheningan pun lansung tercipta diantara mereka.
"Sori. Tapi apa lo lupa, gue juga kehilangan nyokap gue dua tahun lalu, karena penyakit sialan ini !" alvin memecah keheningan.
Iel hanya terhenyak ia benar-benar lupa bagian ini.
"Gue apal banget, sama obat yang lo minum tadi, itu bukan obat penambah darah, tapi obat memperlambat sel kanker. dulu gue yang suka nebus itu ke apotek"
"Tolong jangan bilang ke yang lain" iel mulai bicara.
"Kenapa ? Lo udah enggak percaya sama kita ?"
"Bukan..bukan gitu. Lo semua orang paling spesial di hidup gue, gue enggak mau bikin kalian sedih dan jadi beban buat kalian"
"Lo bukan beban buat kita"
"Gue mohon vin, ngertiin gue.." ada nada memelas di suara iel.
"Orang tua lo ?"
"Nanti kalo gue udah siap gue kabarin mereka" orang tua iel tinggal di London, mereka sebenernya udah maksa iel buat pindah, tapi iel lebih milih sama sahabat-sahabatnya disini.
"Dulu nyokap gue enggak sempet kemo, lo kemo ya, oh ya lo belum jawab, stadium berapa ?"
"Stadium tiga vin, tapi gue enggak mau kemo, apa jadinya iel yang ganteng jadi jelek, botak terus gosong..hehe.." iel mencoba narsis, yang malah membuat alvin jadi menatapnya dengan tajam
"Tapi yel..."
"Udah, intinya lo deal kan sama gue, enggak bakal cerita ke siapa-siapa ?"
"Oke gue deal. Tapi lo harus nurut semua kata-kata gue, karena cuma gue yang tahu keadaan lo" iel cuma senyum-senyum aja dengerin alvin.
"Lho kok malah senyum-senyum sih" alvin bingung
"Abis lo itu temen gue yang paling cuek, paling diem, paling dingin juga. eh sekarang malah jadi paling cerewet"
"Hehe, enggak pantes kayanya emang gue ngomong gini, enggak kaya obiet" kali ini giliran alvin yang senyum-senyum.
"Ya sih obiet emang pakarnya segala masalah.." sahut iel kemudian. dan percakapanpun terus berlanjut.
di mobil Riko.
"Riko, tadi si alvin sakit mata ya kedip-kedip gitu ?" tanya shila polos
Riko yang lagi konsen nyetir, cuma senyum-senyum aja. udah jadi rahasia umum di antara sahabat-sahabatnya yang cowok kalau riko suka sama shila yang paling dewasa diantara sahabat-sahabatnya yang cewek.
"Yee, si riko ditanyain malah senyum-senyum" kata shila lagi.
"Setahu gue sih, alvin keseleo di kaki, enggak tahu deh, matanya keseleo juga atau enggak" timpal riko kemudian.
"Ah susah ngomong serius sama lo !" seru shila pura-pura ngambek.
"Yaa, jangan ngambek dong shila cantik. riko juga enggak tahu, matanya alvin kenapa"
"Hehe, oke deh riko ganteng.." shila yang bilang gitu niatnya cuma mau ngebales kata-katanya riko doang, tapi hati riko nganggep itu sebuah pujian, yang sukses bikin hati riko lansung lebat sama taman bunga.
di depan rumah oik.
"Makasih ya biet, udah nganterin gue pulang" kata oik ramah.
"Iya kali ik, santai aja, pake makasih segala"
"Mau mampir enggak biet, kemaren gue abis bikin kue coklat lho, lo suka kan kue coklat, makanya ayo mampir dulu" seperti biasa oik susah ngerem kalo udah ngomong.
Obiet sih pasrah aja di tarik ke dalam rumahnya oik.
"Enak ik, manis.." kata obiet.
"Ya iyalah biet, judulnya aja kue coklat, kalo kue cabe mah pedes.."
"Hehe, iya ya, yang bikin juga manis sih.."
DEG ! entah ada maksud apa di balik kata-kata obiet tadi, tapi tentu aja hal ini lansung sukses bikin oik spechless.
di rumah agni.
"Nih cak minumnya"
"Eh iya thanks ya.." cakka langsung meminum abis jus jeruk yang di suguhin agni.
"Buset dah, berapa tahun enggak minum mas ?"
"Hehe, abis tadi sibuk ngurus iel, jadi enggak sempat minum. Agni, gitar dong, bosen nih"
Agni lansung masuk kedalam kamarnya, dan mengambil dua dari beberapa gitar koleksinya. Agni sama cakka emang sama-sama suka gitar dan cinta basket.
"Mau mainin lagu apa nih ?" tanya Agni sambil genjreng-genjreng gitarnya.
"Apa aja dah, asal sama Agni, semua oke.." kata cakka sambil nyengir.
"Yee, situ oke, sori ya, gue enggak suka di gombalin" kata agni sambil menjitak kepala cakka, sementara cakka cuma cengengesan aja.
di kamar Via.
Via lagi duduk di beranda kamarnya, dia masih ingat betapa takutnya dia tadi ngelihat iel pingsan dengan darah yang terus mengalir di hidungnya. waktu air matanya netes gitu aja dan hatinya ketar-ketir enggak jelas. Via emang deket sama Iel, selain karena posisi rumah yang deketan, iel juga adalah orang yang pertama ngenalin via ke temen-temennya sekarang, karena via pindah ke jakarta pas kelas dua sd. 'apa bener kata shila, kalo gue suka sama iel ?' tanya via pada hatinya sendiri.
balik ke rumah iel.
"Yel udah sore nih, gue balik ya, tapi.."
"Apaan ?"
"Kan gue lagi keseleo, enggak bawa motor, dari kemaren nebeng sama riko.."
"Oh ya udah, gue suruh pak gun anterin lo"
"Oke deh iel"
alvin lansung turun ke lantai bawah dengan tertatih-tatih, iel tadi menawarkan buat ngebantuin, tapi tentu aja di tolak sama alvin. alvin nunggu pak gun di depan rumah iel, ketika melihat seorang anak cewek tersenyum kepadanya.
"Sore kak alvin" sapa anak itu ramah.
"So..sore.." alvin tersenyum, ia merasa familiar dengan senyum cewek ini.
"Udah baikan kakinya kak ?" dan alvin baru inget kalo cewek ini yang nolongin dia kemarin.
"Lumayan. Lo yang kemarin nolongin gue ya ?"
"Iya kak.."
"Oh makasih ya. Kok lo tahu nama gue alvin ? pake kak lagi manggilnya"
"Sama-sama kak. Lho, emang kak alvin enggak tahu, kalo kakak populer di sekolah, kan kapten futsal, aku adek kelas kakak" lagi-lagi kata cewek ini sambil tersenyum ramah.
"Oh gue populer ya ?" kata alvin sambil garuk-garuk kepala yang enggak gatel. sementara cewek itu cuma tersenyum.
"Den alvin, udah siap nih, mau pulang sekarang ?" tiba-tiba pak gun nepuk bahu alvin dari belakang.
"Oh iya pak, ayo. Gue duluan ya, oh ya nama lo siapa ?"
"Aren kak 10-6.." kata cewek yang ternyata bernama Aren, sambil tersenyum kembali dan beranjak pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar