"Oma.." kata alvin sambil melahap serealnya.
"Apa vin, papa kamu udah berangkat tadi pagi-pagi banget"
"Alvin bukan nanyain itu, alvin mulai hari ini bawa mobil ya ke sekolah"
"Ya udah, emang itu mobil di beli buat kamu kan"
"Hehe, makasih oma.." kata alvin sambil memeluk oma.
"Mau jemput cewek ya vin ?" tanya oma penuh selidik.
"Enggak spesial kok ma.."
"Siapa juga yang nanyain spesial atau enggak ?" goda oma yang bikin alvin salting.
"Udah deh, aku berangkat ya" alvin lalu mencium tangan omanya dan kedua pipi omanya, ritual setiap pagi yang dulu juga dia lakuin sama mamanya.
"Kenalin ke oma ya vin.." teriak oma, yang cuma di bales senyuman sama alvin dari jauh.
di sekolah.
Alvin bingung banget, dia sih udah sering di lihatin, tapi kali ini ada beberapa anak yang ngelihatin dia sambil nunjuk-nunjuk segala. Mulai turun dari mobil, pas nganter ke kelasnya aren, sampai sekarang dia udah naik ke lantai dua menuju kelasnya. Untung di kelasnya masih sepi, cuma ada tasnya obiet sama oik tapi enggak tahu deh orangnya kemana. Seperti biasa alvin selalu menikmati kesendiriannya, dia baru mau ngeluarin ipod kesayangannya.
"Alvin, lo emang udah berubah ? Ya ampun hebat banget itu sih aren, lo bisa di taklukin juga, hehe, enggak nyangka deh gue, duh gue harus kenalan tuh sama si aren nyari tahu kehebatannya dia, sekalian makasih udah ngerubah teman gue" repet oik panjang lebar waktu melihat alvin udah ada di kelas. Obiet cuma cengar-cengir maklum ngeliatin ceweknya, sementara alvin yang masih bingung lagi berusaha mencerna perkataan oik satu-satu.
"Sebenernya orang-orang pada kenapa sih ?" tanya alvin polos, karena emang dia enggak ngerti ada apa ini.
"Wuits ini nih yang lagi anget jadi kabar pembicaraan, keren banget dah lo sob" tiba-tiba cakka datang dan langsung nepuk-nepuk pundak alvin.
"Ya ampun, gue beneran enggak ngerti ada apa ini ?" alvin beneran hopeles, apalagi dia sadar banyak anak-anak cewek yang ngeliatin dia dari jendela kelas.
"Vin, kasian tuh si aren, lagi di kerubutin sama fans-fans lo" riko yang baru datang, juga nambah kadar kebingungan alvin.
"Ada yang bisa jelasin ke gue, ada apa sebenernya sama sekolah ini ?"
"Sekolah ini sih baik-baik aja, lo yang lagi di ributin" kata oik santai, dan buru-buru melanjutkan kata-katanya melihat emosi yang mulai tersirat di wajah alvin.
"Gini lho vin, kemarin ada yang ngelihat lo gendong aren pas dia pingsan, kalian di poto, terus tuh poto di sebar, dan kehadiran lo pagi ini, bawa mobil berdua sama aren, udah gitu katanya lo juga nganter aren ke kelasnya, tambah bikin orang percaya kalo lo sama aren pacaran, nah lo sadar kan, kalo selama ini lo terkenal dingin dan jutek, jadi semua orang langsung heboh ngelihat lo kaya gini, apalagi fans-fans lo" jelas oik panjang lebar, dan untungnya pelan-pelan jadi alvin langsung konek.
"Tapi gue enggak ada apa-apa sama si aren, serius" kata alvin sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
"Yee, lo bikin aja konferensi pers sono, tenangin tuh fans-fans lo, hehe" kata cakka iseng.
"Tadi kata lo aren di kerubutin, dia kemana sekarang ?" tanya alvin yang sebenernya panik, tapi tetap stay cool.
"Tadi sih shilla langsung nyoba ngeredain amukan fans lo, tapi enggak tahu lagi deh selanjutnya gimana" jawab riko.
"Tenang aja, aren udah diamanin sama shilla, via dan agni kok vin" kata iel yang baru datang menimpali.
"Gue jadi enggak enak sama aren" kata alvin sambil garuk-garuk kepala.
"Lagian lo biasanya juga adem aja sama cewek, giliran launching langsung begini, gimana pada enggak heboh, gue aja yang sahabat lo heboh" kata cakka lagi.
"Lo kira dia barang, gue launching. Gue cuma di titipin doang sama nyokapnya, lagian dia kan manajer futsal, jadi hubungan gue sama dia cuma sebatas itu doang" kata alvin yang tumben lagi lupa buat irit kata.
"Tapi perasaan lintar biasa aja, dia kan wakil, berhubungan juga sama manajer" kata riko nyambung.
"Terserah deh, bingung juga gue jelasinnya. Eh, yang pada di luar, betah amat ngintipin orang !!" bentak alvin emosi, melihat semakin banyak cewek yang ngelihatin dia. Dan untungnya, keadaan ini terselamatkan oleh bunyi bel masuk, yang terdengar begitu indah di kuping alvin.
"Aren punya asma ya vin ?" tanya shilla, yang baru datang bersama via dan agni.
"Iya, dia dimana sekarang ?"
"Pantesan" jawab agni singkat, lalu pergi ke tempat duduknya.
"Lho, emang dia kenapa ?"
"Dia lagi di uks, tadi dikerubutin fans-fans lo, pengap" jelas via.
"Oh, thanks ya.."
"Kalian bertiga, udah belum ngobrolnya ?!" teriak pak monang dari depan kelas.
"Eh, udah pak, maaf.." kata shilla sambil tersenyum.
"Ya sudah, ayo keluarkan kertas ulangan !" langsung terdengar koor panjang di kelas. Pak monang, guru yang paling killer di sekolah mereka, dan sialnya dia mengajar fisika, entahlah sudah takdir atau apa, guru galak selalu mengajar pelajaran susah. Dari dua puluh lima orang siswa di kelas ini, kayanya alvin doang yang paling santai ngerjainnya. Temannya pada keringetan, tengok kanan kiri, lihat atas bawah, sampai ada yang komat-kamit udah pasrah ngadepin 5 soal yang susahnya ampun-ampunan itu. Sementara alvin, udah melesat jauh tanpa pusing sedikit pun, malah heran kenapa soalnya cuma lima padahal waktunya dua jam pelajaran, dan sekarang ia cuma tinggal memberikan titik pada jawaban di no lima.
"Pak.."
"Udah selesai kamu ?"
"Iya, ini deh bapak periksa aja sekalian, saya mau ijin aja ke perpus, dari tadi banyak yang manggil-manggil nama saya" jawab alvin cuek sambil berdiri dan menyerahkan kertas ulangannya ke pak monang. Teman-temannya cuma bisa pasrah, melihat kepergian alvin yang begitu santai, satu-satunya dewa penyelamat mereka.
"Ya sudah sana. Buat yang lain, jangan ada yang nyontek !" kata pak monang, yang cuma di tanggepin senyuman kecut sama anak-anak, mau nyontek sama siapa juga, orang mereka sama-sama enggak ngerti semua.
Alvin menuju ke uks, menggunakan kesempatan sepi ini buat nengokin aren.
"Lho kak, kok jam segini udah keliaran, baru jam pertama ?" tanya aren bingung.
"Bukan urusan lo. Lo sendiri, udah baikan kan ? perlu gue anterin pulang ?"
"Enggak kak, gue enggak apa-apa, tapi sumpah deh fans kakak, serem amat"
"Sori ya, lo jadi gini" kata alvin tulus.
"Oke kak, santai aja sama gue sih. Kak, daripada nganggur mending ngajarin gue nih" kata aren sambil menyodorkan buku, yang dari tadi dia pegang.
"Emang kapan lo ujiannya ?" tanya alvin sambil narik kursi ke dekat tempat tidur aren.
"Jam kedua kak, makanya gue belajar disini" alvin langsung mengambil buku itu, dia juga minta selembar kertas dan pensil ke aren, dan mulailah ia mengajarkan aren. Aren cuma bengong aja, lihat cowok cuek di depannya ini, yang ternyata pintarnya ampun-ampunan.
"Ngerti enggak tadi yang gue ajarin ?" tanya alvin di perjalanan mereka menuju kelas.
"Ngerti kok kak makasih ya, sering-sering aja, enakan diajar kakak, lebih masuk"
"Awas aja, kalo nilai lo jelek nanti, ya udah gue naik dulu ke atas" kata alvin sambil menaiki tangga.
"Permisi pak.." kata alvin saat memasuki ruang kelasnya, terlihat teman-temannya baru pada ngumpulin ulangan mereka.
"Oh iya masuk-masuk, ini ulangan kamu, salin di depan" Alvin pun langsung melaksanakn perintah dari gurunya.
"Nah buat kalian semua, salin jawaban ini di buku catatan, jawaban yang di buat alvin benar semua, mulai dari rumus sampai alasannya, minggu depan remidial buat yang nilainya di bawah 70 !" sambung pak monang, sementara mereka cuma pasrah aja, ngelihat jawaban alvin yang beda jauh dari jawaban mereka.
Istirahat, kantin.
"Gila vin, makanan lo apaan aja sih ?" tanya cakka bingung, dia termasuk dari kumpulan orang-orang pasrah atas ulangan barusan.
"Ya nasilah cak, emang gue mau makan apa lagi ?" tanya alvin polos.
"Beuh, gini nih kelewat pintar" timpal riko yang lebih mutusin buat enggak mikirn ulangan tersebut.
"Jawaban gue, bener tiga setengah" kata shilla pasrah.
"Tuntas dong shil, kalo di kali dua kan nilainya tujuh, pas banget" jawab via.
"Setengahnya emang kenapa shil ?" tanya riko yang enggak tega lihat ceweknya hopeles.
"Aku bingung jelasin alasannya, jadi cuma nulis rumusnya doang"
"Itu sih mending shil, gue cuma bener tiga kayanya" agni nimbrung.
"Kok kamu enggak bagi-bagi ke aku sih ?" tanya cakka.
"Lha, emang lo baru ngerjain berapa soal ?" tanya obiet heran.
"Baru dua, itu juga ngerjain nomer satu aja, gue perlu cari wangsit dulu" kata cakka asal.
"Gue cuma bisa ngerjain empat, tapi enggak tahu deh" kata iel kemudian.
"Aku juga cuma bisa empat yel"
"Cie..yang baru jadian sampai kompakan gitu.." goda oik jahil.
"Kamu bisa ngerjain berapa ik ?"
"Nasib aku kayanya sama shila biet, kamu sendiri ?"
"Aku sih bisa kerjain lima-limanya, tapi aku enggak ngerti sama alasannya juga, jadi enggak tahu deh dapat berapa" kata obiet sambil tersenyum.
"Emang soal tadi susah ya, perasaan gue gampang banget deh" timpal alvin, yang bikin teman-temannya cuma bisa ngelus dada masing-masing, untung alvin teman mereka, kalo enggak udah di bejek-bejek dari tadi kali.
Lapangan futsal, pulang sekolah.
"Ngapain kak, nyuruh gue kesini, hari ini kan enggak ada latihan ?"
"Pulangnya bentar lagi ya ren, gue masih males di lihatin orang, masih pengen main bola dulu"
"Hah, pulang kemana kak ?" tanya aren lola.
"Heh, lo lupa ya, gue udah janji sama nyokap lo buat nganter jemput lo" kata alvin yang dari tadi sibuk mainin bola.
"Inget sih kak, tapi gue kira itu bercanda" kata aren sambil duduk dan menyaksikan atraksi dari alvin.
"Kak.."
"Hmm.."
"Ajarin gue main bola dong ?" kata aren sambil menyodorkan sebuah bola.
"Enggak boleh, mau pingsan lagi lo ?"
"Enggak usah pake lari kak, ajarin nendang aja" kata aren sambil memberikan tatapan mautnya ke alvin.
"Nendang aja ya, enggak pake lari, kalo cape juga enggak make maksa" jelas alvin sambil mengambil bola dari tangan aren.
'ya ampun, enggak punya pendirian amat sih ni orang, kadang baik, kadang cuek, aslinya gimana sih sebenernya' batin aren bingung. Setelah beberapa kali memberi contoh tendangan, dan intruksi-intruksi, tibalah saatnya aren untuk mencoba. Tapi entah mengapa, padahal menurut aren dia udah ngelakuin semua yang di suruh alvin, mulai dari posisi kakinya, sampai cara nendang, tapi bukan bolanya yang ketendang, malah arennya yang jatuh, ketendang kakinya sendiri.
"Hahaha.." alvin ketawa puas banget, aren yang tadinya pengen ngambek, malah bengong lihatin alvin ketawa.
"Ya ampun ren lo kenapa..haha..sini-sini..haha.." kata alvin sambil mengulurkan tangannya untuk membantu aren, tanpa bisa berhenti ketawa. Aren yang cuma pasrah di ketawain, milih buat alvin selesain dulu ketawanya, langka juga ketawanya.
"Udah kak, puas ngetawain guenya ?" tanya aren, setelah melihat alvin mulai bisa mengendalikan ketawanya.
"Sori-sori, tapi tadi lo kocak banget sumpah, lo kenapa lihatin gue sampai begitu ?" tanya alvin bingung melihat tatapan mata aren yang aneh padanya.
''Kaget aja gue, ternyata kakak bisa ketawa juga kaya gitu, tapi kayanya kakak udah lama enggak ketawa ya, sampai selama itu tadi ketawanya ?" tanya aren sambil tersenyum jahil.
"Kenapa sih, akhir-akhir ini banyak banget orang yang surprise sama sifat gue ?" tanya alvin bingung.
"Ya karena akhir-akhir ini kakak mulai berubah, mulai banyak senyum, banyak ngomong juga"
"Ehm, sori ya ren, kalo gara-gara gue banyak anak-anak yang ngerubutin lo, gue aja heran kenapa bisa sampai gitu ?"
"Karena lo populer kak, udah gitu lo satu-satunya high quality jomblo yang masih bisa di perjuangkan"
"Maksudnya ?"
"Iya, kakak kan sahabatan tuh berlima, ada kak riko yang ketua osis, kak obiet ketua ekskul musik, kak iel kapten basket, terus kak cakka juga termasuk kakak, di idolain sama hampir semua anak-anak cewek disini, dan sekarang cuma kakak kan yang jomblo sendiri, jadi ya gitu deh.." kata aren sabar ngasih penjelasan ke alvin.
"Gue enggak nyangka" kata alvin datar sambil garuk-garuk kepala.
"Makanya peduli dong kak sama fansnya, cuek banget sih jadi orang"
"Gue emang gini ren, tanya aja temen-temen gue, mereka doang yang tahan temenan sama gue, lagian emang gue lo setiap ngomong akhirannya senyum" kata alvin lagi.
"Yee, senyum itu ibadah kak, udah gratis dapat pahala, lagian kalo gue murah senyum kan, jadi banyak yang suka gitu kak sama gue" jawab aren narsis.
"Emang banyak yang naksir lo ?" kata alvin yang entah kenapa jadi pengen bahas ini.
"Iya dong kak, gue kan cantik, kak pulang yuk, udah lama nih kita disini ?" ajak aren sambil mengambil bola dan memasukkannya ke dalam kotak.
'dia lebih dari cantik, tapi sebenarnya gue naksir enggak sih sama dia ?' batin alvin yang malah bengong tetap duduk.
"Kak, helo.." kata aren bingung sambil dada-dada di depan muka alvin.
"Eh..i..iya, ayo kita pulang.." kata alvin sambil menarik tangan aren, untuk kedua kalinya.
'pasti nih orang enggak sadar lagi narik-narik tangan gue' kata aren dalam hati.
'gue enggak tahu naksir apa enggak sama lo, tapi gue pengen jagain lo' bisik hatinya alvin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar