Sabtu, 09 April 2011

Best Friends nd Love with Line part 20

Iel cuma bisa masang muka melas, menyaksikan cakka yang berduaan mulu sama agni dan rio yang masih anget-angetnya sama ify. Dia udah berusaha nghubungin via dari semalem buat ngajakin via nonton pertandingannya alvin hari ini, tapi boro-boro di tanggepin, yang ada via malah enggak aktifin nomernya.
Gor udah penuh sama suporter dari kedua kubu, baik dari anak-anak Tunas perdana ataupun Citra jaya. Sebagai ketua osis yang baik, iel mengomandoi temen-temennya buat neriakin yel yel sekenceng mungkin. Anak-anak dari citra jaya juga enggak kalah heboh, apalagi debo ketua osis mereka juga bertindak sebagai kapten di pertandingan ini.
"Ify.." ify menengok ke kanan kiri mencari siapa yang memanggilnya. Banyaknya orang, membuat dirinya perlu usaha ekstra keras buat menemukan suara tadi.
"Hei, gue disini" oik menghampiri ify, dia tahu ify daritadi kebingungan nyari dia.
"Hai ik, cie yang mau nonton debo" goda ify yang langsung bikin oik blushing.
"Kan ini semua juga gara-gara lo fy"
"Tapi seneng kan lo"
"Ehem..ehem.." rio gondok di kacangin.
"Eh iya ik, kenalin ini rio cowok gue" rio langsung nyodorin tangannya.
"Oik. Cie ify.." kata oik sambil membalas tangan rio.
"Dia ceweknya debo lho yo, yang waktu itu aku ceritain ke kamu"
"Ih ify apaan sih. Tapi kalo enggak gara-gara lo waktu itu, enggak bakal deh gue jadi sama debo"
"Emang lo ngapain aja sih fy ?" tanya rio nyamber, males di kacangin lagi.
"Jadi gini yo.."
_Flashback_
Kalo enggak gara-gara udah terlanjur janji sama debo mau bantuin dia sama oik, enggak bakal deh ify siang-siang panas gini udah nunggu di depan sekolahnya debo, yang entah kenapa belum bubaran juga. Apalagi ify juga ngerasa enggak enak banget sama debo, gara-gara insiden pemukulan oleh rio kemarin.
"Fy, maaf lama" dengan sedikit tergesa-gesa debo menghampirinya.
"No problem de, mana oiknya ?" tanya ify sambil celingukan.
"Belum keluar kali, ayo lo ikut gue ke dalem" ify ngikutin debo, di sertai tatapan sinis dari beberapa murid cewek yang melihatnya. Tapi ify enggak mau ambil pusing sama urusan gituan. Debo berhenti di depan sebuah ruangan kelas.
"Lo masuk deh fy, gue udah minta tolong temen gue buat nyuruh oik nunggu disini"
"Oke.." ify pun masuk ke kelas tersebut, terlihat oik sedang mengutak-atik handphonenya.
"Hai ik.." sapa ify ramah, terlihat gurat kaget di wajah oik.
"Jangan kaget dong ik, gue kan bukan hantu"
"Hehe, ngapain lo fy disini, cari debo ya ? kelasnya bukan disini"
"Bukan, gue cari lo kok"
"Gue ?"
"Iya elo, mau ada yang gue obrolin sama lo" ify duduk di samping oik.
"Apaan ?"
"Tentang debo" ify dapat melihat ekspresi wajah oik yang menjadi tidak semangat.
"Kenapa ?"
"Lo suka sama debo ?" tanya ify to the point.
"Biasa aja ah.." jawab oik pelan.
"Enggak pinter bohong lo ik, jelas-jelas kelihatan di mata lo"
"Tapi gue enggak boleh suka sama dia fy" ujar oik lirih.
"Kenapa ? temen-temen lo ? lo tahu ik, temen yang baik adalah temen yang nyuport keputusan lo" oik menatap ify takjub, darimana ify bisa menebak semuanya dengan tepat.
"Mereka bilang, mereka peduli sama gue, mereka enggak mau gue disakitin debo kaya yang mereka alamin sendiri"
"Peduli sama ngelarang kebahagiaan seseorang tuh beda jauh artinya ik, mereka boleh bilang mereka peduli, tapi mereka peduli enggak sama perasaan lo, sama perasaannya debo"
"Perasaannya debo ?"
"Gue bukan orang yang pinter baca pikiran orang ik, gue tahu semua ini dari debo, dia sayang sama lo, dia bingung harus ngelakuin apa biar lo yakin sama dia, dia minta tolong gue buat ngeyakinin lo, kalo dia beneran serius sama lo" jelas ify panjang lebar yang bikin oik terdiam.
"Jujur ya ik, gue sama debo itu mantan, kita jadian kelas dua smp, dan dia yang gue kenal, dia yang selalu baik dan berusaha jadi baik buat orang yang dia sayang. Oke, mungkin sekarang dia agak berubah, tapi gue yakin banget, kalo sifat aslinya dia enggak pernah berubah, gue yakin ik, dan lo bisa percaya sama gue" lanjut ify lagi.
"Kenapa debo enggak ngomong sendiri sama gue ?"
"Gimana gue bisa ngomong kalo lo aja selalu ngehindar dari gue ?" debo masuk ke kelas tersebut.
"Yang di bilang ify..."
"Bener semua" potong debo cepat sambil tersenyum.
"Maaf" kata oik lirih.
"Buat apa ? gue janji ik, gue bakal selalu ada buat lo, gue enggak akan nyakitin lo. Mungkin lo karma Tuhan buat gue, dan serius ini udah cukup nyiksa gue. Gue sayang sama lo ik, sayang banget, sakit banget disini saat lo terus-terusan ngehindarin gue" kata debo sambil meraih tangan oik dan meletakkan di dadanya.
"Gue..juga sayang..sama lo.." ucap oik terbata-bata, air mata mengalir perlahan di pipinya, dengan cepat debo menghapuskan itu. Ify hanya tersenyum melihatnya, dia tahu debo dan oik butuh waktu, dan tanpa perlu terus melihatnya, ify juga udah bisa nebak sendiri ending bahagia buat mereka berdua. Pelan-pelan ify meninggalkan mereka.
_Flashbackend_
"Haha, cewek gue hebat juga euy nyomblangin orang" kata rio bangga sambil ngacak-ngacak rambut orang.
"Eh aku udah sisiran tahu" balas ify sebel.
"Fy, kayanya pertandingannya udah mau mulai ya, gue pindah ke area sekolah gue dulu ya"
"Iyalah ik, kalo lo disini, bisa abis di keroyok lo" canda rio.
"Haha, iya deh iya, sukses ya buat lo berdua"
"Sama-sama.." jawab ify. Setelah itu, mereka berdua juga balik ke tempat mereka, duduk di deket iel yang mukanya kelihatan suntuk.
"Ceilah, ngapa muka lo" goda rio sambil coel-coel mukanya iel.
"Garing nih gue disini, mupeng tengok kanan kiri, pada pasang-pasangan semua"
"Haha, sabar ya yel, emang via engga kesini ?" tanya ify.
"Enggak tahu, enggak bisa gue hubungin nomernya" kata iel pasrah.
"Hayo, ngomongin gue ya ?"
"Iya, iel kangen tuh sama lo" timpal rio yang langsung di geplak sama iel.
"Gue kira lo enggak dateng vi ?"
"Kalo gue enggak dateng, lo sama siapa dong ?"
"Maksudnya ?" tanya iel lola.
"Gue sama rio, cakka sama agni, lo sama via" celetuk ify gemes sendiri.
"Vi lo..."
"Sstt, pertandingannya mau mulai" potong via sambil tersenyum dan duduk di samping iel. Iel cuma cengengesan sendiri setelah ia beneran paham maksudnya via. Cakka sama agni yang baru aja keluar buat beli cemilan, langsung di serbu. Mereka berdua cuma bisa pasrah, untung mereka inget kalo temen-temennya jadi kaum barbar kalo masalah makanan gratis, jadi mereka udah beli stock banyak.
Alvin berdiri di tengah-tengah lapangan, di melihat sekelilingnya. Semua sahabatnya ada disana, adek-adeknya, temen-temen adeknya, juga penyemangat hidupnya, nova. Hari ini, apapun yang terjadi, alvin udah berjanji untuk ngasih yang terbaik. Usaha dari seluruh kemampuannya mungkin. Dia enggak mau ngecewain siapapun hari ini.
Setelah bersalaman dengan debo dan peluit tanda di mulainya pertandingan di bunyikan, alvin mulai berlari menggiring bola. Mengoper dan menerima operan. Berusaha mencari celah untuk menciptakan peluang. Begitupun dengan tim lawan. Pertandingan berlangsung seru, skill mereka sama-sama hebat, apalagi alvin dan debo. Tidak jarang mereka harus berhadap-hadapan untuk berebut bola.
Teriakan semangat terdengar disana-sini, meneriakkan yel yel sekolah mereka masing-masing. Mengibar-ngibarkan bendera juga membentangkan poster sebagai bukti kepedulian mereka. Menyuntikkan semangat bagi tim kebanggaan mereka.
Babak pertama berakhir imbang 1-1. Tapi bola itu bulat, dan semuanya kembali bergulir ketika wasit meniupkan peluitnya kembali untuk mengawali babak kedua yang kian sengit.
'Tolong Tuhan sebentar lagi' batin alvin sambil menggiring bola yang kini ada di bawah penguasaannya. Nafasnya menderu cepat, keringat sudah membasahi seluruh badannya. Rasa sakit itu datang lagi, menyerang hampir setiap sendi tulangnya, aliran darah di tubuhnya.
Alvin memperhitungkan gawang lawan yang masih cukup jauh, tapi mungkin ini kesempatan satu-satunya. Alvin menengok ke arah nova yang sedang melihat ke arahnya juga, dalam beberapa detik mata mereka bertatap-tatapan, dan senyum manis nova meyakinkan alvin.
'Lo bisa vin, lo udah latihan, lo bisa !' alvin menyemangati dirinya sendiri. Dia mengambil ancang-ancang sambil memperhatikan gerakan lawan-lawannya. Dan kakinya langsung menendang kulit bundar tersebut, sambil menahan rasa sakitnya, di sertai tatapan was-was dari seluruh penonton, alvin paham jarak dari tengah lapangan menuju gawang lawan bukanlah jarak yang pendek.
"GOL !!" pendukung tunas perdana bersorai-sorai. Tatkala bola yang di tendang alvin dengan matang dan keras itu, meluncur ke arah pojok gawang lawan dengan sempurna tanpa bisa di sentuh sedikitpun oleh kiper citra jaya. Alvin hanya bisa tersenyum sambil berucap syukur dalam hati.
"Alvin hebat !" ujar cakka semangat.
"Gila" timpal iel yang masih takjub.
"Keren banget sumpah" celetuk rio sambil ikutan loncat-loncat.
"BRUUK" semua langsung terdiam.
"ALVIN !" iel langsung berlari ke arah alvin. Diikuti oleh yang lainnya. Alvin terjatuh begitu saja, pingsan tiba-tiba. Teman-teman timnya, yang tadi berlari ke arahnya untuk merayakan golnya, langsung mengerubungi alvin.
"Misi-misi" kata iel yang tentu aja sampe duluan ke tengah lapangan. Didapatinya tubuh alvin tergeletak lemah dengan darah segar mengalir dari hidungnya.
"Yel, rumah sakit, ayo kita bawa ke rumah sakit" sahut rio yang tadi berlari di belakangnya. Di bantu oleh beberapa orang, mereka langsung membawa alvin ke rumah sakit terdekat.
Rio, iel, cakka, ify, via, agni, ray, aren dan deva menunggu dan terus menunggu tanpa kepastian. Aren terus saja menangis di pelukan ify, deva berusaha menenangkan ray, iel, cakka dan rio berkali-kali berusaha nanya ke tentang kondisi alvin ke siapapun yang bisa mereka tanyai, sementara via dan agni yang kenal meski tidak dekat dengan alvin berusaha membantu dengan doa sebisa mereka.
"Ray, aren..." aren langsung berlari ke mamahnya yang dateng sambil berlari-lari kecil.
"Ma..kak alvin..ma.."
"Iya sayang iya, mama tahu"
"Pa, kok bisa ada disini ?" meski senang, ray heran juga, paris jakarta bukanlah jarak yang dekat.
"Hari ini, memang papa sama mama mau pulang, alvin maksa kita buat nonton pertandingan dia hari ini, tapi karena badai, pesawat kita sempat di tunda dulu" ujar papanya menjelaskan.
"Keluarganya alv...ah anda sudah datang rupanya, apa kabar pak teo" dokter itu langsung menghampiri papanya alvin.
"Bagaimana keadaan alvin dok ?" dokter bayu melihat ke arah semua orang yang juga menunggu dengan gelisah dari tadi.
"Biarin mereka tahu dok, udah saatnya.." ujar mamanya alvin yang tambah bikin semua bertanya-tanya.
"Kita semua sama-sama tahu kan kondisi alvin akhir-akhir ini, seperti yang sudah saya bilang berkali-kali, sel-sel itu telah menyebar, leukimia alvin sudah memasuki stadium akhir"
Ify langsung memeluk rio, air mata yang dari tadi coba ia bendung keluar semua. Rio, cakka dan iel hanya dapat berdiri mematung di tempatnya, ingin rasanya mereka dapat menangis seperti ify. Via langsung menggenggam tangan iel yang terasa dingin, dan agni membiarkan cakka menyenderkan kepalanya di bahunya.
"Leukimia ?" tanya ray yang enggak kalah shock sama yang lainnya. Dia memandang papanya dan dokter bayu secara bergantian, berharap menemukan kebohongan di situ.
"Dokter bayu benar ray, alvin mengidap leukimia" papanya seolah bisa membaca gelagat ray. Tangis aren tambah kencang di pelukan mamanya, dia bahkan enggak bisa berkata-kata lagi.
"Papa tahu ini ? kenapa papa ngerahasiain ini dari aku ?! dari aren !" ray mulai kehilangan kontrol emosinya.
"Ini semua permintaan alvin ray..."
"Kasih tahu kita semuanya sekarang pa" kata ray lirih.
"Papa sama mama minta maaf. Tapi ini semuanya memang permintaannya alvin, kalian tahu kan dia seperti apa. Selalu berusaha menjalani semuanya sendiri. Empat tahun lalu, hasil check up alvin menunjukkan bahwa ada sel kanker yang bersarang di darahnya, dia tahu itu, dan memohon buat enggak ngasih tahu siapa-siapa. Itu sebabnya, papa sama mama, mindahin kamu sama aren ke paris, tapi beberapa bulan lalu..." pak teo menghela nafas sebentar.
"Alvin tahu keadaannya semakin buruk, dia bilang dia pengen ada kamu dan aren di deketnya. Om sama tante juga minta maaf sama kalian, tapi ini semua bener-bener keinginannya alvin" sambung pak teo sambil melihat ke arah ify, rio, cakka dan iel yang menyimak dari tadi.
"Jadi alvin yang suka hilang dan bilang kalo dia lagi di singapur itu ?" tanya iel.
"Bohong, itu artinya dia lagi drop dan di rawat di rumah sakit" jawab pak teo.
"Gimana kondisi kak alvin sekarang dok ?"
"Dia itu kaya mujizat, empat tahun bertahan dari kanker, hanya dengan bermodalkan obat dan obat. Dia pasien saya yang paling lama, yang mampu bertahan hidup. Dia sangat mengerti kondisinya, tahu apa yang paling baik buat dia. Sebenernya saya sudah melarang dia untuk melakukan pertandingan kali ini, karena daya tahan tubuhnya yang berkali-kali turun dalam beberapa bulan terakhir. Tapi dia terus membujuk saya, dan selalu bilang, kalo dia siap menanggung semua resikonya, dia sadar ini mungkin pertandingannya yang terakhir..."
"Apa enggak ada yang bisa di lakuin lagi dok ?" tanya cakka.
"Sudah terlalu terlambat untuk kemo, tapi saya juga bukan Tuhan yang bisa menentukan umur seseorang. Empat tahun, tidaklah singkat untuk seorang penderita kanker"
"Terus apa yang bisa kita lakuin sekarang ?" kali ini giliran rio yang bertanya, sementara ify masih terus terisak di pelukannya.
"Semangati dia, sekarang dia lagi ada di masa kritis, bimbinglah dia untuk terus berjuang. Alvin sering cerita tentang kalian, dia sangat bangga sama kalian"
"Saya pernah baca, leukimia bisa di sembuhkan dengan cangkok sumsum tulang belakang, dan cangkok sumsum tulang belakang yang paling mirip biasanya terdapat di saudara si penderita" tiba-tiba via bersuara, beberapa pasang mata langsung menoleh ke arahnya.
"Ray pa, ray bisa jadi donor buat kak alvin, aren juga bisa pa, iya kan dok ?" tanya ray semangat.
"Enggak bisa sayang, alvin bukan kakak kamu" sekali lagi, perkataan mamanya yang singkat, membuat mereka kembali di penuhi oleh tanda tanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar